- Ringkasan Khotbah : 7 November 1999
- Peace with God
- Nats : Roma 5:1-11
- Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Perjamuan Kudus merupakan satu sakramen yang
ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri untuk mengenang apa artinya Kristus sudah
mati bagi kita, mencurahkan darah, memecahkan diri demi menebus dosa manusia.
Karena itu setiap kali kita menjalankan Perjamuan Kudus, saya mengajak untuk
merenungkan satu bagian tema khusus berkaitan dengan karya keselamatan Kristus
(Soteriologi).
Banyak penafsir melihat Rm 5:1-11 sebagai puncak
dari pembicaraan Paulus dalam seluruh ajaran doktrin iman Kristen yang
menyatakan titik balik daripada anak-anak Tuhan yang mengerti seluruh rangkaian
keselamatan yang dikerjakan Tuhan. Kalau kita lihat dalam Rm 1, Paulus mulai
dengan memberitakan dosa sebagai suatu hal yang tidak dapat ditolak manusia,
dosa merupakan satu perlawanan terhadap Allah sehingga murka Allah turun atas
kefasikan dan kelaliman manusia (Rm 1:18). Pada jaman ini, berita seperti itu
tidak terlalu disukai manusia. Banyak gereja yang sudah tidak lagi memberitakan
Allah yang murka atas dosa dan pelanggaran manusia, yang ada hanyalah Tuhan
penuh cinta kasih dan menolong. Sehingga berita seperti itu harus kembali
diberitakan dan itu yang dinyatakan Paulus dalam Rm ps 1-3. Selanjutnya dalam Rm
5:1 sebagai puncaknya ia menyatakan, "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena
iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita,
Yesus Kristus." Inilah inti berita dimana kita yang berada dibawah murka dan
menjadi seteru Allah boleh dibenarkan dan diperdamaikan kembali dengan Allah.
Dan hal itu jugalah yang diberitakan oleh Billy Graham, seorang penginjil besar.
Kesadaran ini perlu muncul kembali ditengah umat manusia yang tidak sadar betapa
hidupnya berdosa dihadapan Tuhan.
Sewaktu saya berada di Yogya untuk menghadiri
acara KKR yang baru lalu dan ketika itu sedang menonton TV CNN, saat itu
ditayangkan satu berita mengerikan tentang seorang baby sister berkebangsaan
Philipina yang menganiaya bayi berusia 3 bulan dari keluarga Thaiwan yang
diasuhnya. Diduga kejadian tersebut sudah terjadi kurang lebih satu bulan sejak
baby sister tersebut bekerja sehingga akhirnya ia dideportasi pulang
kenegaranya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana traumanya anak yang telah
mengalami aniaya seperti itu sejak kecil. Banyak baby sister yang bekerja bukan
karena ia mencintai anak tetapi karena mencari uang atau keuntungan sehingga ia
merasa berhak bertindak sembarangan. Akibatnya, jiwa seperti ini menjadikan
mereka begitu kejam. Bahkan beberapa waktu yang lalu ada bayi yang diberi obat
tidur terus atau anak yang dibakar di kompor karena ia jengkel dimarahi oleh
orang tua bayi tersebut. Disini satu hal yang sangat disayangkan, mengapa banyak
orang tua berani mempunyai anak tetapi tidak rela mengurus anak. Orang tua
seperti itu adalah orang tua yang kejam dan tidak bertanggung jawab akan satu
nyawa yang diserahkan kepadanya untuk dididik dan dibesarkan. Itu alasan Gereja
Reformed ketika membaptiskan anak maka orang tuanya yang harus mengikuti
katekisasi. Sehingga orang tua bertanggung jawab penuh kepada Tuhan untuk
pertumbuhan anak tersebut di dalam hidup dan imannya. Ini merupakan satu
tuntutan yang serius!
Ketika kita hidup didunia, mungkin kita merasa
begitu banyak kejahatan yang tidak dapat diselesaikan dan hari ini kita harus
menyadari ketidakada pengharapan manusia didunia untuk mengerti keadilan. Semua
mereka yang kemarin mengalami aniaya dan rumahnya dibakar, sekarang semua
pelakunya masih berkeliaran dengan bebas dan tidak ada tuntutan apapun, bahkan
kalau boleh dilupakan begitu saja. Kalau manusia sudah dalam kondisi seperti
itu, sadarkah bahwa manusia harus menerima murka Allah? Namun justru berita
dunia telah kehilangan satu berita bahwa Allah akan menjatuhkan murka karena
dunia sudah berdosa. Paulus menegaskan bahwa manusia sudah berdosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah sehingga tidak ada cara lain selain harus menerima
hukuman Allah, kecuali kita yang telah diperdamaikan di dalam Kristus. "Tetapi
Allah telah menetapkan Kristus menjadi jalan pendamaian yang memperdamaikan kita
dengan diriNya." Melalui dua tokoh Abraham dan Daud, Paulus membuktikan
bagaimana mereka diperdamaikan dengan Allah. Inilah berita yang harus kita
dengar dan pelajari di dalam merenungkan Perjamuan Kudus.
Ada beberapa aspek yang ingin saya tekankan ketika
kita masuk dalam pergumulan perdamaian. Saat manusia berdosa, ia harus dibawah
penghukuman Allah dan saat itulah ia perlu diperdamaikan. Inilah fungsi dan
tugas daripada jalan pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus. Inti dosa adalah
perlawanan kita terhadap Allah dan kebenaran dan bukan karena kita membunuh atau
tidak jujur. Seandainya seseorang setelah membunuh melakukan perbuatan baik,
perbuatannya tidak akan meniadakan perbuatan jahat yang telah dilakukan
sebelumnya. Perbuatan tersebut tetap menjadi tuntutan kriminal yang harus
diselesaikan secara hukum. Demikian juga ketika kita sudah berbuat dosa melawan
Tuhan maka dosa itu harus berhadapan dengan murka Allah dan baru selesai kalau
murka tersebut mendapatkan comsummation (penyelesaian) terhadap hukum
yang dituntutkan kepadanya. Hal ini dijelaskan dalam dua ayat pertama ps
5 yang memberikan esensi prinsip pendamaian dimana Kristus menjadi satu-satunya
jalan berdamai dengan Allah. Istilah berdamai dan dibenarkan dipakai untuk
memberikan istilah hukum yang mengambarkan bahwa tuntutan keadilan harus
ditetapkan oleh penetap hukum yang menguji keabsahan atau kefaliditasan dari
pendamaian tersebut. Sebagai contoh sederhana, dalam kasus hukum ketika
seseorang diadili, orang tersebut mempunyai kemungkinan dihukum langsung sesuai
dengan kesalahan yang dilakukan atau harus ada pengganti hukum yang berlaku dan
itu semua menjadi hak pengadilan untuk menetapkan hukuman. Ini adalah prinsip
supremasi hukum! Sehingga hanya melalui apa yang Tuhan tetapkan, pendamaian
tersebut baru sah. Dalam Rm 3:24 dikatakan, "…, Kristus Yesus telah
ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya."
Kalimat ini begitu tegas mengatakan bahwa dalam dunia tidak ada jalan keluar
kecuali melalui Kristus sehingga Ia menjadi satu-satunya jalan yang
sah.
Aspek kedua, waktu Kristus
ditetapkan menjadi jalan pendamaian, itu bukan berarti suatu proses yang mudah
dilakukan. Saat ini kita sedang mendekati Natal. Disaat seperti itu saya selalu
berdoa supaya Tuhan memimpin kita untuk mengumulkan satu aspek lagi dari Natal
sehingga kita boleh mendapat berkat khusus dari Natal tersebut. Tahun ini saya
coba merenungkan apa yang dialami dan dirasakan oleh Yusuf dan Maria. Satu
paradoks yang begitu membahagiakan namun sekaligus mengerikan dimana mereka
diberi hak untuk membesarkan Anak Allah yang berinkarnasi dan keadaan tersebut
tidak dialami orang lain namun mereka juga harus mengalami berhadapan dengan
masyarakat saat itu. Natal terjadi karena tidak ada cara lain yang sederhana
untuk menyelesaikan persoalan dosa manusia. Jalan pendamaian harus memenuhi
tuntutan murka Allah yang begitu keras terhadap manusia dan tidak ada cara lain
selain menanggung murka Allah tersebut. Berdamai dengan Allah harus beresiko
Kristus mati menebus dosa kita dan darahNya diteteskan, yang seharusnya darah
saudara dan saya. Seberapa jauh kita sadar murka Allah yang harusnya turun atas
kita maka sebegitu jauh kita sadar apa artinya Jesus mati bagi saudara dan saya.
Satu-satunya adalah kita kembali pada Dia, menerima menjadi Juru Selamat dan
menjadikan Dia Tuhan dalam hidup kita. Jalan pendamaian adalah jalan yang
dikerjakan dengan penderitaan dan kesulitan yang besar dengan naiknya Yesus
keatas kayu salib. Tidak ada satu pemimpin agama dan filsafat manapun yang tahu
peran dia secara total di dalam kelahirannya selain Yesus. Ia diberi nama Yesus
karena Ia-lah yang akan menyelamatkan seluruh umat manusia dari dosa mereka. Ia
datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawaNya
menjadi tebusan bagi banyak orang, (Viadolorosa) jalan penyelesaian dosa
yang tidak dapat dikerjakan oleh siapapun di dunia selain Kristus dan itu semua
dikerjakan demi saudara dan saya.
Yang ketiga, Yesus menjadi
jalan pendamaian yang sah karena Ia adalah satu-satunya mediator yang sah di
tengah dunia ini. Posisi paradoks Kristus sangat unik sekali karena Ia
mengandung dua status. Ketika Kristus berinkarnasi, tidak satu kalipun Ia
menyatakan sebagai Anak Allah, namun sebaliknya Ia seringkali mengatakan bahwa
Ia adalah anak manusia. Ia menjadi yang sulung dari semua saudara. Namun Ia naik
ke atas kayu salib dengan tuduhan Anak Allah. Ia menjadi anak manusia di hadapan
Allah supaya Ia berhak menanggung dosa manusia dan Ia berdiri sebagai Anak Allah
di hadapan manusia yang mau mengampuni dan mencintai manusia. Cinta kasihNyalah
yang menyebabkan saudara dan saya boleh diselamatkan (Rm 5:8). Ia tidak menuntut
kita hidup benar dahulu baru kemudian Ia mau mati tetapi justru sebaliknya Ia
menunjukkan cinta, saat umatNya masih melawan.
Mari kita berespon secara tepat, kembali pada
Tuhan dan sadar bahwa ketika kita masuk dalam meja perjamuan, kita tahu Tuhan
begitu cinta dan rela menjadi mediator yang mendamaikan kita dengan Bapa. Ketika
dalam perjamuan saudara tidak mengakui tubuh dan darah Tuhan, itu berarti
saudara tidak mengakui pengampunan penebusan yang Kristus kerjakan dalam diri
kita dan itu berarti kita sedang mendatangkan hukuman atas diri kita sendiri.
Mengakui bukan sekedar ya, tetapi bertekad dan berada di bawah ketaatan dengan
apa yang kita ucapkan. Apa yang menjadi respon kita? Seberapa jauh saudara dan
saya sadar anugerah Tuhan atas hidup kita dan seberapa besar kita sadar Tuhan
mencintai dan mengampuni kita? Banyak orang kristen menganggap diri terlalu baik
sehingga respon terhadap anugerah terlalu sedikit dan seolah-olah kita boleh
mengabaikan Tuhan beranugerah. Saya minta hari ini, sekali lagi jangan kita
mengabaikan anugerah tetapi sungguh-sungguh berespon dengan ketaatan dan
kerelaan yang sungguh mau mengabdikan hidup kita bagi Tuhan. Kiranya kita boleh
mengerti bagaimana kita harus hidup dihadapan Tuhan dan sungguh-sungguh
menyatakan cinta kasih Tuhan di tengah dunia. Amin.?
Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar