Ringkasan Khotbah : 13 September 1998
Hukum Kehidupan
Nats : Efesus 2:1-10 (2-3)
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto
Subeno
Minggu lalu kita mempelajari tentang realita dunia yang sudah
berdosa dimana manusia sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa.
Kematian merupakan kondisi realita yang begitu mengerikan di tengah dunia karena
kematian bukan berarti berhenti berproses melainkan merupakan proses menuju
penghancuran. Proses kematian berjalan terus menuju destruksi melalui proses
pembusukan, pengrusakan dan penghancuran sehingga ketika mati kita berada di
bawah kuasa kematian yang mencengkeram dan menggeragoti tubuh kita. Kuasa
kematian ini tidak memberikan pilihan kepada manusia. Dalam Ef 2:2, Paulus
mengatakan, "Kamu hidup di dalamnya, …" Jadi disini mati bukan berhentinya suatu
proses, melainkan kita tunduk di dalam kuasa kematian. Masalahnya, apa itu
kematian? Ada yang berpikir bahwa kematian hanya satu putaran kematian. Tidak
heran, akhirnya manusia kembali mengadopsi pikiran dari abad keenam yang
mengajarkan bahwa kehidupan ini terus berputar. Sekarang hidup kemudian mati
setelah itu hidup kembali lalu mati lagi demikian seterusnya. Ini yang disebut
reinkarnasi. Mereka hanya berharap suatu hari kelak mereka akan keluar dari
lingkaran ini. Tapi pandangan ini tidak mempunyai jawaban yang terlalu jelas
berkenaan dengan when, where, dan why? Karena di dalam prinsip
etika dari pandangan ini tidak memungkinkan penyelesaian seperti ini.
Disini Alkitab memiliki jawaban yang lebih tepat dan ini bukan
didasarkan pada spekulasi pikiran manusia yang sudah jatuh dalam dosa untuk
mengerti realita betapapun hebatnya pikiran manusia yang berdosa tidak mungkin
mengerti apa yang namanya disebut "ought to (seharusnya seperti apa)."
Pada waktu kita mengambil kesimpulan maka kesimpulan tersebut hanya berhenti di
tengah realita dunia berdosa. Jika manusia tidak kembali kepada wahyu Tuhan maka
tidak ada jalan keluar baginya, semua usaha manusia hanyalah spekulasi pikiran
manusia yang sudah berdosa. Itu sebabnya, ketika Alkitab membukakan hal ini
barulah manusia tahu keadaan yang sesungguhnya ‘seharusnya bagaimana.’
Paulus mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati….," ini keadaan yang
sangat mengerikan. Di dalam Ef 2:2-3 Paulus membuka satu realita lalu dia
mensharingkan pengalaman pribadinya kemudian barulah dia menyimpulkan.
Disini ada dua hal yang kita bisa pelajari pertama, manusia hidup dibawah
dosa dan tidak bisa keluar dari dosa (ay 2). Kata yang dipakai dibagian Ef 2:2,
‘mengikuti jalan dunia’ seperti orang masuk di sebuah jalan yang tidak
bisa lari kemana-mana dimana hal yang ingin digambarkan sesuatu yang aktif tapi
pasif. Aktif tetapi tidak bisa tidak dia harus berada disitu, karena jalurnya
hanya satu. Inilah yang dimaksud dengan "Kamu mentaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka."
Orang durhaka disini lebih tepat diterjemahkan "Orang yang tidak percaya atau
tidak mempunyai iman." Disini kelihatannya aktif, hidup dan bebas tetapi
jalannya tidak bisa lari dari jalan yang menuju pada kematian. Makin manusia
berusaha dan aktif makin dia terjerumus masuk dan hancur, inilah keadaan dunia
kita. Kelihatannya memberi kebebasan itu justru kebebasan yang mencengkeram dan
mematikan. Berbeda dengan Tuhan, di dalam memberikan pemberitaan dengan kalimat
yang keras tetapi sesudah itu memerdekakan sedangkan setan bekerja dengan cara
terbalik, depannya berisi rayuan tapi setelah masuk kita tidak bisa keluar (Yoh
8). Sayangnya banyak manusia yang lebih suka mendengar kata-kata yang manis dan
indah tetapi berakhir dengan tangisan. Paulus mengatakan, "Kamu hidup di
dalamnya." Kamu hidup di dalam jalur kematian. Maksudnya kamu tidak bisa keluar
dari sana karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa. Jika kita mengerti
realita ini kita tahu apa yang dikerjakan oleh orang-orang berdosa di tengah
dunia ini dan apa yang terjadi di dalam diri mereka. Mereka membutuhkan Injil
dan harus mendengar berita pengampunan karena itulah cara satu-satunya yang bisa
mengeluarkan mereka. Dosa bukan masalah hukum, tapi dosa adalah masalah hidup di
dalam kuasa kematian.
Kedua, orang berdosa tidak kembali kepada Firman ini
menunjukkan dia masih berada di bawah kuasa dosa. Dia tidak keluar dari natur
dosanya yang sedang mencengkeram dan mematikan dia. Itu sebabnya pada saat orang
mau bertobat maka kunci pertama yang harus diselesaikan adalah dia sadar dia
orang berdosa. Kita sendiri perlu keluar dari jerat itu, bukan caranya kita
untuk bermain-main dengan kuasa dosa. Jika kita mengatakan bahwa kita adalah
orang Kristen tetapi kita masih berada di dalam cengkeraman dosa, kita harus
mengevaluasi diri betulkah kita sudah benar-benar berada di dalam Kristus? Atau
kita hanya menjadi orang Kristen yang kelihatannya Kristen tetapi sesungguhnya
kita belum bertobat.
Setelah Paulus membuka konsep ini secara begitu jelas kepada
jemaat Efesus kemudian pada ay 3, dia membuka sharing pribadi dengan
mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka,
ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan
pikiran kami yang jahat." Paulus ketika mengatakan ini bukan berarti dia orang
yang rusak secara moral. Tidak! Paulus sebelumnya adalah orang yang kelihatannya
sangat rohani. Dia seorang yang begitu brilyan dan menjadi seorang teolog yang
berada di bawah bimbingan seorang guru besar Gamaliel. Sejak muda Paulus telah
menduduki posisi yang penting yaitu menjadi orang Farisi yang dianggap menjadi
golongan elite di tengah-tengah orang Israel. Di samping itu dia sangat
memperjuangkan Taurat. Namun di ayat 3 ini Paulus mengatakan, "Kami sama seperti
mereka yang lain (Ef 2:3)." Ketika manusia berada di bawah kuasa kematian dia
bisa merasa diri begitu baik, berjasa, saleh, dan mempunyai pengaruh yang besar
kepada masyarakat. Dia mungkin bangga hidup di dalam dunia. Tapi justru pada
saat itu dia keluar dari jalur yang sejati, keluar dari essensi kehidupan yang
sejati. Apa yang mereka lakukan sebenarnya mereka lakukan untuk mentaati
penguasa kerajaan angkasa yang sedang menguasai mereka melalui hawa nafsu,
keinginan daging dan pikirannya yang jahat. Biarlah ini juga menjadikan kita
waspada karena mata kita hanya mampu melihat fenomena luar tanpa mengerti isi
hati yang di dalam. Sebagai orang percaya yang dibutuhkan adalah seberapa jauh
kita mentaati Tuhan atau kita mentaati penguasa kerajaan angkasa. Satu prinsip
yang harus kita ingat yaitu hidup dosa tidak selalu berpenampilan dosa. Ingat
setan pun bisa berjubah malaekat. Bahkan yang lebih parah kita berdosa tapi kita
tidak sadar kita sedang berdosa. Inilah yang dialami oleh Paulus. Ketika Paulus
membunuh orang-orang percaya dia pikir dia sedang melakukan tindakan yang benar.
Paulus pikir dia sedang bekerja giat untuk Tuhannya. Namun ketika Paulus
bertobat dan kembali kepada Firman Kebenaran, dia mengatakan aku adalah orang
yang berdosa. Seseorang yang sadar dia orang berdosa sadar dia perlu pertobatan,
inilah yang memungkinkan dia bisa diperbaharui. Paulus mengalami ini maka dia
men-sharingkan pertobatannya. Suatu kesaksian yang menceritakan bagaimana
dia dulu hidup dibawah kuasa dosa dan mati dibawah kuasa dosa. Dan bagaimana
Kristus menyelamatkan dia keluar dari lumpur dosa. Inilah kesaksian sejati.
Terakhir, Paulus menceritakan betapa fatalnya dosa. Di dalam
ayat 3 mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara
mereka, ketika kami hidup …. Pada dasarnya kami adalah orang–orang yang harus
dimurkai sama seperti mereka yang lain." Konsep ini penting sekali, karena
khotbah berkenaan dengan Allah yang murka sangat langka dikhotbahkan. Tetapi
khotbah mengenai kasih Allah begitu banyak sekali. Alkitab justru membukakan
banyak Firman berkenaan dengan keadilan dan murka Allah. Misalnya Roma 1:18,
"Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia,
…," kalimat ini seharusnya menjadikan kita gentar. Kalimat ini juga menjadi picu
daripada pekerjaan Roh Kudus boleh bekerja di dalam hati kita. Mengapa? Karena
tidak ada pekerjaan Roh Kudus menyadarkan kita kalau Firman yang sejati tidak
diberitakan. Hal ini merupakan satu pekerjaan ganda yang dikerjakan bersama-sama
oleh Roh yang sama. Pertobatan yang sejati baru sungguh-sungguh terjadi jika Roh
Kudus bekerja melalui Firman dan Roh Kudus yang sama akan bekerja dengan iman di
dalam diri seseorang. Dan ketika ini diberitakan maka salah satu hal yang paling
penting adalah Roh Kudus hadir dengan "Menginsyafkan manusia akan dosa,
kebenaran, dan penghakiman (Yoh 16:8). Jika Roh Kudus ada di dalam diri kita
maka ketiga hal ini harus ada di dalam hidup kita. Jika seseorang menjadi orang
Kristen di dalam hatinya tidak gemetar akan penghakiman Allah. Ini merupakan
satu tanda tanya besar. Ini tidak berarti, sesudah seseorang bertobat berarti ia
tidak bisa jatuh ke dalam dosa. Tidak. Manusia masih belum sempurna. Di dalam
perjalanan hidup kita masih bisa jatuh dalam dosa. Namun ini langsung membuat
kita gentar ketika kita berhadapan dengan kebenaran Allah. Ini menjadi reaksi
dari semua tokoh-tokoh di Alkitab. Abraham, Yesaya, Paulus dan Petrus gemetar
(trembling) berhadapan dengan kesucian Allah. Sikap ini juga seharusnya
muncul dalam diri orang-orang yang bertobat sejati. Ini merupakan gambaran
kesucian Allah yang hadir ditengah-tengah kebobrokan dan kebejatan manusia. Ini
juga yang menjadikan Paulus sadar berapa besar anugerah yang dia terima. Tuhan
tidak bisa dipermainkan. Semua manusia akan berhadapan dengan pengadilan Allah.
Allah adalah kasih. Benar. Tapi Allah juga adil. Itu berarti kasih Allah tidak
boleh dipisahkan dari keadilan Allah. Kedua hal ini harus diharmoniskan. Kasih
harus adil. Adil harus dengan kasih. Ada murka tapi juga ada pengampunan. Baru
kita bsia mengerti bagaimana menjalankan kehidupan semacam ini secara tepat.
Orang Kristen seharusnya tahu siapa kita sebelumnya dan bagaimana kita yang
seharusnya. Lalu bagaimana kita memproses yang dahulu menuju yang seharusnya.
Inilah iman yang sejati. Hari ini biarlah kita semua tahu siapa diri kita. Kita
tahu bagaimana kita hidup. Dan berkata seperti Paulus berkata, "Kami dahulu
sebenarnya juga semua termasuk seperti mereka. Orang-orang yang hidup di bawah
hawa nafsu daging, menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang patut dimurkai sama seperti mereka yang
lain (Ef 2:3)." Tetapi karena anugerah Kristus sekarang boleh keluar dan berada
di dalam anugerah, hidup di bawah kebenaran Tuhan dan diproses di dalam
kebenaran. Biarlah ini menjadi sharing kehidupan kita yang boleh membangkitkan
banyak orang lain melihat kebenaran Kristus sehingga kita dipakai oleh Tuhan
untuk menjadi saluran berita Injil kepada orang lain. Maukah saudara? Amin!
Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar