Ringkasan Khotbah : 05 Desember 2003 |
|
||
Christmas & Discount
|
|||
Nats: Luk 2:1-7
Pengkhotbah : Ev. Steve Hendra
|
|||
Kalau kita pergi ke tempat-tempat hiburan di
Surabaya, kita akan melihat dan merasakan suasana yang baru, yaitu suasana
natal. Tempat-tempat hiburan tersebut mulai didekorasi dengan lonceng,
kereta salju, sinterklas, bahkan lagu-lagu natal. Lalu dapatkah kita
mengambil kesimpulan kalau orang-orang dunia telah menyambut kedatangan
Yesus ? Pertanyaan inilah yang akan kita pergumulkan pada hari ini.
Banyak orang didalam konsep pikirannya bahwa
natal itu tidak lebih dari sebuah perayaan yang diperingati setiap tahun.
Mereka sudah tidak terlalu peduli lagi dengan apa yang dirayakan tetapi
lebih kepada perayaan itu sendiri. Jadi ketika natal tiba, mereka menganggap
hari-hari itu harus meriah dan mewah. Maka tidak heran kalau di Plaza
Tunjungan dan tempat-tempat hiburan lainnya pada bulan Desember pasti
diformat sedemikian gemerlap. Dan ketika masyarakat masuk ke dalam suasana
yang demikian gemerlap, mereka akan merasa tidak pas kalau tidak memakai
baju baru. Inilah kenyataannya. Pada waktu natal tiba, satu pikiran yang
pasti ada didalam otak kita adalah baju baru. Dan ketika orang-orang
berpikir seperti itu, toko-toko mulai memberikan diskon-diskon dan hadiah
yang bermacam-macam. Sehingga muncul ide “kalau mau belanja habis-habisan,
tunggulah hari natal karena pasti banyak diskon”.
Ketika saya mengingat masa kecil saya, setiap
tahun seluruh keluarga besar saya selalu merayakan ulang tahun dari seorang
nenek yang sudah berumur 100 tahun lebih secara besar-besaran. Terkadang
pesta tersebut berlangsung selama 24 jam. Bermacam-macam makanan dan minuman
di sediakan bagi seluruh anggota keluarga. Berbagai macam tari-tarian dan
lagu-lagu ditampilkan mulai dari yang tradisional hingga yang modern. Semua
keluarga merasa gembira karena pada waktu itu semua keluarga besar dapat
berkumpul menjadi satu. Dan ketika saya mempersiapkan khotbah ini, saya
teringat kembali dengan peristiwa itu dan saya mulai merenungkan apa yang
sedang dirayakan ? Setiap bulan Desember, apa yang kita rayakan ?.
Secara esensial, pesta besar tersebut bukanlah
sebuah pesta ulang tahun. Dari sedemikian banyak makanan dan minuman, berapa
banyak dan berapa macam yang bisa dinikmati olehnya ? Berbagai macam tarian
dan lagu ditampilkan, apakah dia masih dapat menikmatinya ? Dari 24 jam
pesta, berapa jam dia bisa hadir bersama dengan keluarga besarnya ? Dari
begitu banyak diskon dan hadiah yang ditawarkan oleh para penjual, seberapa
banyak orang yang berpikir akan makna kelahiran Kristus ? Fakta yang ada,
banyak orang yang sudah tidak peduli akan kelahiran Kristus. Aneh bukan,
mereka setiap tahun selalu merayakan natal, tetapi mereka tidak pernah
menyambut Kristus, apalagi menerimanya. Bagi mereka, natal dan kehadiran
Kristus adalah 2 hal yang tidak ada hubungannya. Bagi mereka, perayaan natal
adalah perayaan bagi diri mereka sendiri, sama sekali bukan untuk Tuhan.
Semua hiasan natal dan lagu-lagu natal bukan di pasang dan dinyanyikan untuk
Tuhan, tetapi untuk kesenangan manusia.
Jika kita membaca Luk 2:1-7, suasana pada waktu
itu ternyata juga ramai, mirip dengan suasana natal pada zaman sekarang
karena peristiwa kelahiran Yesus bersamaan proses sensus penduduk. Banyak
keluarga atau orang-orang Bethlehem yang hidup diluar Bethlehem akan mudik
kembali ke kampung halaman. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemilik
penginapan. Mereka ingin meraup keuntungan yang besar dengan menjual
penginapan mereka diatas harga normal. Tetapi toh semua penginapan tetap
penuh karena memang sangat banyak sekali orang yang kembali ke Bethlehem
dengan berbagai macam motivasi baik mau liburan, mengikuti sensus, dll. Maka
kita bisa mengambil kesimpulan bahwa natal pada mula-mula bukanlah natal
yang tidak sibuk. Jika kita pada hari ini begitu sibuk dengan belanja kita
dan segala macam persiapan natal, begitu juga pada waktu natal pertama kali.
Tetapi apakah semua kesibukkan itu memang ditujukan untuk Tuhan Yesus ?
Tidak. Kedua zaman ini, semua orangnya telah terlelap didalam kesibukkannya
masing-masing hingga dunia menjadi sunyi senyap.
Kedatangan Mesias telah dinubuatkan oleh para
nabi perjanjian lama dan janji itu telah dituliskan didalam Kitab mereka,
tetapi ternyata semua mengabaikannya (termasuk ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi). Bahkan ketika Yesus membutuhkan tempat untuk lahir,
semua penginapan menolak Dia ! Ironis sekali, mereka tidak sadar bahwa
mereka telah menolak Juru Selamat yang selama ini mereka nantikan. Justru
orang Majus yang hanya mengandalkan bintang-bintang dilangit bukan janji
Tuhan, merekalah yang mencari-cari Mesias. Mungkin mereka juga tidak tahu
bahwa Mesias akan lahir, mereka hanya tahu kalau ada orang besar yang akan
lahir, tapi toh mereka rela melakukan perjalanan bermil-mil untuk menyembah
orang besar tersebut. Kenapa sampai dengan zaman sekarangpun, masih begitu
banyak jiwa yang mengabaikan kelahiran Yesus Kristus ?
Yang terutama adalah karena image yang
diciptakan. Image yang diciptakan membawa suatu kuasa yang begitu besar
untuk mengalihkan semua perhatian manusia dari Tuhan. Semua orang Israel dan
para ahli Taurat selalu menganggap bahwa yang disebut sebagai mesias
seharusnya adalah seorang raja yang sangat berkuasa. Bagi mereka, seorang
mesias tidak mungkin lahir di kota kecil seperti Bethlehem melainkan di
rumah besar seperti istana Herodes. Inilah image mesias di kepala mereka
sehingga ketika Yesus lahir, mereka tidak peduli. Padahal kalau kita melihat
pekerjaan Tuhan melalui kelahiran Yesus, ada banyak hal penting yang dapat
kita ambil hikmahnya. Salah satunya adalah : peristiwa kelahiran Yesus
justru menelanjangi segala kebobrokan manusia dan segala kemegahan palsu
yang ada. Jika orang-orang yang berada pada zaman itu dan juga pada zaman
sekarang selalu membangun kemegahan dan kemewahan apabila terdapat suatu
perayaan, Tuhan Yesus justru tidak membutuhkan semua itu. Semua image
tersebut hanya menghembuskan sebuah semangat hedonisme/bagaimana memuaskan
diri sendiri.
Semua orang ingin memuaskan diri mereka sendiri
dengan menonjolkan sifat konsumerisme. Mereka membeli segala macam barang
bukan karena mereka membutuhkannya tetapi demi kepuasan hati mereka.
Demikian juga dengan perayaan natal. Semua orang langsung berpikir “hadiah
apa saja yang bisa aku dapatkan ?”, “perhiasan apa saja yang bisa aku beli
?”, dsb. Sifat konsumerisme bisa mencengkram manusia karena manusia selalu
mementingkan gengsi, kebiasaan dan image lingkungan, serta kesenangan
pribadi. Dari sini kita baru tahu kenapa program diskon di setiap toko
sangat disambut gembira oleh masyarakat. Setiap natal, presentase penjualan
setiap toko meningkat pesat. Kalau kita pikir-pikir, apakah perusahaan/toko
akan rugi dengan adanya diskon ? Tidak. Didunia bisnis, mana ada orang yang
mau rugi ? Apalagi orang-orang sekuler yang sampai matipun hanya gara-gara
urusan uang.
Maka, perayaan natal bukanlah memperingati
kelahiran Tuhan Yesus, tetapi justru menjadi perayaan untuk menolak Tuhan
Yesus. Hal ini nampak kalau kita melihat beberapa kartu ucapan natal atau
siaran TV, mereka tidak lagi mengucapkan merry Christmas, tetapi mereka
menghapus kata Christ dan diubah menjadi sekedar Season Greeting. Dan ketika
natal adalah penolakan terhadap Kristus, yang diterima adalah
manusia-manusia. Tetapi pada kenyataannya, apakah mereka menerima semua
manusia ? Tidak. Yusuf dan Maria tidak pernah diterima karena mereka adalah
orang miskin. Dari sini kita bisa membuat alurnya, pada awalnya manusia
menolak Tuhan dan menerima manusia, tetapi hanya karena materi, manusia
ternyata juga bisa menolak manusia.
Sekarang, pandanglah kepada Tuhan Yesus. Dia
justru mengerjakan semua hal yang sama sekali berlawanan dengan apa yang
manusia lakukan. Tuhan Yesus tidak datang dengan materi dan di tempat yang
mewah walaupun Dia adalah pemilik seluruh alam semesta. Tetapi justru karena
Dia mau lahir ditempat yang terhina, orang-orang yang merasa dirinya hina
bisa datang kepada Dia. Tidak ada satu orangpun di bawah kolong langit yang
namanya bisa ditinggikan karena dia pernah menyediakan tempat bagi Tuhan
Yesus. Tidak ada satu tempatpun dibawah kolong langit yang bisa disucikan
karena Tuhan Yesus pernah lahir ditempat itu. Ditempat yang hina, Tuhan
Yesus justru bisa mengumpulkan segala manusia dari berbagai kalangan. Tidak
peduli engkau raja, tidak peduli engkau miskin, tidak peduli engkau punya
istana, engkau bisa datang kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pasti akan
menerima engkau dan menghargai dirimu.
Apakah kita memiliki semangat natal yang sejati
? Pertama, karena Tuhan Yesus rela merendahkan diriNya, natal menjadi suatu
perayaan yang universal, yang bisa kita syukuri dengan sepenuh hati. Kedua,
perayaan natal yang sesungguhnya adalah perayaan dari kelahiran Yesus
Kristus sendiri. Tidak ada seorangpun yang merasa dirinya lebih hormat,
lebih kaya, dsb. Ketika hadir didepan Tuhan Yesus, mereka semua harus
menyembahNya. Siapa yang datang ketika Yesus lahir ? hanya gembala dan orang
majus, bukan orang-orang “hebat” seperti ahli Taurat dan orang Farisi.
Ketiga, ketika dunia menawarkan sebuah semangat yang melulu mengejar
kemewahan dan kepuasan diri sendiri, Tuhan Yesus justru menawarkan suatu
semangat inkarnasi. Tuhan Yesus rela turun untuk menebus dosa-dosa kita, dan
pada waktu itu kita baru bisa menjadi manusia dan untuk apa kita hidup.
Inilah semangat seharusnya berada didalam hati kita. Apakah kita memiliki
semangat untuk setia menjadi saksi dan terang bagi dunia serta berusaha
membawa jiwa-jiwa yang terhilang untuk datang kepada Yesus Kristus ? Ketika
engkau telah mendapatkan kasih yang begitu hangat dari Tuhan, maukah engkau
membagikan kasih itu kepada orang-orang yang hidupnya begitu dingin ?
Jika kita pergi ke Plaza Tunjungan III, di
lantai bawah kita akan melihat Bethlehem, yaitu rumah-rumahan yang semuanya
terbuat dari roti (beth berarti rumah; lehem berarti roti). Tetapi jika kita
berpikir, apakah roti-roti tersebut memberikan dapat memberikan suatu
kehidupan bagi manusia ? Agar rumah-rumahan tersebut bertahan lama, semua
roti yang dipergunakan harus diberi banyak bahan pengawet. Jadi jelas
roti-roti tersebut tidak dapat memberikan suatu hidup. Tetapi ketika Tuhan
Yesus hadir di tengah-tengah kita, Dia benar-benar menjadi roti yang dapat
memberikan kehidupan bagi semua manusia. Dia menarik orang-orang bukan untuk
melihat segala macam materi dan kemewahannya, tetapi Dia menarik orang-orang
untuk datang kepada Bapa dan memperoleh hidup kekal. Jika kita melihat natal
dengan kacamata dunia yang penuh dengan diskon dan pesta, kita tetap tidak
akan mendapatkan arti yang sesungguhnya dari natal. Tetapi ketika kita
benar-benar memandang kepada Kristus, pada waktu itulah kita mendapatkan
esensi daripada natal. amin.
Diposting Oleh : eki kawamasi
|
Jumat, 15 Juni 2012
Ringkasan Khotbah (Christmas & Discount)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar