Nats : Efesus 3: 13-16; 21
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
From Glory to
Glory
Paulus mengatakan bahwa penderitaannya adalah kemuliaan jemaat
Efesus. Jemaat Efesus sulit mengerti hubungan antara penderitaan Paulus dan
kemuliaan jemaat Efesus. Memang ajaran ini sulit kita mengerti karena konsep ini
sangat berbeda dengan apa yang diajarkan oleh dunia. Paulus berkata kecuali aku
berlutut berdoa dan minta kepada Bapa, agar Bapa dengan segala kelimpahan
kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya di dalam batinmu.
Tujuannya agar akhirnya kemuliaan yang ada pada jemaat bisa kembali
mempermuliakan Allah (ay 21).
Berikut ini kita akan melihat kaitan antara kesulitan dan
kesesakan Paulus dengan kemuliaan jemaat. Konsep ini tidak mudah diterima.
Mengapa? Disini terdapat dua alasan: Pertama, close system (sistem
tertutup). Orang seperti ini seringkali sulit untuk menerima informasi yang
berbeda dengan apa yang dia percaya dan pikirkan. Mereka hanya mau menerima
informasi yang sesuai dengan apa yang dia pikirkan dan akibatnya orang seperti
ini tidak mungkin menerima informasi yang baru. Kedua, open system
(sistem terbuka) yaitu orang yang mau menerima informasi yang baru dari siapa
saja. Dari kedua sistem ini mana yang lebih baik. Dua-duanya bisa baik tetapi
juga dua-duanya bisa tidak baik. Terlalu tertutup sehingga kita tidak mau
menerima informasi apapun, ini menjadikan kita tidak bisa berkembang dan kita
akan menjadi orang yang bodoh namun terlalu terbukapun bisa berbahaya jika kita
terbuka pada informasi yang tidak benar.
Banyak orang-orang Yahudi dan orang Yunani yang bersikap
tertutup dan mereka hanya menerima konsep yang mereka pegang dan mereka tidak
mau menerima yang berbeda. Tidak heran ketika Tuhan Yesus mengajarkan
konsep-konsep yang berbeda dan berlawanan dari apa yang orang Yahudi dan orang
Yunani pikirkan, mereka sulit menerima konsep kemuliaan dikaitkan dengan
penderitaan. Bagi orang Efesus yang juga sudah dipengaruhi oleh arus filsafat
hedonistik, mereka hidup adalah mencari dan mengejar kenikmatan. Masalahnya
puncak kenikmatan itu seperti apa? Bagi mereka puncak kenikmatan adalah
ketiadaan atau absennya semua penderitaan atau kesusahan. Itu sebabnya ketika
mereka diberi tahu bahwa penderitaan Paulus merupakan kemuliaan jemaat mereka
tidak bisa menerima hal ini. Paulus tahu, sulit menjelaskan hal ini kepada
mereka dan ini bukan hal yang sederhana, itu sebabnya dia berdoa. Melalui doa
Paulus ini, kita bisa mengerti sebenarnya apa yang Paulus ingin ungkapkan dan
yang ingin agar jemaat Efesus mengerti. Melalui doa Paulus ini kita melihat
beberapa hal: pertama, Paulus mengatakan bahwa kemuliaan itu adalah kemuliaan
yang perlu kembali kepada sumber kemuliaan yaitu Tuhan. di dalam Ef 3:16 Paulus
berdoa, "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaanNya, menguatkan dan
meneguhkan kamu. Jadi untuk mengerti kemuliaan Tuhan kita harus merelasikan
diri atau mengkaitkan dengan sumber kemuliaan yaitu Tuhan Allah. Ini essensi
yang sulit dimengerti oleh manusia. Manusia adalah makhluk mulia tapi kemuliaan
manusia ini di dapat ketika dia mengkaitkan diri dengan sumber kemuliaan yaitu
Tuhan Allah sendiri. (Maz 8:6). Dengan kata lain atribusi kemuliaan itu
ditempelkan ke dalam dia oleh Tuhan Allah. Jadi manusia mulia bukan karena saya
ansich pada diri saya memang mulia. Tidak! Saya bukan sumber kemuliaan tapi saya
makhluk mulia karena Tuhan memberikan kemuliaan itu kepada saya. Rahasia ini
tidak mungkin bisa kita mengerti kecuali kembali kepada relasi tersebut tapi
ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia sebagai makhluk yang mulia ini sudah
kehilangan kemuliaan (Roma 3:23). Disini kita perlu peka. Mengapa? Karena saya
kehilangan kemuliaan ketika saya jatuh ke dalam dosa. Disini yang hilang bukan
kemuliaan saya melainkan kemuliaan Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa
kita sebagai makhluk mulia yang kehilangan mahkota, akibatnya dia menjadi
makhluk yang hina. Namun di dalam batinnya masih ada bekas sebagai makhluk yang
mulia sehingga manusia menjadi konflik di dalam dirinya untuk mengejar
kemuliaan. Masalahnya manusia tidak tahu sumber kemuliaannya dimana dan
bagaimana mencari kemuliaannya. Tidak heran ketika dia mencari kemuliaan justru
semakin jatuh ke dalam kehinaan. Semakin dia mencari kemuliaan semakin dia jatuh
ke dalam kehinaan yang lebih dalam. Disini prinsip Alkitab mengajarkan ketika
manusia mengejar kemuliaan menurut caranya manusia akan semakin hina, makin kita
gila kemuliaan kita akan semakin rusak. Ada orang yang kehilangan kemuliaan lalu
dia tempel tubuhnya dengan barang-barang perhiasan yang begitu mahal dia pikir
dengan cara ini orang akan hormat sama dia tapi ternyata tidak. Itu sebabnya
kalau Tuhan tidak mempermuliakan, kita tidak akan menjadi mulia (baca Rom 8:
28-30). Ini kunci pertama bagaimana kita bisa mulia yaitu dengan mengaitkan
kemuliaan itu dengan sumber kemuliaan.
Kedua, Alkitab mengatakan ketika kita mau mengaitkan dengan
kemuliaan yang sejati kuncinya tidak mudah. Hal ini harus di mulai melalui
pertobatan penebusan dosa dan kembalinya kita kepada Allah yang sesungguhnya.
Hanya melalui Allah yang mempermuliakan barulah kita bisa menjadi makhluk mulia
dan ini baru bisa terjadi jika kita betul-betul bertobat dan kembali kepada
Tuhan. Ini menjadi dasar kita mau tunduk kepada firman Tuhan, mau
sungguh-sungguh belajar kebenaran baru sesudah itu kita bisa mengerti, bisa
dipulihkan dan akhirnya kita bisa mendapatkan kemuliaan yang Tuhan sediakan bagi
kita. Memang di dalam sejarah, kita bisa juga melihat ada orang-orang yang tanpa
pertobatan hanya melalui wahyu umum bisa mengerti kebenaran lalu taat kepada
kebenaran yang berdasarkan wahyu umum. Orang seperti ini akan menjadi orang yang
lebih mulia. Tetapi wahyu umum ini hanya kebenaran yang samar-samar karena untuk
mengerti kebenaran yang sesungguhnya manusia harus kembali kepada wahyu khusus
yaitu kembali kepada Kristus dan FirmanNya. Melalui wahyu khusus ini manusia
akan dibukakan problematika yang tidak dimengerti oleh manusia di dalam
pengertian wahyu umum. Ini baru bisa terjadi melalui penebusan pertobatan dan
kesungguhan saya taat kepada Tuhan. Disini kita melihat relasi mengapa Paulus
mengatakan "Penderitaanku adalah kemuliaanmu," yaitu agar melalui pemberitaan
Injil, jemaat Efesus bisa mendapatkan kemuliaan dan untuk memberitakan Injil ini
Paulus mengalami penderitaan. Ketika Paulus memberitakan Injil di Efesus itu
tidak mudah, banyak kesesakan, banyak penderitaan dan kesengsaraan yang dialami
oleh Paulus. Dan melalui penderitaaan, kesesakan dan kesengsaraan Paulus inilah
jemaat Efesus boleh mengerti cinta Tuhan dan bertobat. Dan pertobatan yang
mereka alami ini mengakibatkan mereka bisa dipanggil kembali untuk mengenal
Tuhan dan boleh menjadi anak Tuhan. Mereka boleh mengerti berapa besarnya,
berapa lebar, berapa panjang, berapa dalam, berapa tinggi kasih Allah bagi
jemaat. Dengan mengerti ini jemaat tahu apa artinya satu pertobatan dihadapan
Tuhan. itu adalah satu-satunya jalur kita kembali mendapatkan kemuliaan yang
Tuhan sediakan. Disini jemaat bisa melihat hubungan antara apa artinya
penderitaan Paulus dengan kemuliaan yang diterima oleh Tuhan Yesus.
Ketiga, ketika kita sudah mendapatkan kemuliaan, kita bisa
jatuh kepada ekstrim yang berikutnya yaitu kita minta semua orang mempermuliakan
kita. Dulu saya kehilangan kemuliaan tapi sekarang saya sudah bertobat, kembali
kepada Tuhan dan sekarang Tuhan mempermuliakan saya. Karena Tuhan mempermuliakan
saya maka sekarang semua orang harus hormat kepada saya. Ini bahaya sekali.
Paulus waspada akan kemungkinan ini karena pada hakekatnya manusia berdosa itu
mudah sekali gila hormat. Idenya bukan disana! Yang harus kita tahu adalah
mengapa Tuhan membuat manusia menjadi makhluk mulia? Jawabnya adalah satu
prinsip yaitu agar kita bisa mempermuliakan Allah kembali (ay 21). Dengan
mengerti ini kita tahu bukan sekedar bagaimana saya kembali kepada kemuliaan
yang Tuhan sediakan tetapi tahu juga mengapa itu disediakan bagi kita. Kemuliaan
yang diberikan kepada kita bukan supaya kita gila hormat, gila kemuliaan tetapi
justru melalui kemuliaan yang sudah dikembalikan kepada kita menjadikan kita
mungkin mempermuliakan Allah. Ini alasan ketika kita menjadi makhluk mulia kita
harus menjaga bagaimana saya hidup di dalam kemuliaan dan tidak mempermalukan
Tuhan serta tidak mengerjakan hal-hal yang hina. Inilah prinsip dan tujuan
mengapa Tuhan ingin kita menjadi makhluk mulia, agar semua yang kita lakukan,
yang kita katakan, yang kita kerjakan di dalam hidup kita sehari-hari
mencerminkan satu kemuliaan yang akhirnya orang mau tidak mau memuliakan Allah.
Oleh sebab itu mari kita menjaga perkataan kita, tingkah laku kita, supaya kita
dapat mempermuliakan Allah yang di surga. Dengan demikian ketika orang melihat
kita akhirnya melihat kemuliaan Tuhan kita. Orang melihat kita terus kemudian
melihat kepada Tuhan kita dan akhirnya kita betul-betul adalah anak-anaknya yang
mempermuliakan Dia. Mau saudara? Amin!?Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar