Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (From Glory to Glory)

Ringkasan Khotbah : 07 Maret 1999

Nats : Efesus 3: 13-16; 21

Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
 From Glory to Glory

Paulus mengatakan bahwa penderitaannya adalah kemuliaan jemaat Efesus. Jemaat Efesus sulit mengerti hubungan antara penderitaan Paulus dan kemuliaan jemaat Efesus. Memang ajaran ini sulit kita mengerti karena konsep ini sangat berbeda dengan apa yang diajarkan oleh dunia. Paulus berkata kecuali aku berlutut berdoa dan minta kepada Bapa, agar Bapa dengan segala kelimpahan kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya di dalam batinmu. Tujuannya agar akhirnya kemuliaan yang ada pada jemaat bisa kembali mempermuliakan Allah (ay 21).
Berikut ini kita akan melihat kaitan antara kesulitan dan kesesakan Paulus dengan kemuliaan jemaat. Konsep ini tidak mudah diterima. Mengapa? Disini terdapat dua alasan: Pertama, close system (sistem tertutup). Orang seperti ini seringkali sulit untuk menerima informasi yang berbeda dengan apa yang dia percaya dan pikirkan. Mereka hanya mau menerima informasi yang sesuai dengan apa yang dia pikirkan dan akibatnya orang seperti ini tidak mungkin menerima informasi yang baru. Kedua, open system (sistem terbuka) yaitu orang yang mau menerima informasi yang baru dari siapa saja. Dari kedua sistem ini mana yang lebih baik. Dua-duanya bisa baik tetapi juga dua-duanya bisa tidak baik. Terlalu tertutup sehingga kita tidak mau menerima informasi apapun, ini menjadikan kita tidak bisa berkembang dan kita akan menjadi orang yang bodoh namun terlalu terbukapun bisa berbahaya jika kita terbuka pada informasi yang tidak benar.
Banyak orang-orang Yahudi dan orang Yunani yang bersikap tertutup dan mereka hanya menerima konsep yang mereka pegang dan mereka tidak mau menerima yang berbeda. Tidak heran ketika Tuhan Yesus mengajarkan konsep-konsep yang berbeda dan berlawanan dari apa yang orang Yahudi dan orang Yunani pikirkan, mereka sulit menerima konsep kemuliaan dikaitkan dengan penderitaan. Bagi orang Efesus yang juga sudah dipengaruhi oleh arus filsafat hedonistik, mereka hidup adalah mencari dan mengejar kenikmatan. Masalahnya puncak kenikmatan itu seperti apa? Bagi mereka puncak kenikmatan adalah ketiadaan atau absennya semua penderitaan atau kesusahan. Itu sebabnya ketika mereka diberi tahu bahwa penderitaan Paulus merupakan kemuliaan jemaat mereka tidak bisa menerima hal ini. Paulus tahu, sulit menjelaskan hal ini kepada mereka dan ini bukan hal yang sederhana, itu sebabnya dia berdoa. Melalui doa Paulus ini, kita bisa mengerti sebenarnya apa yang Paulus ingin ungkapkan dan yang ingin agar jemaat Efesus mengerti. Melalui doa Paulus ini kita melihat beberapa hal: pertama, Paulus mengatakan bahwa kemuliaan itu adalah kemuliaan yang perlu kembali kepada sumber kemuliaan yaitu Tuhan. di dalam Ef 3:16 Paulus berdoa, "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu. Jadi untuk mengerti kemuliaan Tuhan kita harus merelasikan diri atau mengkaitkan dengan sumber kemuliaan yaitu Tuhan Allah. Ini essensi yang sulit dimengerti oleh manusia. Manusia adalah makhluk mulia tapi kemuliaan manusia ini di dapat ketika dia mengkaitkan diri dengan sumber kemuliaan yaitu Tuhan Allah sendiri. (Maz 8:6). Dengan kata lain atribusi kemuliaan itu ditempelkan ke dalam dia oleh Tuhan Allah. Jadi manusia mulia bukan karena saya ansich pada diri saya memang mulia. Tidak! Saya bukan sumber kemuliaan tapi saya makhluk mulia karena Tuhan memberikan kemuliaan itu kepada saya. Rahasia ini tidak mungkin bisa kita mengerti kecuali kembali kepada relasi tersebut tapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia sebagai makhluk yang mulia ini sudah kehilangan kemuliaan (Roma 3:23). Disini kita perlu peka. Mengapa? Karena saya kehilangan kemuliaan ketika saya jatuh ke dalam dosa. Disini yang hilang bukan kemuliaan saya melainkan kemuliaan Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa kita sebagai makhluk mulia yang kehilangan mahkota, akibatnya dia menjadi makhluk yang hina. Namun di dalam batinnya masih ada bekas sebagai makhluk yang mulia sehingga manusia menjadi konflik di dalam dirinya untuk mengejar kemuliaan. Masalahnya manusia tidak tahu sumber kemuliaannya dimana dan bagaimana mencari kemuliaannya. Tidak heran ketika dia mencari kemuliaan justru semakin jatuh ke dalam kehinaan. Semakin dia mencari kemuliaan semakin dia jatuh ke dalam kehinaan yang lebih dalam. Disini prinsip Alkitab mengajarkan ketika manusia mengejar kemuliaan menurut caranya manusia akan semakin hina, makin kita gila kemuliaan kita akan semakin rusak. Ada orang yang kehilangan kemuliaan lalu dia tempel tubuhnya dengan barang-barang perhiasan yang begitu mahal dia pikir dengan cara ini orang akan hormat sama dia tapi ternyata tidak. Itu sebabnya kalau Tuhan tidak mempermuliakan, kita tidak akan menjadi mulia (baca Rom 8: 28-30). Ini kunci pertama bagaimana kita bisa mulia yaitu dengan mengaitkan kemuliaan itu dengan sumber kemuliaan.
Kedua, Alkitab mengatakan ketika kita mau mengaitkan dengan kemuliaan yang sejati kuncinya tidak mudah. Hal ini harus di mulai melalui pertobatan penebusan dosa dan kembalinya kita kepada Allah yang sesungguhnya. Hanya melalui Allah yang mempermuliakan barulah kita bisa menjadi makhluk mulia dan ini baru bisa terjadi jika kita betul-betul bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ini menjadi dasar kita mau tunduk kepada firman Tuhan, mau sungguh-sungguh belajar kebenaran baru sesudah itu kita bisa mengerti, bisa dipulihkan dan akhirnya kita bisa mendapatkan kemuliaan yang Tuhan sediakan bagi kita. Memang di dalam sejarah, kita bisa juga melihat ada orang-orang yang tanpa pertobatan hanya melalui wahyu umum bisa mengerti kebenaran lalu taat kepada kebenaran yang berdasarkan wahyu umum. Orang seperti ini akan menjadi orang yang lebih mulia. Tetapi wahyu umum ini hanya kebenaran yang samar-samar karena untuk mengerti kebenaran yang sesungguhnya manusia harus kembali kepada wahyu khusus yaitu kembali kepada Kristus dan FirmanNya. Melalui wahyu khusus ini manusia akan dibukakan problematika yang tidak dimengerti oleh manusia di dalam pengertian wahyu umum. Ini baru bisa terjadi melalui penebusan pertobatan dan kesungguhan saya taat kepada Tuhan. Disini kita melihat relasi mengapa Paulus mengatakan "Penderitaanku adalah kemuliaanmu," yaitu agar melalui pemberitaan Injil, jemaat Efesus bisa mendapatkan kemuliaan dan untuk memberitakan Injil ini Paulus mengalami penderitaan. Ketika Paulus memberitakan Injil di Efesus itu tidak mudah, banyak kesesakan, banyak penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh Paulus. Dan melalui penderitaaan, kesesakan dan kesengsaraan Paulus inilah jemaat Efesus boleh mengerti cinta Tuhan dan bertobat. Dan pertobatan yang mereka alami ini mengakibatkan mereka bisa dipanggil kembali untuk mengenal Tuhan dan boleh menjadi anak Tuhan. Mereka boleh mengerti berapa besarnya, berapa lebar, berapa panjang, berapa dalam, berapa tinggi kasih Allah bagi jemaat. Dengan mengerti ini jemaat tahu apa artinya satu pertobatan dihadapan Tuhan. itu adalah satu-satunya jalur kita kembali mendapatkan kemuliaan yang Tuhan sediakan. Disini jemaat bisa melihat hubungan antara apa artinya penderitaan Paulus dengan kemuliaan yang diterima oleh Tuhan Yesus.
Ketiga, ketika kita sudah mendapatkan kemuliaan, kita bisa jatuh kepada ekstrim yang berikutnya yaitu kita minta semua orang mempermuliakan kita. Dulu saya kehilangan kemuliaan tapi sekarang saya sudah bertobat, kembali kepada Tuhan dan sekarang Tuhan mempermuliakan saya. Karena Tuhan mempermuliakan saya maka sekarang semua orang harus hormat kepada saya. Ini bahaya sekali. Paulus waspada akan kemungkinan ini karena pada hakekatnya manusia berdosa itu mudah sekali gila hormat. Idenya bukan disana! Yang harus kita tahu adalah mengapa Tuhan membuat manusia menjadi makhluk mulia? Jawabnya adalah satu prinsip yaitu agar kita bisa mempermuliakan Allah kembali (ay 21). Dengan mengerti ini kita tahu bukan sekedar bagaimana saya kembali kepada kemuliaan yang Tuhan sediakan tetapi tahu juga mengapa itu disediakan bagi kita. Kemuliaan yang diberikan kepada kita bukan supaya kita gila hormat, gila kemuliaan tetapi justru melalui kemuliaan yang sudah dikembalikan kepada kita menjadikan kita mungkin mempermuliakan Allah. Ini alasan ketika kita menjadi makhluk mulia kita harus menjaga bagaimana saya hidup di dalam kemuliaan dan tidak mempermalukan Tuhan serta tidak mengerjakan hal-hal yang hina. Inilah prinsip dan tujuan mengapa Tuhan ingin kita menjadi makhluk mulia, agar semua yang kita lakukan, yang kita katakan, yang kita kerjakan di dalam hidup kita sehari-hari mencerminkan satu kemuliaan yang akhirnya orang mau tidak mau memuliakan Allah. Oleh sebab itu mari kita menjaga perkataan kita, tingkah laku kita, supaya kita dapat mempermuliakan Allah yang di surga. Dengan demikian ketika orang melihat kita akhirnya melihat kemuliaan Tuhan kita. Orang melihat kita terus kemudian melihat kepada Tuhan kita dan akhirnya kita betul-betul adalah anak-anaknya yang mempermuliakan Dia. Mau saudara? Amin!?

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar