Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (Hollywood's God)

Ringkasan Khotbah : 06 Mei 2005
Hollywood's God
Past & Present 2
Pengkhotbah : Ev. Hendry Ongkowidjojo
Setelah minggu lalu kita belajar bagaimana dunia film berubah dari sebuah hiburan menjadi sebuah seni, film yang selalu diciptakan berdasarkan filosofi profit oriented, gereja yang pernah mengabaikan pengaruh sebuah film, maka pada hari ini kita akan belajar sikap apa saja yang harus kita berikan berkenaan dengan hal-hal demikian. Seperti yang kita tahu, ketika dunia film mulai meledak, gereja bereaksi dengan memberikan sebuah sistem badan sensor untuk membatasi perkembangan film. Kenapa strategi ini kurang efektif? Alasan yang pertama adalah karena strategi ini menuntut ketergantungan. Hal ketergantungan ini kelihatan ketika film berubah menjadi sebuah seni, gereja katolik pada waktu itu menjadi kehilangan dukungan dan kekuatan untuk melakukan sensor. Alasan yang kedua adalah strategi tersebut sangat bersifat subjektif. Film seperti apa yang akan lolos dari badan sensor? Itu sebabnya dari dahulu bahkan mungkin sampai sekarang, film yang lolos sensor pasti dianggap film yang membosankan. Kenapa? Karena aman. Jadi kalau ada film yang jeleknya minta ampun tapi aman, pasti lolos. Tapi sebaliknya kalau ada film yang bermutu tapi tidak aman, pasti kena sensor. Akhirnya strategi ini menyebabkan kalau sebuah film itu kena sensor, maka film itu justru semakin dicari oleh orang-orang. Kenapa? Karena semua orang ingin tahu ada apa di dalam film itu.
Strategi lainnya yang mungkin hingga hari ini masih dipakai adalah pendekatan edukasi atau mendidik. Gereja mulai sadar bahwa daripada membatasi dunia film yang ada di luar, lebih baik kita mendidik jemaat kita sendiri yang  ada di dalam supaya mereka menjadi bijaksana untuk memilih film apa yang baik, hiburan apa yang baik. Mengenai strategi ini, ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui. Yang pertama, kita perlu mengerti akan natur sebuah film. Itu sebabnya pada minggu lalu kita belajar dahulu apa saja natur sebuah film, yaitu sebuah seni dan sebuah hiburan. Ketika sebuah film dibuat dengan natur seni, maka film tersebut pasti dipikirkan secara baik dan mendetil adegan demi adegan sehingga saling terkait. Seorang sutradara juga akan memikirkan apa warna tembok yang cocok, posisi tubuh yang baik, ekspresi tokoh-tokoh figuran, dll. Apakah film demikian baik? Jangan lupa, sebaik apapun sebuah film, itu juga adalah sebuah hiburan. Film yang baik itu diciptakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pasar (market demand). Sebuah film yang baik sekalipun bisa dirubah endingnya hanya untuk memenuhi permintaan pasar!
Maka sebagai hiburan, kita perlu bersikap membatasi diri kita sendiri karena sebuah film jarang sekali dibuat untuk sesuatu yang idealis. Kalaupun ada, film tersebut juga beresiko besar untuk tidak laku. Kebanyakan film yang beredar di pasar dan yang paling laku adalah justru film yang bersifat membius penontonnya dengan mimpi-mimpi sang sutradara. Kalau kita tidak membatasi diri kita sendiri, maka semakin lama kita akan menjadi kecanduan karena apa yang kita inginkan selalu bisa dipenuhi oleh mimpi-mimpi di dalam film-film. Apakah saudara pernah membayangkan ada seseorang yang menonton film “Titanic” di bioskop hingga delapan kali? Bukan berarti kita tidak boleh menonton film, mencari hiburan, tetapi kita perlu membatasi diri kita sendiri. Apakah saudara selama ini selalu terburu-buru mengejar film-film terbaru? Cobalah melakukan puasa menonton film, apakah saudara mengalami kegelisahan yang luar biasa? Salah satu manfaat puasa menonton film adalah saudara akan belajar untuk tidak membuang-buang waktu.
Cara lain untuk membatasi diri saudara adalah jangan menonton film-film yang membuat kelemahan saudara semakin terpancing. Jika saudara tahu bahwa dirimu sangat mudah marah atau emosi, maka jangan mononton film-film yang memancing emosimu. Apakah hal ini mudah? Mungkin tidak. Ada seseorang yang tahu bahwa dirinya adalah seorang penakut tetapi bisa kecanduan menonton “Dunia Lain”. Walaupun dia ketakutan sampai sulit tidur, dia tetap menonton! Sesungguhnya, tidak semua keinginan dan kebutuhan kita perlu dipuaskan.
Kemudian, bila kita berbicara film sebagai seni, ada dua sikap yang perlu kita perhatikan. Yang pertama, kita selalu dapat belajar dari sebuah film. Ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari sebuah film, tetapi satu hal yang tidak boleh kita cari adalah kebenaran. Jangan pernah menonton film dengan tujuan untuk mencari kebenaran. Jangan pernah menonton film untuk mengetahui bagaimana hidup itu sesungguhnya. Kebenaran itu berasal dari Firman Tuhan. Kita harus bisa bersikap kritis karena setiap film selalu bersifat sangat persuasif. Contohnya, ada adegan di dalam film “End of Days” yang menggambarkan setan sedang membujuk tokoh utamanya ditengah-tengah kekecewaannya terhadap Tuhan. Walaupun akhirnya si tokoh utama tidak terjebak, apakah kita juga tidak akan terjebaK? Atau apakah kita akan mulai meragukan Tuhan? Ketika kita jatuh ke dalam pencobaan, apakah kita percaya bahwa Tuhan memiliki rencana untuk kita? Atau apakah itu hanyalah alasan untuk menutupi bahwa sesungguhnya Tuhan tidak peduli kepada kita? Hati-hati, banyak sekali film yang tidak dibangun dengan wawasan Kristen tetapi dengan wawasan yang sangat duniawi. Apakah saudara merasa terharu ketika melihat film “Forest Gump”? Itulah bentuk fatalisme. Film itu menggambarkan bahwa saudara tidak akan pernah tahu apa yang ada di depan sehingga apapun yang terjadi, jadilah demikian, tidak perlu berpikir terlalu jauh. Sama seperti sekotak cokelat, saudara tidak akan pernah tahu apa isi cokelat-cokelat itu. Film tersebut memang sangatlah baik! Tetapi jangan lupa bahwa film itu tidak kembali kepada apa yang dikatakan Firman Tuhan.
Lalu kalau tidak ada kebenaran di dalam film, apa yang dapat kita pelajari? Fakta akan apa yang terjadi di sekeliling kita. Jangan lupa bahwa film dibuat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pasar. Maka, ketika saudara melihat film-film yang beredar sekarang, saudara mungkin dapat melihat seperti apa keadaan dunia dan zaman kita pada saat ini. Contoh yang sederhana adalah sebuah album lagu “Green Day” yang lirik-liriknya dengan jelas menggambarkan betapa takutnya orang-orang Amerika pasca ledakan WTC. Mereka yang sebelumnya berkata bahwa Amerika adalah Land of Dream sekarang berkata bahwa kursi rumahnya adalah kursi listrik bagi dirinya sendiri. Betapa menyedihkan. Apakah album seperti ini tidak laku? Hingga saat ini sudah laku 2-3 juta buah dan masuk ke dalam nominasi Grammy Award. Dari sini kita sadar bahwa ketika kita menolak untuk belajar semuanya ini, kita justru akan semakin jauh dengan dunia yang seharusnya memerlukan penginjilan dari kita. Tanpa melihat ini, bagaimana mungkin saudara bisa mengerti seseorang yang tidak memiliki Tuhan dan sedang berada di dalam kesusahan besar? Saudara tidak mengenal mereka! Saudara tidak bisa mengerti keadaan mereka karena saudara sudah menerima anugerah Tuhan yang begitu besar. Bisakah saudara mengerti ada seorang dewasa yang rela memakai kostum sambil antri tiket bioskop “Star Wars” selama seminggu? We always know that Christ is The answer, but we never know what is the question. Melalui film-film yang beredar kita dapat menemukan pertanyaan-pertanyaan, dan film akan selalu penuh dengan pertanyaan karena mereka semua memang hidup di dalamnya. Mereka hidup dengan kondisi seperti itu.
Yang kedua, belajarlah untuk bersikap cermat ketika saudara menonton film. Pdt. Stephen Tong pernah berkata bahwa melalui Teologi kita mengerti kebenaran, melalui filsafat kita mengerti musuh, melalui apologetika kita mengerti bagaimana membela iman, dan melalui penginjilan kita mengerti bagaimana maju untuk memberitakan injil. Jikalau saudara sudah menonton banyak film tetapi tetap tidak bisa membedakan mana film yang baik atau tidak, maka saudara belum melihatnya secara cermat. Untuk melakukan hal seperti ini, mungkin saudara dapat berdoa sebelum menonton sebuah film. Berdoalah agar saudara minimal menemukan sesuatu untuk saudara pergumulkan lebih dalam dan membandingkan jawabannya dengan Firman Tuhan. Dengan cara seperti ini kita justru mendapatkan penghiburan yang lebih banyak dan lebih baik daripada hanya dibius oleh film.
Yang ketiga, sikap yang harus kita miliki adalah kerinduan untuk ditebus. Ketika saudara menonton film, apakah saudara memiliki kerinduan bahwa suatu hari dunia film juga akan ditebus? Apakah saudara rindu bahwa suatu hari nanti Tuhan akan dimuliakan melalui film? Memang hingga hari ini masalah mungkin atau tidak terjadinya hal demikian masih menjadi perdebatan, tetapi sebagai orang yang sudah ditebus kita percaya bahwa Tuhan bisa menebus hal yang paling berdosa sekalipun. Inilah yang menjadi kaitan antara tema kita sekarang dengan perikop yang kita baca pada hari ini. Ketika saudara membaca bahwa Tuhan menyuruh orang Israel untuk merampas, apa yang saudara pikirkan? Pdt. Josua Lie mengatakan bahwa ketika mereka disuruh merampas, Tuhan tidak bertindak semena-mena. Pertama, karena segala sesuatu yang dirampas itu berasal dari Tuhan. Dan yang kedua, karena segala kemakmuran itu diperas dari bangsa Tuhan selama ratusan tahun oleh bangsa Mesir. Melalui perikop ini kita tahu bahwa segala sesuatu yang baik adalah milik Tuhan dan harus digunakan untuk memuliakan Dia, termasuk dunia film. Suatu hari, dunia film harus dipakai untuk memuliakan Tuhan. Suatu hari, Tuhan akan memindahkan dunia film dari kerajaan kegelapan menuju pada kerajaan Allah sama seperti jiwa kita.
Apakah film Kristen selalu membosankan? Seharusnya tidak. Ketika Yesus hidup di dunia, seluruh perkataan dan perbuataan-Nya jauh dari membosankan! Apapun yang Dia lakukan selalu mengejutkan banyak orang hingga hari ini. Bacalah kisah-kisah yang menceritakan tentang Elia dan keluarganya, Ayub dan pencobaannya, Saul dan Daud, bagaimana orang-orang yang sudah habis pengharapan, kalah, tetapi  kemudian tiba-tiba berubah menjadi menang dan memiliki harapan kembali. Melihat tingkah laku Yesus, setanpun sampai habis pikiran. Banyak hal indah yang masih dapat digali di dalam Alkitab dan itu dapat dituangkan menjadi film yang sungguh luar-biasa. Di dalam film-film yang berwawasan Kristen, saudara tidak akan menemukan jawaban yang klise tetapi itu adalah jawaban yang terbaik. Film-film seperti itu tidak akan pernah menjadi film-film murahan. Jika saudara memiliki talenta dalam bidang seni, berdoalah supaya pekerjaanmu memuliakan Tuhanmu. Tetapi jika saudara tidak memiliki talenta dalam bidang tersebut, berdoalah syafaat bagi mereka yang memilikinya supaya Tuhan menggerakkan hati mereka. Amin.

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar