- Ringkasan Khotbah : 21 November 1999
- Jangan Beri Kesempatan pada Iblis
- Nats : Efesus 4:26-27 (2)
- Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Di dalam ayat ini kita kembali mengingat akan apa
yang Paulus tekankan yaitu setelah kita mengalami lahir baru maka yang pertama
relasi kita dengan Tuhan dipulihkan dan selanjutnya kita mengalami pemulihan
relasi dengan sesama. Dan dalam bagian ini kemudian ia menekankan dua hal:
pertama, buanglah dusta dan yang kedua, marahlah, tapi jangan
berbuat dosa.
Seperti telah kita bahas dalam minggu yang lalu,
dua aspek yang harus kita waspadai dalam marah yang mana diartikan dari kata
yang terakhir yaitu "Jangan biarkan amarahmu berjalan terus hingga matahari
terbenam," (LAI) yang berarti bahwa sebelum selesai hari itu, hendaklah kita
menyelesaikan marah kita sebab apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadi
dosa yang berekses semakin hari semakin buruk. Yang kedua mengandung arti jangan
biarkan panas matahari membakar sehingga akhirnya engkau tidak mampu mengontrol
amarahmu. Seperti halnya Kain dalam Kej 4:5-7, ia telah diperingatkan oleh Allah
karena panas hatinya, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? …, dosa sudah
mengintip didepan pintu; ia sangat mengoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa
atasNya." Dan satu hal lagi yang baru saya dapatkan ketika berdiskusi dengan
Ev. Jeane Obadja, yaitu satu hal yang baru dapat mengerti jika kita masuk dalam
budaya orang Yahudi. Mereka mempunyai kebiasaan berdoa setiap 3 jam sekali dalam
budaya mereka dan di dalam hukumnya, sebelum satu hari berakhir yaitu pukul 6
sore, ia harus berdoa. Dan sebelum mereka berdoa, mereka harus menyelesaikan
kemarahan mereka supaya mereka tidak berdoa dalam keadaan marah yang akhirnya
tidak akan ada gunanya (Mat 2:8). Disini terdapat satu aspek yang indah sekali!
Ini semua sebenarnya mempunyai ide yang sama dimana marah harus dijaga baik-baik
sehingga tidak mengakibatkan dosa, dan satu hal yang unik bagaimana kita belajar
marah secara tepat.
Selanjutnya, sekarang kita masuk dalam kalimat
kedua dimana dikatakan dalam ayat 27: "Dan janganlah beri kesempatan kepada
Iblis," (dalam terjemahan lain: jangan memberi satu pijakan kepada Iblis
untuk masuk). Kalau kita lihat, Ef 4:26-27 merupakan satu kesatuan di dalam satu
pembicaraan dan seharusnya ay. 27 dapat disatukan dalam ayat 26 karena merupakan
satu kalimat yang cukup pendek. Namun kita harus mengetahui bahwa tulisan Paulus
dalulu hanya berupa teks-teks murni. Kemudian LAI menyusun dan mempertimbangkan
pemisahan ayat-ayat tersebut, seperti dalam ay. 26 dan 27. Disini mereka melihat
bahwa ayat 27 mempunyai signifikansi yang khusus yang harus disoroti lebih
tajam, sekalipun dalam kalimat tersebut menggunakan penghubung kata "dan," yang
sebenarnya pararel yang setara. Tetapi sebenarnya bukan hanya sekedar setara,
melainkan ada satu pemikiran yang lebih tajam lagi yang mau ditekankan yaitu
jangan beri kesempatan kepada iblis. Ide ini sangat penting dalam
kehidupan berelasi sehari-hari!
Pada saat kita melakukan sesuatu apalagi ketika
marah, kita tidak sadar bahwa kemarahan itu dapat dijadikan titik pijak iblis
merusak dan menghancurkan Kekristenan. Sehingga ada beberapa hal penting yang
harus kita mengerti, yaitu: 1). Setelah kita diselamatkan, menjadi milik Kristus
maka Roh Kudus memeteraikan dan menguasai kita sehingga setan tidak mungkin
mempunyai kesempatan untuk menguasai dan merasuk kita kembali. Namun itu bukan
berarti ia menyerah, ia bahkan sengaja mencari lubang untuk kembali menaklukan,
meronrong serta menghancurkan, dan untuk itu ia aktif bertindak. Alkitab
mengatakan bahwa waspadalah, Iblis bagaikan singa yang mengaum, yang setiap saat
siap menerkam. Ini satu aspek yang seringkali orang Kristen lemah atau
mengabaikannya. Kita harus sadar bahwa kita masih dapat jatuh dalam dosa
sehingga suatu anggapan yang salah apabila kita mengerti doktrin predestinasi
dengan menganggap sekali selamat maka selamanya kita akan selamat.
2). Ketika kita melakukan sesuatu, kadang mungkin
kita tidak berpikir bahwa itu membuka pintu terhadap setan. Begitu setan diberi
kesempatan mendapat pijakan maka ia segera akan memakai kesempatan itu untuk
menghancurkan kita. Ini merupakan bahaya besar! Ada satu pepatah mengatakan
bahwa kita jangan sekali-kali memberi kesempatan seekor unta untuk memasukkan
kepalanya kedalam kemah, karena setelah itu ia akan memasukkan seluruh anggota
badannya dan akhirnya saudara diusirnya keluar. Seringkali kita begitu pragmatis
dengan mengijinkan hal yang sepertinya remeh terjadi sehingga akhirnya menjadi
penyakit yang merusak segala sesuatu. Tuhan Yesus tidak pernah menganggap sepele
satu hal, bahkan ia dengan keras menegur sebab Ia tahu itu saatnya setan sedang
mencoba masuk dan merusak (Mat 16). Disini Tuhan menyadarkan kita untuk
mempunyai kewaspadaan yang sangat tinggi dan tidak memberi peluang sedikitpun
pada setan mempunyai dasar pijak untuk merusak kita.
Selanjutnya kita akan membahas lubang apa saja
yang seringkali dipakai setan untuk merusak kita, yaitu: 1). Bad temper
(karakter jelek kita). Dalam hidup kadangkala ada orang yang sulit marah namun
juga ada yang mudah sekali marah tanpa alasan atau tidak cukup dasar. Sehingga
kita yang mempunyai karakter demikian harus sadar bahwa kita mempunyai kelemahan
seperti itu. Karena bad temper merupakan salah satu ciri kurangnya penguasaan
diri terhadap emosi sehingga akhirnya emosi itu menguasai dan menghasilkan
kemarahan yang berdosa karena dipakai setan untuk merusak banyak orang. Akhirnya
setan senang karena ia sudah berhasil memakai kemarahan untuk merusak relasi
kita. Ini harus kita waspadai, jangan memberi lubang bad temper kita untuk
merusak dan menguasai kita. Kita perlu belajar untuk terus menjaga dan melatih
serta berdoa, minta Tuhan teduhkan dan memenuhi kita dengan penguasaan diri yang
merupakan salah satu buah Roh.
2). Idealisme perfectionist kita. Orang
yang idealis, menginginkan kesempurnaan dalam semua hal sehingga ia menjadi
orang yang sering tidak puas terhadap diri sendiri maupun orang lain dan mudah
sekali marah. Orang seperti ini secara tidak sadar dapat dipakai sebagai
lompatan setan membakar keinginan untuk sempurna. Di dalam dunia kita harus
berpikir secara paradoks, dimana Kekristenan tetap membutuhkan idealisme atau
kesempurnaan, dalam Alkitab dikatakan, "Hendaklah engkau sempurna sama seperti
Bapamu yang di surga sempurna adanya." Disini menunjukkan dua hal,
pertama, kesempurnaan itu dituntut dan yang kedua, menunjukkan
bahwa kita memang belum sempurna dan perlu proses untuk mencapai kesempurnaan.
Hal ini perlu kita mengerti sehingga tidak memberi kesempatan setan masuk
melalui idealisme semu yang ingin kita capai dan paksakan yang akhirnya merusak
kita sendiri. Kadangkala karena idealisme, kita tidak mendorong orang untuk maju
sehingga orang takut untuk bertumbuh. Kita harus belajar bagaimana caranya
memparadokskan antara idealisme yang harus dicapai dengan proses yang harus
terjadi.
3). Pintu kefasikan atau kejahatan kita
sendiri. Kadangkala kemarahan pandai memakai situasi untuk membalik kita dan
akhirnya kita jatuh dalam dosa yang sama. Kadang kita marah terhadap orang
karena tidak adil atau berbuat suatu kejahatan terhadap kita. Marah terhadap
ketidakadilan harus dilakukan, tetapi kalau kita marah, lalu berbuat hal yang
sama bahkan mungkin lebih jahat dari orang tersebut, maka kemarahan itu sudah
dipakai setan. Seperti halnya dalam cerita film silat yang tidak habis-habisnya
hanya saling membunuh karena ingin membalas dendam. Itu berarti kita juga sama
jahatnya dengan orang tersebut dan menjadi alat kejahatan karena kita telah
melakukan penggumbaran kejahatan.
Selanjutnya kita perlu mengerti beberapa langkah
yang harus kita kerjakan supaya pintu-pintu yang telah kita bahas diatas lebih
peka dan waspada. Pertama, saat teduh. Ini penting karena itu merupakan
saat kita datang dan bergumul dengan Tuhan, sehingga relasi dan kedekatan kita
dapat tetap dijaga. Satu kali dalam saat teduh, saya mendapat peringatan yang
keras tentang kemarahan dan melalui saat teduh tersebut Tuhan mengajar saya
untuk tidak marah. Dan memang dalam satu hari tersebut saya harus menghadapi
begitu banyak hal yang dapat membuat saya marah, mulai dari keluar rumah hingga
saya balik pada malam harinya. Namun Tuhan telah membantu saya dengan menguatkan
melalui FirmanNya sehingga hari itu saya boleh lalui. Saya bersyukur gereja
Kristen memulai sepanjang minggu bersama Tuhan. Itu menjadikan pikiran dan hidup
kita diarahkan dan biarlah Tuhan memimpin langkah kita. Yang kedua,
secepat mungkin kita harus menyelesaikan hal-hal yang menjadi beban atau
kemarahan sehingga panas amarah itu tidak membakar dan membuat kita jatuh dalam
dosa.
Yang terakhir, biarlah
setiap kita menggumulkan karakteristik khusus dalam diri kita masing-masing.
Setiap kita berbeda sehingga kita perlu memperhatikan hal-hal apa yang
seringkali dapat membuat kita mudah marah. Mungkin ada hal tertentu yang bagi
orang lain tidak masalah namun bagi kita sangat menganggu atau menyebabkan
marah. Kita harus sadar karakteristik khusus yang menjadi titik kelemahan kita
sehingga kita dapat menjaga dari bahaya setan masuk. Biarlah kita memperhatikan
hal-hal seperti ini, yang mungkin sepele tetapi dapat menjadi lubang sehingga
kejatuhan kita. Saya merasakan kadangkala itu perlunya seorang teman yang dapat
saling memperhatikan dan membantu memperingatkan kita sehingga kita boleh saling
menopang satu sama lain. Kiranya ini menjadi berkat. Amin.?
Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar