Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (Christmas & Discs)

Ringkasan Khotbah : 19 Desember 2003
Christmas & Discs
Nats: Hak 6:21-24
Pengkhotbah : Ev. Jeane Ch. Obadja
Jika kita membaca Firman Tuhan pada malam hari ini, kita melihat Gideon kedatangan seorang tamu yaitu Allah oknum kedua yang teofani sebagai malaikat. Setelah malaikat itu memakan roti dan daging yang dipersembahkan oleh Gideon, lantas malaikat tersebut menghilang. Pada momen inilah Gideon menjadi disconnected karena sebelum itu dia tidak sadar bahwa dia telah melihat Tuhan tetapi setelah itu dia menjadi tersadar dan terkejut karena telah melihatNya. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah tempat peristiwa itu oleh Gideon diberi nama “TUHAN (YHWH) adalah Keselamatan”. Nama itu dalam bahasa Ibrani adalah YESHUA dan di dalam bahasa Yunani adalah YESUS.
Disciples.doc berarti dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa kita adalah murid Tuhan atau bukan. Bagaimana kita senantiasa terhubung dengan Tuhan adalah kalau kita menyadari bahwa Christmas adalah perayaan (mass) untuk murid. Setiap orang yang bukan murid tidak mungkin mengerti apa itu Christmas. Maka pada hari ini kita perlu memeriksa diri kita sendiri, apakah kita sudah menjadi murid-murid dari Tuhan Yesus? Didalam hidupmu, apakah engkau mempunyai documentary yang berkaitan dengan Kristus? Jika tidak ada maka Christmas yang engkau rayakan hanyalah Christmas belaka. Lalu bagaimanakah agar kita bisa mempunyai documentary sebagai murid sehingga Kristus selalu ada didalam hidup kita?
Ada beberapa indikasi, yaitu: apakah dalam setiap momen, Kristus selalu di ikut sertakan? Apakah setiap hasil otak dan tangan kita bertujuan untuk memuliakan Kristus? Jika kita berbicara dengan sesama murid, apakah kita mendokumentasikan sesuatu yang berkaitan dengan Kristus? Jika kita memang benar-benar murid (disciples), kita seharusnya dapat membedakan mana yang bukan Christmust dan mana yang Christmust, mana yang sekedar pesta (Christmas) dan mana yang benar-benar memperingati apa yang telah Kristus lakukan didalam kelahiran-Nya (Christmust).
Dari peristiwa kelahiran-Nya saja kita dapat mengambil sebuah documentary yang penting, yaitu: pada waktu kita memandang dan membayangkan saat Kristus lahir di kandang domba disebuah kota kecil Bethlehem, beranikah kita mengeluh, menggerutu, merasa tidak puas dengan segala apa yang sudah Tuhan anugerahkan didalam kehidupan kita? Sebagai murid Kristus (yang benar) pernahkah kita sangka bahwa kalau jadi orang Kristen kita harus mendapatkan banyak berkat (materi)? Dan kalau yang bukan murid Kristus mendapatkan lebih banyak berkat (materi), apakah kita layak protes kepadaNya?  Apakah kita merasa doa kita tidak dijawab, kita kurang dipelihara, gaji kita kurang, kita kecewa tentang banyak hal yang memicu kita untuk menentang Tuhan dan mengklaim apa yang kita inginkan dan memperlaku­kan Tuhan seperti seorang agen asuransi hidup kita. Hendaknya kita periksa sikap-sikap kita?
Kalau sampai dengan hari ini kita masih terus mengeluh tentang apa yang kita punya dan malah mengharapkan apa yang seharusnya tidak kita terima, itu berarti kita sudah Christmiss. Kita telah kehilangan Kristus, pusat dan fokus kita dalam merayakan Natal. Ingatkah kita akan para gembala datang mencari bayi Yesus yang dibungkus kain lampin? Siapapun berhak menganggap bahwa bayi Maria adalah bayi biasa. Bayi Yesus tidak bersinar, tidak bisa melakukan mujizat, tetapi kenapa para majus dari jarak 2 tahun perjalanan rela datang untuk menyembah Anak itu? Jika kita teliti membaca Matius 2:11, kita seharusnya terkejut dengan reaksi para orang majus. Dari bintang di langit mereka tahu kalau ada manusia besar yang akan lahir dan mereka ingin menyembahnya. Dapat kita pahami mengapa para majus itu tersesat ke Yerusalem. Mereka pikir orang besar tersebut pasti lahir di istana, tetapi setelah mereka sampai di istana Herodes ternyata Sang Anak Raja tidak ada di sana, dan Bintang Timur itu menuntun mereka ke sebuah rumah di Bethlehem. Ketika mereka melihat bayi Yesus seharusnya reaksi mereka terkejut karena Maria dan Yesus berada di sebuah rumah yang sederhana dan di kota yang kecil. Seharusnya mereka tidak cepat percaya bahwa bayi yang berada dihadapan mereka adalah seorang calon raja. Mereka adalah orang-orang penting, raja-raja dari Timur, pandai dan kaya tetapi kenapa mereka langsung menyembah Anak yang penampilan-Nya biasa-biasa saja?
Kemudian kalau kita melihat orang-orang zaman sekarang yang datang ke sebuah rumah dan ingin bertemu dengan Tuhan Yesus, siapa yang akan mereka sembah? Siapa yang dilihat? Jika kita kerumah teman kita, apa yang sedang kita bicarakan? Buku apa yang paling banyak kita miliki? Lagu-lagu apa yang paling banyak kita miliki? Sifat-sifat apa yang selalu kita tunjukkan kepada orang lain? Dari hal-hal ini kita bisa mengetahui apakah kita connected (akrab) dengan Kristus atau tidak.
Evangelism is not an explosion but evangelism must be in all events. Penginjilan tidak hanya berjalan pada waktu KKR, Natal atau paskah sekalipun, tetapi harus injil setiap saat kita bertemu dengan siapa saja. Kita harus senantiasa mengarahkan setiap orang kepada Kristus bukan kepada diri kita sendiri. Kita harus senantiasa membicarakan atau menampakkan Kristus dalam penampilan kita, kalau kita memang murid-Nya. Setiap tuturkata, perilaku, pikiran, tindakan, dan keputusan haruslah menampilkan Kristus karena memang itulah dokumen kita.
Icon.id menunjukkan bahwa kita adalah sebuah icon. Kenapa icon? Karena kita harus membayar. Kita adalah koin-koin Allah. Jika kita memiliki koin dan koin tersebut adalah milik kaisar maka bayarlah kepada kaisar apa yang seharusnya milik kaisar. Jika kita adalah koin Allah, berikanlah koin itu kepada Allah seluruhnya. Kita tidak perlu menghitung-hitung berapa uang yang harus kita persembahkan pada waktu kebaktian apabila kita belum menyerahkan diri kita sebagai koin Allah. Kita harus senantiasa memandang kepada The Icon (Rom 8:28-29).   He is God and we are created in the image of God. Kita diciptakan berdasarkan icon tersebut.
Saat ini apakah kita masih membawa icon tersebut? Apa identitas kita? Ketika orang melihat kita, icon siapakah yang mereka lihat? Milik Kaisar atau Kristus? Jika ada orang yang melihat kita kemudian berkomentar bahwa kita mirip dengan orang tua kita, itu wajar. Tetapi kalau orang melhat kita lantas berkomentar kalau kita tidak mirip dengan orang tua kita, something is wrong with us.  Jika sikap, karakter, emosi, rasio, dan tindakan kita tidak sesuai dengan icon yang asli, apakah kita masih berani berkata bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah?
Sebagai icon Allah, orang lain harus bisa melihat kita sebagai yang sedang mengabarkan injil, tidak perlu dengan kata-kata pun orang lain sudah tahu, karena tindakan kita lebih nyaring dari pada perkataan kita (louder than words). Ketika kita ke gereja, orang lain tahu karakter kita dari penampilan kita, pakai sandal atau sepatu, cara berbicara, dll.  Tidakkah kita memakai busana yang berbeda ketika kita pergi ke pantai atau ke pesta?  Bedakah pakaian sehari-hari dan pakaian ke gereja. Yang lebih parah, terkadang ada orang masih lebih sopan pergi ke pesta daripada ke gereja. Icon siapa yang sedang kita tunjukkan?  Inilah evangelism in all event.
Semua orang yang melihat kita seharusnya mereka seperti melihat Alkitab terbuka. Dan hal-hal seperti ini perlu kita biasakan walaupun sulit. Apa yang terjadi pada zaman sekarang sangat berlawanan. Mulut setiap orang selalu penuh dengan umpatan. Bahkan orang-orang di negeri Barat banyak menggunakan nama Kristus untuk memaki-maki orang!  Ditambah banyak sekali gereja yang mulai mengkompromikan kebenaran Tuhan dengan kebaikan manusia yang justru melawan Tuhan. Banyak sekali hamba Tuhan yang menghilangkan sifat eksklusifitas dari Kristus dengan alasan agar semua agama didunia dapat berdamai sehingga mereka menerima pernyataan bahwa Kristus hanyalah salah satu jalan dan bukan satu-satunya Jalan. Mereka sudah kehilangan arah dan “lemah lembut” merupakan alasan untuk tidak mempertahankan kebenaran yang mutlak.
Sensor.scan berarti setiap saat hidup kita harus disensor. Ketika komputer kita tiba-tiba mati dan kalau kita hidupkan kembali, komputer akan secara otomatis memeriksa kembali struktur dari sistem komputer tersebut apakah ada pergeseran atau tidak. Prosedur ini sering kali kita abaikan dan dilompati begitu saja sampai suatu saat sistem tersebut macet dan sering hang. Apa yang kita pikir cepat ternyata malah merusak dan memperlambat pekerjaan kita. Padahal kalau kita mau bersabar, scan tersebut menolong kita mensensor dan melindungi sistem komputer kita, sehingga bisa tetap berjalan dengan stabil dan aman. Hal yang serupa terjadi dalam kehidupan kita. Semua hal, baik itu yang masuk ke diri kita maupun apa yang keluar dari diri kita harus diperiksa dan disensor terlebih dahulu. Lalu siapakah yang akan memeriksa dan menyensor kita? Firman Tuhan itulah sensor kita. Tuhan juga bisa memakai siapa saja untuk memperingati kita baik melalui pemberitaan Firman, teguran saudara seiman, peristiwa tertentu, bahkan pukulan Tuhan melalui sakit-penyakit sekalipun.
Lalu bagaimana kita bisa menghindari kerusakan-kerusakan pada komputer? Gunakan selalu perangkat-lunak yang orisinil. Jika kita terlalu banyak mengisi komputer kita dengan software bajakan, maka tidak heran kalau sistem kita sering terkena sensor karena kita menghindari prosedur-prosedur yang telah ditentukan oleh vendor kita. Software asli memang mahal harganya. Demikian juga dengan diri kita. Kita harus berani membayar mahal untuk benar-benar menjadi alat yang Tuhan inginkan. Apakah engkau ingin menjadi manusia sesungguhnya dan seutuhnya? Kembalilah kepada Tuhan. Ijinkan Dia untuk mendidik kita dan membentuk kita menjadi manusia yang diperkenan-Nya. Ikutilah petunjuk setiap sensor yang muncul di hadapan kalian.  Setiap saat Dia akan memeriksa isi hatimu. Jika kita akrab dengan Firman-Nya, kita akan peka jika kita sedang disensor oleh-Nya. Tetapi jika kita tidak peka, akan banyak sekali eror dan virus yang akan masuk dan meracuni hidup kita.
Setiap kita harus belajar untuk menjadi manusia yang asli, tidak hanya berlaku bagi yang berjabatan pendeta. Jika ada seseorang pendeta berhasil menyesatkan kita dengan doktrin-doktrin yang kompromis, pendeta busuk itu harus bertanggung jawab terhadap Tuhan, dan kita pun perlu waspada. Jangan selalu menuntut orang lain baru kita mengekornya, karena hal itu dapat merugikan kita.  Jika kita selalu melakukan kebenaran Tuhan dalam setiap langkah kita, Tuhan juga akan memberkati sesuai dengan kebutuhan kita, sehingga tidak ada keluhan “God doesn’t care.”
Command.com menunjukkan kepada kita bahwa ada perintah Tuhan bagi kita dan untuk dapat mengerti perintah itu kita harus terus tersambung (connected) dengan Dia. Kita harus tersambung (online) dengan inkarnasi “Yesus” ketika Natal tiba dan kita harus mengenang Yesus yang di salib dan dipaku ketika makan perjamuan kudus di hari Jum’at Agung dan bersukacita karena kebangkitan-Nya di saat hari Paskah. Jika pada hari ini engkau ke gereja, apa yang engkau cari? Pacarkah? Partner bisniskah? bagaimana kita bisa mencari Tuhan jika masih terdapat begitu banyak urusan diri sendiri?
Untuk menyambut natal, begitu banyak perayaan yang harus dipersiapkan sehingga terkadang kita lebih online dengan perayaan-perayaan tersebut. Kita berjuang keras untuk mengadakan perayaan yang sangat meriah bahkan kadang terdapat nafsu berkompetisi secara tidak langsung dengan gereja-gereja lain. Kenapa harus begitu? Kita bisa tetap merayakan Natal dengan sederhana. Ingatlah kembali, Yesus lahir dikandang! Banyak orang yang mengira Yesus lahir dikandang binatang yang baunya sangat busuk. Banyak drama Natal yang melebih-lebihkan adegan di kandang. Ini adalah kesalahan. Kandang dimana Yesus lahir sebenarnya adalah sebuah kandang kering karena sudah lama tidak dipakai. Jadi kandang tersebut boleh dibilang lumayan bersih. Apalagi kandang tersebut terletak didekatnya penginapan. Penginapan itu tidak mungkin laku kalau kandang itu berbau busuk. Alkitabpun tidak pernah menulis komentar kalau kandang itu bau. Lalu siapa yang bilang kandang dimana Yesus lahir terdapat banyak kotoran binatang? Siapa yang menggambar kartu Natal bergambar kandang yang berisi binatang? Yang lebih parah lagi ada drama Natal yang terdapat adegan orang majus bersalam-salaman dengan gembala. Padahal antara kedatangan gembala kemudian kedatangan orang majus memiliki rentang waktu sekitar 2 tahun. Semua kesalahan ini menandakan kalau kita belum bisa meninggalkan berbagai macam tradisi natal, tidak peduli dari mana tradisi itu, keabsahan tradisi itu. Siapa bilang kalau Natal harus ada pohon Natal dan kado? Apa hubungannya dengan Natal? Itu semua adalah sekedar simbol. Dan lebih jauh lagi, apakah semua simbol itu bisa membuat para jemaat melihat Kristus? Apa yang dilihat non-kristen.
Seperti dua orang yang lagi chatting di komputer. Ketika salah satu orang tersebut tiba-tiba offline, orang yang satunya akan terus mengajak berbicara karena dia tidak sadar bahwa hubungan chatting sudah terputus (disconnected). Dia kira dirinya masih connected. Demikian juga antara kita dengan Tuhan. Apakah benar semua aktivitas Natal yang kita lakukan berkenan di hati Tuhan? Atau jangan-jangan Tuhan membenci semua itu. Sewaktu kita melakukan chatting, kita juga harus pandai-pandai menggunakan waktu. Bila kita terlalu banyak membi­carakan urusan yang tidak penting dan tiba-tiba hubungan disconnect, segalanya akan menjadi terlambat, karena apa yang paling penting justru tidak pernah dibicarakan. Sewaktu connected, kita membuang waktu. Setelah disconnected malah mencari-cari waktu. Artinya, jika kita berbicara dengan teman ataupun dengan siapa saja, langsung hubungkan percakapan tersebut dengan Tuhan. Ingatlah siapa kita. Kita adalah disciples. Penginjilan bukan sesaat tetapi setiap saat dengan setiap tingkah laku dan pembicaraan kita sesuai dengan icon kita.
Maka untuk benar-benar merayakan natal, hanya disciples yang bisa. Pertama, semua dokumentasi kita harus terpusat kepada Tuhan. Semua perkataan kita harus sesuai dengan The Word yang menjadi daging. Kedua, Kita adalah icon-icon Allah sehingga kemanapun kita berada, kita harus dapat menunjukkan siapa diri kita, icon siapakah kita. Berdolah jangan sampai engkau menjadi icon iblis. Bila engkau icon iblis berarti engkau mencerminkan image iblis. Ketiga, kita harus senantiasa siap untuk di scan dalam setiap kehidupan kita. Apa saja yang masih belum sesuai dengan icon itu, berjuanglah untuk semakin sesuai dengan icon tersebut. Dan pada saat kita keluar, kita juga harus meyensor orang lain. Berdasarkan firman Tuhan, kita berhak untuk menegur saudara seiman kita. Maka jika engkau tidak mau ditegur, maka jangan menjadi saudara seiman. Dan kita tidak boleh sungkan atau takut dibenci karena menegur sebuah kesalahan. Kalau kita berani mengaku disciples tetapi kita tidak mempunyai musuh, kita bukan disciples. Jika engkau selalu melakukan kompromi, memang semua orang akan meyenangi dirimu, termasuk dunia karena engkau telah ditaklukan olehnya. Pada saat kita benar-benar connected, pasti akan banyak serangan dan gangguan yang akan meyakiti kita. Saudara seiman berarti saling menegur, saling memperhatikan, saling menolong sehingga orang luar tahu siapa kita, siapa guru kita. Kalau persaudaraan ini terbangun dengan baik, tidak mungkin ada jemaat yang kaya luar biasa dan ada jemaat yang miskin luar biasa karena akan ada saling menolong. Orang yang benar-benar miskin justru merekalah yang malu untuk minta-minta. Justru orang kaya yang tidak tahu malu suka minta-minta. Kalau kita tidak dapat merasakan kesusahan seperti itu berarti kita bukan merayakan natal. Tuhan Yesus datang semiskin-miskinnya supaya kita bisa sekaya-kayanya agar kita bisa menolong yang paling miskin sekalipun.
Semua kehidupan kita harus terfokus pada Tuhan termasuk pekerjaan kita. Pada saat ini ada lembaga yang membuat Alkitab yang dibagian belakangnya dilekatkan buku nyanyian dengan tujuan agar jemaat tidak perlu susah-susah membawa 2 buku (Alkitab dan Nyanyian). Kita perlu waspada terhadap usaha ini. Buku nyanyian bisa berubah isinya, lalu kalau kita ingin menggantinya apakah kita bisa menyobeknya?  Hal seperti ini juga seakan menyetarakan buku nyanyian dengan Alkitab padahal terkadang terdapat kata-kata didalam nyanyian yang tidak benar.  Kalau begitu, apa bedanya dengan kitab apokrifa yang kita tolak?  Apa sulitnya kita membawa 2 buku?  Mungkin ini adalah urusan bisnis, biar cepat laku, keuntungan maksimal. Lalu ada lagi yang di sampul begitu bagus dengan kulit dan segala macam sampai tidak lagi kelihatan kalau buku itu adalah Alkitab. Padahal kalau ada orang yang melihat kita membawa Alkitab, itu sudah merupakan penginjilan atau pengakuan bahwa kita adalah orang Kristen atau murid Kristus yang tidak malu mengakui bahwa Yesus adalah Juruselamat kita!  Paling tidak, orang itu akan tahu kalau kita berbadah di gereja dan mungkin saja hal itu akan mengerakkan hatinya untuk mengikuti jejak kita atau minimal bertanya tentang Kitab Injil. Yang perlu kita tahu adalah tidak semua orang yang bertobat karena diinjili secara langsung. Ada orang yang bertobat hanya karena temannya memberitahu bahwa dahulu setiap bulannya almarhum suami ibu itu memberikan sumbangan kepada gereja secara sembunyi-sembunyi ! Padahal sebelumnya orang tersebut begitu benci kepada Tuhan karena orang-orang yang dicintainya meninggal satu persatu dalam jangka waktu yang sangat singkat. Apakah imannya betul? Hingga saat ini ibu itu masih tetap setia kepada Tuhan, beribadah di Gereja Reformed. Apabila dahulu dia tidak tahu satupun lagu Reformed, sekarang dia bisa menyanyi semua lagu Reformed. Ketika pertama kali mendengarkan khotbah Pdt. Stephen Tong, dia sama sekali tidak mengerti kotbah yang diberitakan? Karena terlalu berat, katanya.  Lalu mengapa ia terus datang? Mula-mula karena dia lebih suka di situ dibandingkan pergi ke gereja-gereja lain?  Sungguh berbeda dengan orang kebanyakan. Banyak orang begitu tidak mengerti apa yang dikhotbahkan langsung lari mencari gereja lain yang lebih ringan kotbahnya. Dia terus datang sampai pada akhirnya ia bisa menikmati kotbah-kotbah itu. Dulu ia menyombongkan kekayaannya, sekarang dia begitu sederhana dan memakai hidupnya untuk berusaha memperkaya orang lain. Dia mungkin tidak pernah mengikuti kelas-kelas doktrin tetapi pada saat menginjili orang lain, namun banyak temannya yang bertobat karena melihat kesaksian hidupnya.  Dia sudah pernah mengalami apa yang sekarang sedang dialami oleh orang-orang berdosa itu. Inilah icon berjalan yang terdengar lebih nyaring untuk memuliakan Kristus dari pada kata-kata kosong. Inilah disciple yang hidup. Evangelism in all event. Inilah yang disebut connected/online. Apakah kita terus online dengan Dia? AMIN.

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar