- Ringkasan Khotbah : 10 Oktober 1999
- Manusia Baru di dalam Kristus
- Nats : Efesus 4:20-24 (24)
- Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Pada minggu lalu telah
dibicarakan tentang perubahan iman Kristen yang bukan dilihat secara fenomena
atau ritual agama melainkan merupakan satu perubahan mendasar dalam inti hidup
yang sesungguhnya yaitu roh dari pikiranmu (the spirit of your mind).
Dimana bagian ini dikaitkan oleh Paulus dengan II Kor 5:17, "Jadi siapa yang ada
di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: …" Dan saat ini kita memasuki bagian
terakhir daripada seluruh konteks, satu kalimat utuh yang ditekankan oleh Paulus
dalam ayat 20-24 dimana dikatakan, "Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak
Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."
Ketika kita menjadi orang
Kristen, akan terjadi satu perombakan mendasar yang kalau dikaitkan dengan Rm
12:1-2 dikatakan, "Berubahlah oleh pembaharuan budimu." Dimana kata
"berubahlah" menggunakan kata metamorfosa yang artinya perubahan yang
menyeluruh dalam seluruh aspek sehingga bentuk bahkan naturnya pun berubah.
Semua ini merupakan satu bentuk perubahan yang bukan sekedar fenomena tetapi
perubahan mendasar di dalam seluruh natur kehidupan, seperti halnya seekor ulat
yang menjadi kupu-kupu. Disini terdapat satu hal yang dikontraskan yaitu antara
menanggalkan manusia lama (22) dengan menggenakan manusia baru
(24). Hal ini bagaikan seseorang yang membuka baju yang lama (manusia lama) lalu
menganti dengan sebuah baju yang baru (manusia baru). Paulus mengatakan bahwa
barangsiapa yang berada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang diciptakan
menurut kehendak Allah. Dua hal ini menjadi gabungan yang begitu penting untuk
dimengerti. Barangsiapa didalam Kristus itu berarti Ia harus menanggalkan esensi
hidup, iman dan roh pikirannya yang lama lalu masuk ke dalam esensi hidup yang
baru dan iman yang sesungguhnya. Banyak orang Kristen yang ketika percaya, gagal
mempercayakan diri masuk kedalam kepercayaan tersebut dan akhirnya ia hanya mau
memanipulasi. Pada saat seperti itu ia gagal mengalami pembaharuan mendasar
daripada roh pikirannya, dengan demikian ia belum masuk dalam pengertian iman
yang sesungguhnya.
Ketika Paulus masuk kedalam
pengertian "Mengenakan manusia baru," disitu ia menggunakan satu struktur
kalimat yang sangat tepat. Dengan menggunakan struktur aorist middle ia
ingin menekankan bahwa ketika kita harus mengenakan manusia baru, itu bukanlah
dalam bentuk present tense (sebagai kontinuitas/ sekedar dapat dikerjakan
setiap hari dan dapat ditukar dengan yang lama apabila bosan) melainkan sesuatu
hal yang sekali dikerjakan maka harus berdampak kekekalan, terus berkelanjutan
sampai akhir. Dan disini Paulus bukan menggunakan format pasif (dalam arti orang
itu dipaksa untuk melakukannya) tetapi menggunakan bentuk resiprok (middle
voice/ Yunani) itu lebih kearah perlakuan yang kembali pada diri sendiri.
Kalau saya memutuskan mengenakan manusia baru, berarti saya siap untuk berjalan
dalam pertimbangan hidup manusia baru. Karena itu Paulus mengatakan, tidak akan
mungkin kondisi ayat 24 dapat dikerjakan kecuali ayat 23 telah dapat
diselesaikan sebab roh pikiran kita tidak akan memungkinkan untuk rela menggarap
dan menjadikan hal seperti itu.
Apakah kita berpikir kalau
menjadi orang Kristen dan akhirnya dilarang tidak boleh bohong, korupsi,
nepotisme, melakukan berbagai macam kecurangan dan kejahatan, itu dianggap
sebagai suatu kesulitan? Bukankah ketika Tuhan mengajar dan membatas kita maka
seluruh larangan dan batasan diatur demi kebaikan kita, demi kita dapat menjadi
manusia sejati yang mempermuliakan Tuhan. Pada saat seperti itu mari kita
memikirkan kembali, mengapa kita sulit untuk mengenakan manusia baru? Pada
hakekatnya itu karena roh pikiran kita belum dibuka oleh Tuhan, karena ketika ia
boleh sadar kalau hidupnya dicengkeram dosa, terbelenggu dan menghancurkan, ia
akan dengan rela keluar dari situ untuk kembali pada kondisi manusia baru.
Bukankah itu merupakan satu anugerah yang terlalu besar? Bagi saya iman Kristen
sejati adalah yang sudah mengenakan manusia baru. Karena esensi daripada
kekristenan tidak dapat diganti sebab itu merupakan inti yang sudah merubah dia.
Ia tidak akan ingin untuk kembali pada manusia lama karena ia sangat sadar kalau
ia kembali, itu tidak akan menguntungkannya tetapi justru menghancurkan dan
tindakan bunuh diri yang sangat merugikannya. Inilah yang Paulus tekankan dalam
hidup kita yang berarti bagaimana perubahan iman Kristen bukan secara otomatis
terjadi tetapi merupakan satu tugas perjuangan karena Tuhan sudah membuka
pengertian kita.
Selanjutnya, dalam point
kedua Paulus langsung membatasi dengan kalimat kedua supaya tidak timbul adanya
kesalahan. Sebab hal ini dapat menjadikan orang Kristen sombong ketika ia sukses
dan dapat berubah. Padahal disatu pihak kita berjuang tetapi dilain pihak yang
memungkinkan hal itu terjadi adalah karena kehendak Allah. Tuhanlah yang
berinisiatif sehingga hal itu mungkin terjadi. Banyak orang salah mengerti di
dalam pengertian Theologi Reformed karena salah menangkap antara perjuangan
manusia dengan kedaulatan Allah yang bekerja. Karena ketika orang Kristen
menangkap konsep kedaulatan Allah dan predestinasi maka orang Kristen jadi
berpikir untuk semua itu tidak diperlukan perjuangan. Alkitab mengatakan bahwa
disatu pihak Tuhan memang berdaulat dan menetapkan ciptaan berdasarkan kehendak
Allah. Penciptaan memang diluar kemampuan kita untuk memilih, termasuk juga
ciptaan ulang. Setiap kita waktu lahir itu merupakan anugerah kedaulatan yang
membuat kita boleh lahir. Dan waktu Tuhan mendatangi saudara dan membentuk satu
titik temu dimana saudara bertobat hari itu, tidak pernah saudara mungkin
bayangkan kalau hari itu akan bertobat. Disini kita tidak dapat mendualismekan
antara Allah menetapkan dan memilih kita, dengan kita meloloskan diri dari tugas
auris midle "mengenakan manusia baru" yang Tuhan tuntut untuk kita bekerja dan
melayani. Bagaimana kita harus berubah di dalam seluruh roh pikiran untuk boleh
kembali pada Tuhan. Saudara, kalau kita mengerti hal ini, baru Tuhan bawa
kedalam satu konsep yang lebih dalam yaitu kita boleh mulai memparadokskan
bagaimana Allah di dalam kehendaknya sedang memimpin saudara dan saya untuk
boleh berubah sehingga tidak ada satupun daripada kita yang berhak sombong
ketika Tuhan mengubah kita.
Sekali lagi saya kembali
pada hal yang pertama dimana ketika Paulus mengatakan, "Engkau berbeda," Itu
karena Tuhan beranugerah. Kita dapat mengalami pembaharuan pikiran karena kita
dicipta ulang dalam kehendak Allah di dalam Kristus sehingga kita menanggalkan
manusia lama dan menggenakan manusia baru. Saudara dapat melihat seluruh
struktur ini. Kekristenan adalah satu kondisi dimana roh pikiran kita
diperbaharui sehingga ketika kita melakukan sesuatu, kita melakukannya karena
Tuhan memimpin Roh pikiran dan itu menjadi natur saya untuk mau menyenangkan
Tuhan. Konsep seperti ini menjadikan kita kembali pada dasar yang paling dasar
yaitu the will of God dalam hidup kita. Kemungkinan saudara dan saya
untuk masuk ke dalam point kedua, ini bukanlah hal yang sederhana. Seberapa jauh
dalam hidup, kita berdoa supaya hari ini Tuhan pimpin sehingga kita boleh
menjalankan kehendaknya. Ataukah setiap hari saudara berdoa namun tidak pernah
melihat kehendak Allah yang mencipta saudara secara baru dan gagal kembali
mengerti esensi daripada manusia baru tersebut. Disini yang saya harapkan Tuhan
mengubah, membentuk dan mengajar kita.
Dalam ayat 24 Paulus ketat
sekali menambahkan kata sesungguhnya. Di tengah dunia ini seringkali terjadi
kepalsuan yang begitu kelihatan indah, benar dan kudus tetapi sebenarnya
didalamnya terdapat kepalsuan yang luar biasa. Bagaimana saya kembali pada
kehendak Alah, iman yang sejati di dalam struktur religiusitas yang diterapkan
secara tepat. Hanya satu kemungkinan yaitu saya kembali pada Allah yang mencipta
ulang dan membentuk kembali sebagai satu ciptaan yang baru dimana kembalinya
kita kepada kehendak Allah yang sejati. Seberapa banyak kita boleh sama-sama
bergumul menjadi anak-anak Tuhan yang sesungguhnya? Semakin hari dari generasi
ke genarasi bukan menjadi dunia yang semakin enak tetapi justru semakin sulit
yang akan mereka alami. Mungkinkah kita masih hidup berkenan kepada Allah?
Disaat seperti itu, bagaimana Kekristenan mengajar jemaat dan jemaat mau saling
dibina untuk benar-benar mentaati kehendak Tuhan. Saya mengharapkan dari seluruh
jajaran Kekristenan boleh belajar mengerti kebenaran, bergumul bersama dan
menggarap kehendak Allah.
Berjuta pil Estesi setiap
hari dieksport ke seluruh dunia dan di Indonesia setiap hari ratusan ribu
dikomsumsi oleh anak SD hingga orang tua. Saudara dapat membayangkan kesulitan
seperti ini dan ini yang akan dihadapi oleh generasi yang akan datang. Kalau
kita menjadi orang-orang yang di tengah dunia seperti ini, kita melihat situasi
yang begitu rumit maka bagaimana kita masih mempunyai kekuatan untuk taat kepada
Tuhan sementara tekanan dari sekeliling begitu berat. Betapa sulit kita bertahan
untuk menjalankan kehendak Tuhan dalam situasi seperti ini. Biarlah kekuatan
pembinaan yang boleh kita dapatkan dari firman Tuhan itu terus menguatkan hati
kita, mendorong kita untuk boleh dipakai Tuhan menjadi berkat bagi orang lain,
memberitakan injil dan menyatakan kebenaran sehingga banyak orang diluar yang
boleh tertolong dari kehidupan mereka yang rusak. Siapa yang dapat melakukannya?
Alangkah parahnya kalau kita sendiri yang sampai terjebak masuk kedalam situasi
itu? Saya terus mengajak kita bergumul dan memikirkan hal ini. Tuhan ketika
menginginkan kita mengenakan manusia baru, itu bukanlah hal yang sederhana
tetapi saya percaya bahwa itulah kunci kita menjadi manusia yang sejati seperti
yang Tuhan inginkan. Mari kembali dan menguatkan diri melalui Firman. Saya
sangat kuatir kalau gereja sudah tidak memberitakan Firman dengan kokoh, tidak
lagi mengajarkan kebenaran yang sejati dan hanya mau menyenangkan telinga
pendengar. Mari kita dipakai Tuhan menjadi orang-orang yang di tengah jaman
berani bersuara dan menyatakan, berani menolong orang lain yang di dalam
kesulitan meskipun untuk itu kita teraniaya. Kalau kita harus mengalami hal
seperti itu, relakah kita, demi dunia ini masih melihat secercah pengharapan
karena kita telah terlebih dahulu maju melihat hal itu. Biarlah Tuhan pakai,
bentuk dan perbaharui kita dengan satu tekad mau mengenakan manusia baru demi
untuk kemuliaan Tuhan. Amin.
Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar