Jumat, 15 Juni 2012

Everything is under God's Control

Everything is under God's Control

Pdt. Rudie Gunawan STh.
Download Print a- A+ r
 
 
Nats: Dan.1:1-2
Banyak orang tidak suka membaca kitab Wahyu. Bahkan banyak orang sudah mengembara mendengar tafsiran ktiab Wahyu dari kiri kanan dengan tidak jelas sampai kita bingung dan tidak berani menyentuh buku ini. Bahkan Martin Luther, Bapa Reformator sendiri mengatakan buku ini seperti “mengotori” Alkitab. Padalah kitab Wahyu adalah satu kitab yang klimaks luar biasa dari seluruh buku-buku di dalam Alkitab ini. Jika kitab Wahyu dibaca semau sendiri, jadilah bidat. Dalam seratus tahun terakhir ini Amerika sudah menghasilkan empat bidat yaitu Saksi Yehovah, Advent hari ke Tujuh, Christian Science dan Mormon. Gereja Amerika harus mengerti bahwa itu adalah ‘pe-er’ mereka karena semua bidat itu sekarang sudah menjadi racun dunia. Kitab Wahyu tidak boleh dilepaskan dari kitab-kitab yang lain, terutama yang sangat berkait dengan kitab Wahyu adalah kitab Daniel. Kitab Daniel adalah background yang paling mempengaruhi kitab Wahyu dan kitab Wahyu ini menjadi “tetesan terakhir” kitab Daniel dan menjadi muara terakhir kitab Daniel dan di sana dia memuncak menjadi sangat tebal, sangat ekstrak dan sangat menyeluruh bergabungnya seluruh pikiran-pikiran penting dari kitab suci di dalam kitab Wahyu itu.
Mari kita melihat bagaimana Daniel memberi pengaruh dengan tema yang tidak pernah berubah. Dan.1:1-2 ”...datanglah Nebukadnesar, raja Babel, ke Yerusalem dan mengepung kota itu. Tuhan menyerahkan Yoyakhim, raja Yehuda dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semua itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya.” Ada sesuatu yang ganjil, janggal dan cukup mencolok sdr lihat di dalam ayat-ayat ini? Ayat 2 menjadi perhatian kita, Tuhan menyerahkan Yoyakhim dan perkakas-perkakas rumah Allah ke dalam tangan Nebukadnesar. Ayat 2 mengisahkan tentang bagaimana suksesnya Nebukadnesar dan bingungnya Yoyakhim serta jelasnya Daniel terhadap satu perkara yang kemudian mempengaruhi seluruh dunia yaitu “Tuhan menyerahkan” bukan saja Yoyakhim, bukan saja Yerusalem, bukan saja kerajaan Yehuda yang sebetulnya kecil dan tidak signifikan itu, tetapi rumah Allah dan perkakas-perkakasnya diserahkan Tuhan ke tangan Nebukadnesar dan bukan itu saja, barang-barang itu dibawa ke rumah dewanya. Ini menarik sekali. Tidak banyak anak muda seperti Daniel, saya percaya, waktu itu. Atau satu-satunya hanya Daniel, sebenarnya yang dengan menggigit giginya, menahan air matanya, dan menekan bara emosi anak muda pada dirinya, untuk kemudian menulis tema yang jelas ini: Tuhan menyerahkan seluruh pekerjaanNya itu kepada Nebukadnesar.
Ada satu jemaat yang sejak usia 26 tahun hingga meninggal tiga tahun yang lalu berusia 56 tahun, dalam 30 tahun terakhirnya harus “isi” darah karena tubuhnya tidak mampu memproduksi darah sendiri. Tetapi pekerjaannya sukses yaitu dia menjadi salah satu agen onderdil mobil Honda yang besar di Jakarta. Tetapi pada waktu kerusuhan Mei 1998 yang lalu dia melongo, barang-barang belanja 3 miliar rupiah di tokonya habis dibakar massa. Tuhan dimana? Dia sudah pelayanan, dia sekolah teologi karena pendeta-pendeta Pantekosta itu bilang dia terlalu banyak dosa sehingga menderita sakit seperti itu dan mesti tebus dosa dengan cara pelayanan di ladang Tuhan. Dia seorang yang sangat jujur di dalam berbisnis dan dia tahu kalau dia masih bisa hidup berarti Tuhan masih beranugerah. Tetapi sekarang dia menyaksikan tanpa daya seluruh hartanya dibakar habis tanpa ada yang bisa diselamatkan. Konon ada politikus Indonesia keturunan Cina yang menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana puterinya diperkosa ramai-ramai tanpa dia bisa melawan. Dia marah dan benci kepada Tuhan, kenapa membiarkan hal seperti itu terjadi. Beberapa waktu yang lalu di Ambon saya berjumpa dengan seorang pendeta yang baru saja kehilangan anak yang begitu dia kasihi, anak yang begitu bagus, tinggi besar, pintar, begitu baik, luka parah pendarahan otak karena kecelakaan dan meninggal di tangannya. Dia teriak-teriak sejadinya, dia mau sobek-sobek Alkitabnya, dia mau lari meninggalkan Tuhan. Dimana Tuhan? Tuhan tidak ada. Kenapa anak yang begitu baik Tuhan ambil? Kenapa bukan saya, pendeta yang brengsek ini?
Belum yang kena penyakit, belum yang kena tipu, belum yang kena musibah ini dan itu. Istilah musibah itu adalah memang cukup menghibur kita ketika kita menghadapi hal-hal yang tidak pernah kita rencanakan dan inginkan. Tidak banyak pemuda seperti Daniel. Alkitab mencatat hanya mencatat empat pemuda saja waktu itu dan yang menonjol adalah Daniel. Dan Daniel mengikuti perjalanan barang-barang yang dianggap sangat sakral itu. Tidak semua orang Yahudi bisa melihat barang-barang Bait Allah. Imam-imampun digilir masuk ke dalam Bait Allah. Sekarang barang-barang yang dari emas itu ditonton ramai-ramai, dipikul dan dibawa dengan penuh sukacita kemenangan dan setengah mengejek. Katanya dewa Israel besar, katanya dewa Israel kuat, katanya dewa Israel bisa membelah laut, katanya dewa Israel bisa mengalahkan Goliat. Sekarang kita gotong barang-barangnya, kita jarah semua. Tidak ada dewa Israel yang namanya Yahweh itu.
Daniel saya perkirakan baru berumur antara 17-21 tahun, masih bau kencur, belum terlalu banyak mengerti pahit getir kehidupan ini. Tetapi apa yang diindoktrinasi kepada mereka, bahwa Yahweh adalah Tuhan Allah yang maha besar yang melakukan segala sesuatu dan tidak ada yang bisa menghalangi pekerjaanNya, sekarang kok ‘membleh’? Perkakas-perkakas itu sekarang digotong satu persatu, bukan saja digotong sampai ke luar kota Yerusalem, tetapi mereka semua juga ditawan dan dibawa sampai ke tanah Sinear, diperkirakan 850 km jauhnya. Tanah Sinear adalah satu tempat yang sangat disukai di jaman purba sebagai satu tempat untuk mendirikan sebuah negara. Jadi di daerah itu bangsa-bangsa saling berperang memperebutkan kerajaan di situ. Ketika Daniel ditawan ke sana, tempat itu adalah di bawah kuasa kerajaan Babel. Sdr bayangkan, dari menangis sampai kering air mata, sampai akhirnya mereka bertanya dalam hati mereka sambil mencari jawab sendiri dan Daniel tidak merasa kesulitan mencari jawab itu. Tentu sebagai seorang anak muda dia harus menahan diri bagaimana Tuhan menyerahkan perkakas-perkakas Bait Allah itu ke tangan dewa Nebukadnesar.
Desember tahun lalu saya terhalang pulang ke Bandung hanya karena urusan-urusan kecil. Memang sudah satu tahun papa saya terbaring terus, usianya sudah 78 tahun. Adik-adik bergiliran di Bandung merawat papa. Saya hanya sempat datang menjumpainya satu bulan sebelumnya dan kali ini dia dalam keadaan sekarat dan menantikan saya untuk kembali sebelum menghembuskan napas terakhir. Tetapi saat itu saya terhalang oleh kemacetan Jakarta dan tidak bisa pulang pada waktunya. Saya menangis sejadi-jadinya di dalam mobil sampai anak saya bingung karena papanya tidak pernah menangis di depannya. Saya ingin berteriak tetapi tidak mampu berbuat apa-apa di tengah kemacetan yang tidak dihindarkan. Saya begitu menyesal. Harusnya pagi-pagi saya sudah pulang, tetapi karena urusan ini dan itu akhirnya baru sore itu bisa berangkat. Tidak sempat. Kita bertanya, kenapa begitu? Saya tahu ada orang yang kehilangan anak yang paling disayang, ditinggal isteri sampai tidak mau makan berhari-hari, ditinggal suami sampai tidak lama ikut menyusul juga, kesulitan yang susah diungkapkan. Orang-orang di sekitar kita tidak bisa mengerti itu.
Daniel punya kesulitan adalah dia bertanya-tanya adakah Yahweh sebenarnya? Di mana Yahweh sebenarnya? Tetapi Daniel menjadi orang pertama, saya percaya, dan akhirnya dia dipakai Tuhan untuk mensukseskan tema yang tidak pernah dibaca oleh yang lain atau tidak pernah dikhotbahkan oleh orang lain, tidak pernah rabi-rabi atau guru-guru besar atau ahli-ahli kitab mengkhotbahkan tema itu: Tuhan menyerahkan seluruh pekerjaanNya ke tangan Nebukadnesar. Tuhan sudah bilng kalau Dia mau pakai batu untuk memuji Tuhan, Dia bisa melakukannya. Apalagi Nebukadnear. Hanya yang menarik bagi kita adalah kesulitan Daniel menarik semua kesimpulan itu menjadi sangat berat untuk diungkapkan. Tuhan menyerahkan Yoyakhim, raja Yehuda dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangan Nebukadnesar. Bukan itu saja, dibawanyalah barang-barang itu, bukan untuk dilebur tetapi untuk ditaruh di rumah dewanya dan kemudian selesai. Tuhan selesai. Kisah mengenai Yahweh menjadi sunyi. There is no God. There is no God. Tema itu menjadi populer. Di dalam mazmur berkali-kali orang Yahudi terjebak di dalam pernyataan-pernyataan seperti itu. Di sana seolah-olah tidak ada Allah. Sunyi. Allah jauh, Allah masa bodoh, Allah tua, Allah pikun, Allah tidak lagi urus kita. Tiga tema itu menjadi tema yang penting sekali di dalam doktrin Allah dan tema itu tidak pernah selesai dibahas oleh dunia ini. Allah jauh, Allah tua, Allah mati.
Islam paling mempopulerkan Allah itu jauh. Waktu sdr mendekat maka Diapun mendekat. Ingat lagu Bimbo “Aku jauh, Engkau jauh… Aku dekat, Engkau dekat.” Itu adalah teologi Islam. Tergantung sdr. Gus Dur sendiri bilang, ”...cuma saudara-saudara kita yang Kristen yang Allahnya dekat. Kita mesti pakai corong panggilNya.”
Istilah “Allah tua” dipopulerkan oleh seorang mantan biarawati Ms. Armstrong lima belas tahun yang lalu dan dia menjadi seorang penceramah yang laku keras di kalangan pebisnis dan peramal futuristik. Allah sudah tua dan sudah pikun, maka kita harus mengambil alih segala pekerjaan Dia. Akhirnya bisnisman langsung cari celah bisnis apa yang paling bagus. Waktu Alvin Toffler dan James Nesbitt yang sangat terkenal dengan ceramah futuristiknya semua dengar mereka untuk mencari peluang bisnis sebelum kiamat datang. Sekarang Megatrend 2000 dan Gelombang 1 dan 2 dan 3 tidak laku karena 10% pun tidak ada ramalannya yang terjadi. Semua omong besar. Benar-benar kita kekurangan waktu untuk itu. Kita hanya tahu hari ini. Yang terakhir adalah “Allah mati.” Sebenarnya sudah lama tema ini muncul tetapi booming lagi di tangan David Hume, seorang filsuf Inggris. David Hume mengatakan bahwa orang Kristen sendiri mengaku Allah sudah mati. Itu sebabnya ada kematian Yesus Kristus. Itu adalah kejujuran yang paling jujur dari orang Kristen menyatakan Allah mati. Hanya kemudian mereka merekayasa menjadikan Yesus Kristus bangkit. Mari kita beralih kepada yang paling jujur, “God is dead.” Maka kita harus mengambil alih keadaan dunia ini dan seluruh semesta ini dengan semaksimal mungkin. Tidak heran kalau orang yang sedang kena musibah, tema-tema itu menjadi menarik buat mereka. Tema-tema itu seoalh-olah dibutuhkan oleh mereka. Apa betul Allah itu tidak ada? Apa betul Allah mati?
Kenapa anakku yang masih kecil meninggal? Kenapa papaku yang masih muda meninggal? Aku masih butuh isteri, tetapi kenapa isteriku kena kanker dan meninggal? Ada orang sampai tidak waras menghadapi hal-hal ini. Ada seorang majelis gereja yang anak laki-lakinya meninggal kena kanker otak, baru SMA kelas 1. Meskipun sudah meninggal beberapa tahun, papanya masih belum bisa terima. Kadang-kadang dia bisa “error.” Dia sendiri mengaku kalau sedang error dia ikuti saja error-nya. Isterinya bilang, orang lain sudah tahu kalau suaminya sedang kangen, dia bisa jalan ke Bakmi gang Kelinci, pesan bakmi dua mangkuk seolah-olah anaknya ada di situ makan bersama dia. Kadang dia pergi ke bioskop dan beli dua tiket seolah-olah anaknya nonton bersama dia. Dia bilang, saya ini majelis, bertahun-tahun melayani Tuhan, tetapi otak saya kosong. Tuhan itu tidak ada. Kenapa Dia kasih anak saya kena kanker? Kalau Tuhan itu ada, kenapa Dia tidak angkat kanker itu dari anak saya satu-satunya? Jadi kalimat “Tuhan tidak ada” cocok bagi dia, kalau begitu mendingan kita gila sendiri saja, karena Tuhan toh tidak menyembuhkan kegilaan saya.
Seorang penatua di satu gereja punya satu cucu kesayangan di antara cucu-cucu yang lain. Saya lihat jenasah anak ini memang manis sekali, baru berumur 3 tahun setengah. Penatua ini bilang, cucu yang satu ini lain sekali, begitu baik, begitu penurut, seolah-olah dilahirkan untuk jadi malaikat. Waktu jalan-jalan di Blok M di lantai 3 jatuh ke bawah dan meninggal. Di tengah kedukaan yang paling dalam itu, sang kakek mengatakan satu kalimat yang begitu menyentuh, “Bertahun-tahun kita terlalu lihat ke bawah karena rejeki Tuhan beri sampai kita tidak kekurangan apa-apa. Sudah jarang kita lihat ke atas. Dari anak ini maka kita sekarang kita lihat ke atas lagi.” Satu kalimat yang sederhana tetapi dalam sekali. Dia mengerti bagaimana dia harus menggembalakan keluarga yang sedang berduka itu. Tuhan menyerahkan Yoyakhim dan segala perbendaharaan rumah Tuhan ke dalam tangan Nebukadnesar. Ketika dia harus meninggalkan Yerusalem sambil menangis sambil juga memperhatikan kemana perkakas-perkakas itu dibawa. Daniel rela menggigit giginya, menekan emosinya dan sabar menanti jawaban dari apa yang sedang dikerjakan Tuhan di dalam hidupnya. Demikianlah tema ini menjadi kuat dan kencang luar biasa di dalam kitab Wahyu, Allah mengontrol segala sesuatu, Allah menyayangi umatNya sampai selembar benangpun tidak Dia ijinkan disentuh Iblis. Itu adalah tema nomor satu yang sdr harus terima bicara mengenai kitab Wahyu, kalau tidak sdr akan meleset menganggap buku ini sebagai satu buku yang menakutkan dan membingungkan. Judul yang jelas: Tuhan Allah mengontrol semua, everything is under His control. Tidak ada satu halpun yang tidak dikontrolNya termasuk Setan atau Iblis.
Why.20:1-6 Tuhan membocorkan, membukakan, memperlihatkan dan memperjelas bahwa Iblispun berada di bawah kontrolNya. Di bagian ini tertulis Allah memerintah dengan pemerintahan seribu tahun. Kata ‘seribu tahun’ jangan langsung dipikir satu ribu. Kata ‘seribu’ itu memang bisa dalam arti jumlah satu ribu, tetapi juga bisa ‘bersifat ribu.’ Jangan lupa kitab Wahyu adalah satu syair Apokaliptik, ini adalah satu tulisan yang metafora. Maka seperti Chairul Anwar menulis “Aku ingin hidup seribu tahun lagi…” artinya bukan harafiah seribu tetapi artinya aku ingin hidup lebih lama lagi. Artinya abadi, selama-lamanya. Maka di dalam kerajaan Seribu Tahun tidak ada satupun yang lepas dari kontrol Tuhan, termasuk Setan di situ. Setan diikat, Setan dilepas, itu urusan Tuhan. Kenapa kemudian kita ikut-ikutan ikat Setan, lepas Setan? Setan bukan di bawah kuasa kita, tetapi Setan itu berada di bawah kuasa Tuhan Allah.
Ayub hidup sampai susah, penuh luka, borokan, apakah itu gara-gara Setan? Tidak. Tuhan ijinkan Setan untuk ‘ngerjain’ Ayub. Bukankah hal itu sudah dibocorkan di depan tulisan Ayub sendiri? Apa sdr pikir itu cuma cerita dongeng? Setan bilang, aku curiga Ayub mengasihiMu karena Engkau terus berkati dia. Coba kalau hidupnya susah, pasti dia akan meninggalkan Engkau. Sdr mau cari background apa lagi? Cuma ini satu-satunya cerita di balik layar ini. Musibah itu tidak bisa kita hindarkan, semua akan dapat giliran. Tetapi kita percaya bahwa tanpa musibah kita tidak melihat Tuhan karena kita terus lihat ke bawah. Musibah itu membuat kita ingat Tuhan. Saya dengar sendiri ada satu pendeta bilang, “Minggu ini saya mendapat penglihatan bahwa Setan sedang dilepas. Jadi jangan pulang malam-malam dan hati-hati dalam berbisnis dan dalam berelasi bisa terpeleset.” Kalimat seperti ini diumumkan di mimbar, dan jemaat makin bingung dan makin bodoh. Salah baca. Salah mengerti. Seribu tahun berarti segala pemerintahan Allah itu tidak berakhir. Segala sesuatu berada di bawah kontrolNya. Termasuk sdr ada di sini. DipeliharaNya kita di sini. Tuhan mengontrol semua. Termasuk di situ pikiran ateismu, termasuk pikiran rebellious-mu, Dia sabar. Dia tunggu. Dia mengelus dada. Dia menanti sampai matang waktunya maka Dia menjelaskan semua itu kepada kita. Everything is under His control. Sejak Kejadian hingga Wahyu, tema ini tidak pernah bergeser. Tuhan mengontrol segala sesuatu di dalam hidup kita. Terpujilah namaNya.

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar