Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (Sacrifice & Dedication)

Ringkasan Khotbah : 16 April 2004
Sacrifice & Dedication
Nats: Mat 20:28
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno

Banyak di antara kita pasti tahu apa artinya kata sacrifice dan dedication dalam bahasa Indonesia, tapi mungkin kita akan sangat jarang sekali melihat kedua kata tersebut di dalam hati orang-orang pada zaman sekarang. Kadang-kadang kita masih bisa menemukan orang yang berkorban dan mendedikasikan seluruh seluruh hidupnya untuk sesuatu hal, tetapi mereka melakukannya dengan motivasi, penerapan, dan tujuan yang sangat jahat.
Perikop Alkitab pada hari ini bukan hanya membicarakan tentang diri Kristus tetapi juga setiap kita yang membacanya diminta supaya kita semakin sama dengan-Nya. Banyak orang yang menggunakan ayat ini secara keliru, yaitu supaya kita memiliki kekuatan supranatural sama seperti Yesus. Sebagai orang Kristen kita tidak boleh mempermainkan kebenaran untuk memenuhi keinginan diri sendiri. Walaupun kita telah membaca Alkitab berkali-kali, belum tentu kita adalah seorang Kristen yang sejati kalau ternyata kita suka memilah-milah Alkitab berdasarkan apa yang kita suka dan apa yang bisa kita manfaatkan. Kita akan selalu gagal untuk melihat kebenaran Tuhan kalau kita tidak pernah setia untuk kembali kepada Firman berdasarkan Firman, bukan berdasarkan asumsi-asumsi.
Paskah merupakan peristiwa yang sangat unik dan istimewa bagi anak-anak Tuhan. Semua orang di segala tempat dan budaya bisa merayakan natal bahkan jauh lebih meriah daripada orang Kristen sendiri, tetapi tidak semua orang bisa merayakan paskah. Setiap manusia pasti memiliki hari ulang tahun, termasuk Yesus. Tetapi kalau kita berbicara tentang paskah, maka kita sedang berbicara tentang keunikan Kekristenan, the Finality of Christianity. Paskah berarti puncak finalitas dari iman Kristen sehingga tidak ada seorang pun selain anak Tuhan yang bisa merayakannya! Semua orang di dunia pasti memiliki momen kelahiran tetapi Yesus Kristus adalah satu-satunya manusia yang mampu bangkit dari kematian untuk mengalahkan kuasa iblis dan untuk menyelamatkan kita.
Kata-kata sacrifice dan dedication berhasil dirangkai dengan begitu indahnya di dalam momen kematian dan kebangkitan Kristus. Memang sampai dengan hari inipun kita masih bisa menemukan orang-orang yang rela melakukan pengorbanan bahkan sampai mati, tetapi apakah pengorbanan yang begitu besarnya mampu memberikan nilai yang sepadan dengan pengorbanan itu sendiri? Ada 2 macam pengorbanan yang bisa kita temukan di dunia. Pertama, pengorbanan yang penuh dengan kesia-siaan. Orang seperti ini sangat kasihan sekali karena dia merasa bahwa dirinya telah berkorban begitu besar tetapi ternyata hasilnya tidak sesuai dengan pengorbanan yang telah dilakukan. Contoh yang paling sering terjadi adalah cerita mengenai gadis-gadis yang begitu mencintai pacarnya sampai rela mengorbankan keperawanannya untuk diberikan kepada pacarnya. Tetapi sayangnya pengorbanan tersebut berakhir dengan kekecewaan yang sangat dalam karena tidak diterima dengan kesetiaan tetapi dengan pengkhianatan. Apakah pengorbanan seperti ini layak untuk dilakukan demi cinta?
Tetapi pengorbanan yang kedua adalah pengorbanan yang di dalamnya terdapat nilai yang sejati. Pengorbanan seperti ini tidak pernah menjadi pengorbanan yang sia-sia tetapi pengorbanan itu akan selalu dikenang di sepanjang sejarah. Pengorbanan semacam inilah yang dilakukan oleh banyak misionaris dan salah satunya adalah Nomensen yang. Banyak misionaris sebelum dia yang mati dibunuh di daerah Batak dan dia juga diperingati oleh banyak orang untuk tidak ke sana, tetapi dia tetap berangkat dengan meninggalkan semua miliknya. Akhirnya, dia dipakai oleh Tuhan dengan sangat luar biasa sehingga pengorbanannya tidak sia-sia tetapi justru dikenang hingga hari ini. Begitu pula dengan Hudson Taylor, John Sung, dan yang paling besar, yaitu: Yesus Kristus.
Bagi orang-orang dunia, pengorbanan Yesus di atas kayu salib adalah suatu pengorbanan yang sangat bodoh karena mereka hanya melihat sampai kepada kematian Yesus saja dan tidak melihat bahwa itulah satu-satunya jalan bagi Yesus untuk membawa seluruh dunia kepada kemenangan dengan kebangkitan-Nya. Tetapi yang tidak mengerti rencana besar ini bukan saja manusia tetapi juga termasuk iblis karena kalau dia mengetahui rencana Allah Bapa, maka dia justru akan membiarkan Yesus sehingga tidak mati di kayu salib dan iblis akan menang. Dari sini kita mengerti bahwa iblis tidak maha tahu dan itu mengakibatkan kekalahan di pihaknya karena ternyata Yesus bisa bangkit. Inilah pengorbanan yang sangat berharga bagi setiap manusia. Kalau Yesus tidak dianiaya, dihancurkan, dan diremukkan hingga mati, maka pengorbanan-Nya belum mencapai apa yang mungkin dialami oleh manusia karena dosa-dosanya.
Kemudian, pengorbanan Yesus bukanlah sekedar pengorbanan yang kosong melainkan keluar dari sebuah dedikasi yang murni dengan nilai yang sangat besar. Sejak awal Yesus telah mengatakan bahwa Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Inilah paskah, sebuah pengorbanan yang muncul dari dalam hati yang penuh dengan dedikasi. Secara singkat kita akan mempelajari bahwa melakukan dedikasi pun ternyata memiliki 3 motif, yaitu:
Yang pertama dan yang paling parah adalah seseorang melakukan dedikasi karena dirinya adalah seorang yang bodoh. Orang seperti ini disuruh apapun pasti taat walaupun dirinya tidak mengerti apa-apa. Dan orang seperti ini ada banyak sekali di dunia, orang yang merasa dirinya pintar tetapi melakukan dedikasi yang bodoh, inilah orang yang paling bodoh. Ketika kita mendedikasikan hidup kita untuk suatu hal yang sangat bodoh, maka hal itu akan terus-menerus menjadi pukulan bagi diri kita sendiri karena kita selalu menjadi korban dan seluruh dedikasi tersebut juga tidak berada di dalam kebenaran yang sejati.
Yang kedua adalah dedikasi yang muncul karena adanya rasa takut kepada pihak lain. Ada beberapa orang dan negara seperti diktator, komunis, yang akan selalu mengancam dan mengintimidasi kita sehingga itu membuat kita takut dan terpaksa mendedikasikan hidup kita kepadanya. Jenis ketakutan yang lain adalah kita merasa takut kepada diri kita sendiri atau takut nama baik kita hilang. Dedikasi yang seperti ini sebenarnya bukanlah sebuah dedikasi yang sungguh tetapi hanya berusaha bertanggung jawab daripada nama baik kita hilang. Seorang pegawai bisa mengerjakan perintah atasan dengan segala kekuatan dan pikirannya, tetapi apakah ini bisa dibilang dedikasi? Belum tentu, karena terdapat alasan yang lain, yaitu daripada nama baik kita rusak. Jadi kita bekerja keras bukan dengan hati yang penuh dedikasi tetapi supaya mendapatkan nama besar, dipuji orang lain.
Tetapi dedikasi yang ketiga dan yang tertinggi adalah dedikasi yang dilakukan karena cinta, sebuah ketaatan dan pengabdian yang dilakukan karena kita mengasihi orang tersebut. Namun sekali lagi, kita perlu mengetahui dengan tepat kepada siapa kita berdedikasi dan berkorban karena kalau kita melakukan dengan sembrono, maka kita akan kembali mudah dibodohi dan menjadi korban dari orang lain. Kita akan mencapai titik yang tertinggi apabila kita memiliki dedikasi dan pengorbanan yang maksimum, yaitu kita mengorbankan seluruh hidup kita untuk nilai yang tertinggi dan di dalam pengorbanan tersebut terdapat dedikasi yang dimotivasi oleh cinta yang murni. Dan teladan yang paling tepat untuk menggambarkan kedua hal ini adalah Kristus.
Melalui perayaan paskah seharusnya kita dapat melihat sebuah pengorbanan dan dedikasi yang paling murni. Di dalam paskah kita melihat bahwa Tuhan Yesus telah mendedikasikan seluruh hidupnya mulai dari lahir di keluarga miskin, bekerja sebagai tukang kayu, sampai mati di kayu salib, bukan karena apa-apa tetapi karena begitu besar cinta kasih Tuhan sehingga Dia menyerahkan anak-Nya mati untuk kita! Seperti itulah cinta Tuhan kepada kita. Lalu bagaimanakah dengan kita? Apakah kita akan selalu mengerjakan segala sesuatu di dalam keegoisan diri kita sendiri? Kebanyakan orang ingin memiliki dedikasi tetapi tidak mau berkorban, tetapi apakah ini mungkin? Tidak, karena sebuah dedikasi selalu memerlukan pengorbanan. Setelah kita mendengarkan Firman Tuhan pada malam hari ini, seharusnya kita merasa sangat layak untuk mengorbankan seluruh hidup kita demi kemuliaan Tuhan, untuk menggenapkan rencana Tuhan. Sama seperti Kristus yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani itu berarti, kita datang ke dunia ini bukan untuk mengejar kepentingan diri sendiri tetapi bagaimana kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan juga melayani Tuhan dengan segenap hati. Inilah hidup yang penuh makna. Amin.

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar