Ringkasan Khotbah : 16 April 2004 |
|
||
Sacrifice & Dedication
|
|||
Nats: Mat 20:28
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno
|
|||
Banyak di antara kita pasti tahu apa artinya
kata sacrifice dan dedication dalam bahasa Indonesia, tapi
mungkin kita akan sangat jarang sekali melihat kedua kata tersebut di dalam
hati orang-orang pada zaman sekarang. Kadang-kadang kita masih bisa
menemukan orang yang berkorban dan mendedikasikan seluruh seluruh hidupnya
untuk sesuatu hal, tetapi mereka melakukannya dengan motivasi, penerapan,
dan tujuan yang sangat jahat.
Perikop Alkitab pada hari ini bukan hanya
membicarakan tentang diri Kristus tetapi juga setiap kita yang membacanya
diminta supaya kita semakin sama dengan-Nya. Banyak orang yang menggunakan
ayat ini secara keliru, yaitu supaya kita memiliki kekuatan supranatural
sama seperti Yesus. Sebagai orang Kristen kita tidak boleh mempermainkan
kebenaran untuk memenuhi keinginan diri sendiri. Walaupun kita telah membaca
Alkitab berkali-kali, belum tentu kita adalah seorang Kristen yang sejati
kalau ternyata kita suka memilah-milah Alkitab berdasarkan apa yang kita
suka dan apa yang bisa kita manfaatkan. Kita akan selalu gagal untuk melihat
kebenaran Tuhan kalau kita tidak pernah setia untuk kembali kepada Firman
berdasarkan Firman, bukan berdasarkan asumsi-asumsi.
Paskah merupakan peristiwa yang sangat unik dan
istimewa bagi anak-anak Tuhan. Semua orang di segala tempat dan budaya bisa
merayakan natal bahkan jauh lebih meriah daripada orang Kristen sendiri,
tetapi tidak semua orang bisa merayakan paskah. Setiap manusia pasti
memiliki hari ulang tahun, termasuk Yesus. Tetapi kalau kita berbicara
tentang paskah, maka kita sedang berbicara tentang keunikan Kekristenan, the
Finality of Christianity. Paskah berarti puncak finalitas dari iman Kristen
sehingga tidak ada seorang pun selain anak Tuhan yang bisa merayakannya!
Semua orang di dunia pasti memiliki momen kelahiran tetapi Yesus Kristus
adalah satu-satunya manusia yang mampu bangkit dari kematian untuk
mengalahkan kuasa iblis dan untuk menyelamatkan kita.
Kata-kata sacrifice dan dedication berhasil
dirangkai dengan begitu indahnya di dalam momen kematian dan kebangkitan
Kristus. Memang sampai dengan hari inipun kita masih bisa menemukan
orang-orang yang rela melakukan pengorbanan bahkan sampai mati, tetapi
apakah pengorbanan yang begitu besarnya mampu memberikan nilai yang sepadan
dengan pengorbanan itu sendiri? Ada 2 macam pengorbanan yang bisa kita
temukan di dunia. Pertama, pengorbanan yang penuh dengan kesia-siaan. Orang
seperti ini sangat kasihan sekali karena dia merasa bahwa dirinya telah
berkorban begitu besar tetapi ternyata hasilnya tidak sesuai dengan
pengorbanan yang telah dilakukan. Contoh yang paling sering terjadi adalah
cerita mengenai gadis-gadis yang begitu mencintai pacarnya sampai rela
mengorbankan keperawanannya untuk diberikan kepada pacarnya. Tetapi
sayangnya pengorbanan tersebut berakhir dengan kekecewaan yang sangat dalam
karena tidak diterima dengan kesetiaan tetapi dengan pengkhianatan. Apakah
pengorbanan seperti ini layak untuk dilakukan demi cinta?
Tetapi pengorbanan yang kedua adalah pengorbanan
yang di dalamnya terdapat nilai yang sejati. Pengorbanan seperti ini tidak
pernah menjadi pengorbanan yang sia-sia tetapi pengorbanan itu akan selalu
dikenang di sepanjang sejarah. Pengorbanan semacam inilah yang dilakukan
oleh banyak misionaris dan salah satunya adalah Nomensen yang. Banyak
misionaris sebelum dia yang mati dibunuh di daerah Batak dan dia juga
diperingati oleh banyak orang untuk tidak ke sana, tetapi dia tetap
berangkat dengan meninggalkan semua miliknya. Akhirnya, dia dipakai oleh
Tuhan dengan sangat luar biasa sehingga pengorbanannya tidak sia-sia tetapi
justru dikenang hingga hari ini. Begitu pula dengan Hudson Taylor, John
Sung, dan yang paling besar, yaitu: Yesus Kristus.
Bagi orang-orang dunia, pengorbanan Yesus di
atas kayu salib adalah suatu pengorbanan yang sangat bodoh karena mereka
hanya melihat sampai kepada kematian Yesus saja dan tidak melihat bahwa
itulah satu-satunya jalan bagi Yesus untuk membawa seluruh dunia kepada
kemenangan dengan kebangkitan-Nya. Tetapi yang tidak mengerti rencana besar
ini bukan saja manusia tetapi juga termasuk iblis karena kalau dia
mengetahui rencana Allah Bapa, maka dia justru akan membiarkan Yesus
sehingga tidak mati di kayu salib dan iblis akan menang. Dari sini kita
mengerti bahwa iblis tidak maha tahu dan itu mengakibatkan kekalahan di
pihaknya karena ternyata Yesus bisa bangkit. Inilah pengorbanan yang sangat
berharga bagi setiap manusia. Kalau Yesus tidak dianiaya, dihancurkan, dan
diremukkan hingga mati, maka pengorbanan-Nya belum mencapai apa yang mungkin
dialami oleh manusia karena dosa-dosanya.
Kemudian, pengorbanan Yesus bukanlah sekedar
pengorbanan yang kosong melainkan keluar dari sebuah dedikasi yang murni
dengan nilai yang sangat besar. Sejak awal Yesus telah mengatakan bahwa Dia
datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang. Inilah paskah, sebuah pengorbanan yang
muncul dari dalam hati yang penuh dengan dedikasi. Secara singkat kita akan
mempelajari bahwa melakukan dedikasi pun ternyata memiliki 3 motif, yaitu:
Yang pertama dan yang paling parah adalah
seseorang melakukan dedikasi karena dirinya adalah seorang yang bodoh. Orang
seperti ini disuruh apapun pasti taat walaupun dirinya tidak mengerti
apa-apa. Dan orang seperti ini ada banyak sekali di dunia, orang yang merasa
dirinya pintar tetapi melakukan dedikasi yang bodoh, inilah orang yang
paling bodoh. Ketika kita mendedikasikan hidup kita untuk suatu hal yang
sangat bodoh, maka hal itu akan terus-menerus menjadi pukulan bagi diri kita
sendiri karena kita selalu menjadi korban dan seluruh dedikasi tersebut juga
tidak berada di dalam kebenaran yang sejati.
Yang kedua adalah dedikasi yang muncul karena
adanya rasa takut kepada pihak lain. Ada beberapa orang dan negara seperti
diktator, komunis, yang akan selalu mengancam dan mengintimidasi kita
sehingga itu membuat kita takut dan terpaksa mendedikasikan hidup kita
kepadanya. Jenis ketakutan yang lain adalah kita merasa takut kepada diri
kita sendiri atau takut nama baik kita hilang. Dedikasi yang seperti ini
sebenarnya bukanlah sebuah dedikasi yang sungguh tetapi hanya berusaha
bertanggung jawab daripada nama baik kita hilang. Seorang pegawai bisa
mengerjakan perintah atasan dengan segala kekuatan dan pikirannya, tetapi
apakah ini bisa dibilang dedikasi? Belum tentu, karena terdapat alasan yang
lain, yaitu daripada nama baik kita rusak. Jadi kita bekerja keras bukan
dengan hati yang penuh dedikasi tetapi supaya mendapatkan nama besar, dipuji
orang lain.
Tetapi dedikasi yang ketiga dan yang tertinggi
adalah dedikasi yang dilakukan karena cinta, sebuah ketaatan dan pengabdian
yang dilakukan karena kita mengasihi orang tersebut. Namun sekali lagi, kita
perlu mengetahui dengan tepat kepada siapa kita berdedikasi dan berkorban
karena kalau kita melakukan dengan sembrono, maka kita akan kembali mudah
dibodohi dan menjadi korban dari orang lain. Kita akan mencapai titik yang
tertinggi apabila kita memiliki dedikasi dan pengorbanan yang maksimum,
yaitu kita mengorbankan seluruh hidup kita untuk nilai yang tertinggi dan di
dalam pengorbanan tersebut terdapat dedikasi yang dimotivasi oleh cinta yang
murni. Dan teladan yang paling tepat untuk menggambarkan kedua hal ini
adalah Kristus.
Melalui perayaan paskah seharusnya kita dapat
melihat sebuah pengorbanan dan dedikasi yang paling murni. Di dalam paskah
kita melihat bahwa Tuhan Yesus telah mendedikasikan seluruh hidupnya mulai
dari lahir di keluarga miskin, bekerja sebagai tukang kayu, sampai mati di
kayu salib, bukan karena apa-apa tetapi karena begitu besar cinta kasih
Tuhan sehingga Dia menyerahkan anak-Nya mati untuk kita! Seperti itulah
cinta Tuhan kepada kita. Lalu bagaimanakah dengan kita? Apakah kita akan
selalu mengerjakan segala sesuatu di dalam keegoisan diri kita sendiri?
Kebanyakan orang ingin memiliki dedikasi tetapi tidak mau berkorban, tetapi
apakah ini mungkin? Tidak, karena sebuah dedikasi selalu memerlukan
pengorbanan. Setelah kita mendengarkan Firman Tuhan pada malam hari ini,
seharusnya kita merasa sangat layak untuk mengorbankan seluruh hidup kita
demi kemuliaan Tuhan, untuk menggenapkan rencana Tuhan. Sama seperti Kristus
yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani itu berarti, kita
datang ke dunia ini bukan untuk mengejar kepentingan diri sendiri tetapi
bagaimana kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan juga melayani Tuhan
dengan segenap hati. Inilah hidup yang penuh makna. Amin.
Diposting Oleh : eki kawamasi
|
Jumat, 15 Juni 2012
Ringkasan Khotbah (Sacrifice & Dedication)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar