Setelah kita bergumul bersama didalam beberapa
tema natal, sampailah kita pada tema yang terakhir dimana melalui tema ini
kita akan menggumulkan bagaimana kita dapat melihat natal didalam sebuah
paradoksikal. Saat ini perayaan natal telah sedemikian rupa diselewengkan
dan di isi dengan berbagai macam bentuk perayaan yang sudah tidak sesuai
dengan natal yang sesungguhnya. Kenapa? karena manusia telah gagal menangkap
esensi yang sejati dan juga mereka sangat tidak suka dengan esensi natal
walaupun sesungguhnya itulah yang mereka cari-cari. Betapa menakutkannya
manusia, disatu pihak manusia menginginkannya tetap dilain pihak manusia
menolaknya dan membencinya.
Kitab Filipi pasal yang ke-2 merupakan pujian
bagi Kristus yang walaupun pendek tetapi semuanya itu dapat membangun
totalitas daripada rahasia kehidupanNya. Khususnya ketika kita membaca ayat
yang ke-7 dimana Yesus rela mengosongkan diriNya sendiri lalu mengambil rupa
seorang hamba. Citra seperti ini sangat sulit untuk dapat diterima oleh
pikiran manusia terutama oleh para pemuda. Pemuda-pemudi pada zaman sekarang
terus-menerus didorong, dididik, dimotivasi dengan prinsip-prinsip yang
sangat bertolak belakang dengan apa yang Kristus lakukan. Dimanapun kita
berada, disitu kita selalu dituntut bagaimana untuk menjadi tenar,
berpengaruh besar, bernama besar. Ketika kita masuk kedalam masa kuliah,
kita mulai dipengaruhi dengan berbagai macam “setelah lulus ingin jadi apa?”,
“mau sekolah sampai mana?”, “bagaimana kau mencapai sukses?”, dsb. Manusia
sedemikian gila ingin di agungkan, di puji-puji, dimuliakan. Bagaimanakah
mereka mengejar semua itu? bagi mereka langkah yang terutama adalah
bagaimana mempunyai uang sebanyak-banyaknya. Mereka berpikir kalau mereka
mempunyai banyak uang, maka mereka akan mendapatkan semua hal bahkan
kehormatan, kedudukan, barang-barang mewah yang akan ditempelkan di seluruh
tubuhnya dengan harapan dirinya juga akan ikut menjadi mewah. Padahal kalau
kita lihat perjalanan hidup seorang manusia yang mempunyai prinsip seperti
ini, justru uang yang akan menghancurkan seluruh hidupnya. Betapa kasihan.
Ketika natal tiba, bagi sebagian banyak
pemuda-pemudi adalah kesempatan untuk menunjukkan semua yang dimilikinya.
Dan memang itulah yang menjadi evaluasi bagi diri mereka selama setahun.
Sehingga begitu natal tiba, semua orang mulai mengejar kapan dan berapa
bonus yang akan mereka terima dari perusahaan. Konsep natal yang ada
dipikiran mereka telah menjerumuskan diri mereka sendiri. Maka tidak heran
korban yang paling besar dari peringatan akan hari natal adalah para
pemuda-pemudi. Banyak pemuda-pemudi yang pada waktu natal malah mati
kecelakaan, kehilangan keperawanan, semua uang dihabiskan di meja judi dan
night club. Kerusakan dan kehancuran moral yang paling tinggi justru terjadi
pada waktu natal! Dan semua itu terjadi karena manusia gagal dalam mencari
dan mendapatkan sebuah dignity. Mereka sangat menginginkan dignity,
kehormatan, dan nilai, tetapi mereka bukannya mendapatkannya malah
kehilangan. Yang lebih parah lagi, belum tentu mereka menjadi sadar akan
kehilangan tersebut. Sudah hilang tetapi masih tidak sadar kalau sudah
kehilangan.
Terdapat sebuah cerita dimana terdapat 2 wanita
yang telah hancur hidupnya. Salah satu dari mereka hanya bisa berkata “mau
bagaimana lagi?, kita bagaikan sebuah apel busuk yang berada di sebuah
keranjang”. Kemudian yang satunya menjawab, “bukan. Kita adalah apel busuk
di sebuah tong sampah. Dikeranjang tidak ada yang busuk”. Manusia ingin
dignity, tetapi malah dapat tong sampah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Ada
beberapa aspek yang pada saat ini akan kita pelajari. Kenapa natal bisa
begitu menjerumuskan manusia tetapi natal juga bisa membawa manusia untuk
dapat menemukan dan memegang esensi yang sejati dari hidup yang penuh dengan
dignity yang telah Tuhan sediakan bagi setiap manusia.
Pertama, ketika manusia “katanya”
berhasil memegang dignity, secara duniawi ternyata manusia telah tertipu.
Manusia begitu ditinggikan dengan tujuan supaya bisa dijatuhkan. Ketika
manusia jatuh kedalam dosa, manusia menjadi kehilangan kemuliaan. Mereka
akan berjuang untuk mencari kemuliaan sehingga akibatnya manusia begitu suka
dibohongi dan ditipu karena mereka perlu mengisi hati mereka tetapi salah
mencari. Apakah benar manusia ingin jujur?, hidup benar?, tidak. Manusia
hanya ingin apa yang dia inginkan. Manusia ingin nafsu mereka dipenuhi! Coba
saja engkau bicara jujur dengan kekasihmu dengan mengatakan bahwa dia tidak
cantik tetapi jelek, apakah dia senang dengan kejujuran kita? tidak. Bahkan
dia akan sangat marah mendengar kebenaran itu. Mulutnya memang meminta kita
untuk berbicara jujur tetapi bukan itu yang dia inginkan. Walaupun dirinya
sendiri tahu kalau wajahnya memang jelek, tetapi dia lebih suka dibohongi.
Dan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, manusia tidak saja suka dibohongi
tetapi mereka juga rela untuk melakukan/menerima apa saja. Ada manusia yang
rela kehabisan uang agar dia bisa dihargai oleh teman-temannya sebagai orang
kaya. Bagaimana caranya? dengan membayari teman-temannya tersebut ke
restoran yang termahal. Manusia tidak lagi mengerti bagaimana seharusnya
hidup, apa itu realita kehidupan. Inilah efek kejatuhan dosa.
Kenapa Kristus perlu hadir di dunia? untuk
menebus dosa manusia. Kalau manusia tidak berdosa, tidak mungkin ada natal.
Kalau ada satu saja cara yang lebih mudah untuk menyelesaikan dosa, Kristus
tidak perlu datang untuk kemudian di salib. Jadi secara logika, Kristus
adalah satu-satunya juru selamat bagi manusia! Perlu adanya kuasa Tuhan
untuk menebus dan menerobos setiap dosa manusia. Inilah kunci pertama, jika
seseorang ingin kembali kepada kemuliaan yang sejati dia harus sadar bahwa
natal adalah hadirnya Kristus di tengah-tengah dunia yang berdosa. Dia rela
menjadi manusia. Dia rela lahir dikandang. Dia rela dihina oleh ciptaanNya,
menderita sampai akhirnya mati dikayu salib dengan tidak adanya keadilan
bagi Dia. Semua yang dilakukan oleh Yesus memang sulit untuk dapat
dimengerti oleh kita tetapi inilah fakta. Kita adalah orang berdosa.
Kedua, manusia juga harus sadar bahwa
dirinya adalah mahkluk yang terbatas. Dan kalau kita melihat kembali, natal
adalah peristiwa dimana Allah yang tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi
oleh apapun rela masuk kedalam suatu wilayah yang terbatas dan yang sangat
membatasi diriNya. Jika pada hari ini kita berada di Surabaya, pada saat
yang sama tidak mungkin kita berada di Jakarta. Kita di kunci oleh waktu dan
ruang. Oleh karena itu sebenarnya manusia tidak boleh membiarkan waktu lewat
begitu saja. Jangan pernah menyesal atas semua hidupmu dengan cara hiduplah
dengan cara yang paling tepat dan dengan pertimbangan yang paling akurat.
Jika sekali saja kita merasa menyesal itu berarti kita sudah terlambat.
Waktu telah lewat dan mustahil bisa mundur kembali untuk penyesalan kita.
Lalu bagaimanakah caranya mempunyai hidup yang tepat? hanya melalui
pertobatan. Pertobatan berbeda dengan penyesalan. Penyesalan terjadi karena
sudah terjadi dan menyadari kesalahannya. Tanpa adanya kesadaran, mustahil
seseorang mau menyesal walaupun apa yang telah dia lakukan adalah kejahatan.
Seseorang hanya menyesal karena apa yang dia lakukan telah diketahui oleh
orang lain dan mau tidak mau harus menerima hukuman/konsekwensi dari
perbuatannya. Seorang pencuri hanya merasa menyesal ketika dia sudah
tertangkap. Jikalau dia tidak tertangkap, tidak akan pernah sekalipun dia
merasa menyesal atas perbuatannya. Dan orang yang menyesal belum tentu
bertobat. Orang yang bertobat adalah orang yang tidak menunggu tertangkap
sudah menyadari kesalahannya kemudian membalik arah hidupnya kepada
kebenaran. Seseorang bisa bertobat karena ada seseorang yang menyentuh
hatinya, yaitu Tuhan. Pertobatan membuat kita mengerti bahwa segala
kejahatan dan kerusakan moral yang kita lakukan akan terkunci didalam waktu
yang tidak mungkin bisa dihapus dari sejarah kita.
Lihatlah pemuda-pemudi yang setiap hari
berkumpul di pinggir-pinggir jalan setiap malam hari. Setiap hari mereka
hanya membuang waktu mereka dengan menggosip, mabuk-mabukkan, karaoke,
bercanda, pacaran, dll. Usia mereka masih sangat muda tetapi mereka sudah
membuang-buang hidup dan kesempatan. Mereka tidak tahu apa yang mereka
lakukan kelak akan menghancurkan hidup mereka sendiri. Ketika mereka sudah
dewasa, semua orang yang seusia dengan mereka telah menjadi orang-orang yang
berguna bagi keluarga dan masyarakat, tetapi sebaliknya mereka menjadi orang
yang merusak masyarakat. Mereka akan menjadi gelandangan, pengemis, dan yang
lebih parah lagi menjadi perampok karena mereka iri hati melihat orang-orang
yang sukses dan mempunyai kehidupan yang baik. Mereka tidak sadar bahwa
mereka sudah membuang semua kemungkinan yang bisa mereka miliki sama seperti
orang lain. Apakah mereka menyesal? tidak, justru meyalahkan keadaan mereka
yang tidak kaya sehingga tidak ada kesempatan. Padahal kalau kita lihat
faktanya, lebih banyak pemuda-pemudi yang berasal dari keluarga miskin dapat
mencapai kesuksesan daripada pemuda-pemudi yang berasal dari keluarga kaya.
Apa yang telah Tuhan kerjakan melalui natal ingin menunjukkan kepada kita
apa itu kemuliaan yang sesungguhnya. Tuhan ingin mengajak kita untuk berani
menerobos kedalam wilayah kekekalan.
Ketiga, ketika kita melihat sesama kita
dan dunia ini, seharusnya kita sadar bahwa satu fakta yang paling penting
yang tidak dapat kita ingkari adalah manusia semakin lama hidupnya semakin
hina. Manusia dimanapun bisa menjadi semakin kaya, pandai, berkedudukkan
tinggi tetapi tingkat moralitas terus merosot. Kota-kota yang makin modern
dan berteknologi tinggi ternyata moralnya lebih bejat daripada orang-orang
yang memiliki hidup sederhana. Betapa indahnya penampilan sampah, sampah
tetaplah sampah. Untuk inilah Kristus datang. Dia datang untuk mengangkat
kita keluar dari tempat sampah. Apakah ini sebuah pekerjaan yang mudah?
tidak, karena di dalamnya terdapat ikatan yang mencengkram kita. Sama dengan
sebelum seseorang merokok, dirinya begitu bebas untuk memilih untuk merokok
atau tidak karena dirinya belum jatuh kedalam dosa. Tetapi setelah dia
menjadi pecandu, tidak ada lagi kebebasan seperti dulu. Dia tidak mampu lagi
untuk menolak setiap tawaran dan rayuan karena dirinya sudah dicengkram oleh
dosa. Dan dosa akan terus mencengkram dia sampai mati. Inilah salah satu
bukti yang paling sederhana untuk menunjukkan kekuatan dosa. Setiap manusia
yang telah di ikat oleh dosa tidak dapat disadarkan. Walaupun ada
kemungkinan akan kesadaran, manusia tersebut tetap tidak dapat keluar dari
ikatan dosa, mirip seperti AIDS. Yang bisa hanyalah terus mencoba
memperpanjang waktu untuk tidak cepat mati. Kalau sudah begini, hidup
menjadi begitu menyedihkan.
Maka, hiduplah didalam Tuhan sebelum hal itu
tiba pada kita. Kita harus berani mengakui bahwa kita adalah mahkluk yang
lemah dan terbatas. Dan ketika kita berani mengakui hal seperti ini, kita
bisa datang kepada Yesus. Ketika orang menghina kita, kita bisa melepaskan
hinaan itu. Kita perlu mengingat bahwa Yesus datang bukan di istana Herodes.
Dengan itu Yesus ingin berkata bahwa Dia tidak takut untuk dihina orang lain
karena kehinaan tidak pernah berasal dari luar tetapi berasal dari dalam.
Orang lain mungkin saja tidak melihat kehinaan kita. Mereka begitu
memuji-muji kita, tetapi kita tetap mengetahui ada kehinaan pada diri kita
dan kita tidak layak untuk menerima puji-pujian tersebut. Jadikan Kristus
sebagai teladan hidupmu. Kalau kita bisa menerima ini, kita bisa menjalankan
apa yang Tuhan kehendaki pada diri kita. Untuk apa? Kemuliaan manusia bukan
berasal dari diri sendiri tetapi berasal dari Allah yang akan diserahkan
kepada kita (ayat 9). Jadi kita bisa menjadi mulia karena Allah kita adalah
Allah yang mulia. Dan ketika kita di tengah-tengah perjalanan hidup kita
khususnya di akhir tahun ini, pandanglah natal dan lihatlah kemuliaan Tuhan
yang ada di sebuah kandang. Janganlah mencari kemuliaan sendiri dengan
segala perhiasan, mobil mewah, baju baru, dll karena semua benda-benda mati
itu hanya dihargai oleh orang-orang yang hina. Jangan menghargai orang yang
seperti ini tetapi hargailah orang-orang yang memang dirinya patut untuk
dihargai walapun begitu miskin. Berdoalah agar Tuhan menuntun kita untuk
mendapatkan KemuliaanNya dan semoga kemuliaan yang diberikan kepada kita
dapat kembali memuliakan nama Tuhan.
Natal juga selalu dihubungkan dengan “Lahirlah
Kristus anak Daud”. Daud adalah seorang yang begitu indah dan layak menjadi
teladan bagi kita. Mungkin kalau kita disuruh kembali kepada Kristus, ada
orang yang yang bertanya mana mngkin kita menjadi seperti Kristus? Kristus
dipermuliakan oleh Bapa, lalu bagaimanakah dengan kita? mungkinkah seperti
Kristus? Ya ! Itulah yang memang disediakan bagi kita lewat kedatangan
Kristus. Tetapi jika engkau menganggap mustahil, lihatlah Daud. Daud adalah
anak bungsu yang bertugas untuk menggembalakan ternak. Dan ketika Tuhan
mengutus Samuel untuk mencari pengganti Saul, Isai memperlihatkan
anak-anaknya yang begitu gagah, tampan, dan keren, tapi malah ditolak oleh
Samuel. Anak yang oleh ayahnya sendiri saja direndahkan justru dipilih oleh
Samuel. Secara mata manusia Daud di remehkan oleh seluruh keluarganya,
tetapi apa yang dilihat oleh dunia, tidak di pandang oleh Tuhan. Dialah
orang yang akan dipakai oleh Tuhan. dan tidak itu saja, tetapi satu-satunya
atribut yang diberikan kepada Yesus juga diberikan kepada Daud, “Inilah
hambaKu yang ku perkenankan”.
Daud begitu mengerti dimana posisinya dan tahu
diri. Dia tidak pernah peduli dan memusingkan akan posisinya sebagai gembala
yang diremehkan oleh orang tuanya. Tetapi dia hanya tahu satu hal, yaitu
bagaimana hidup memuliakan nama Tuhan. Itulah suatu integritas hidup yang
tidak dapat digoyahkan oleh apapun juga termasuk oleh kemewahan dunia.
Walaupun ketika dia sudah ditahbis sebagai raja, Daud tidak pernah gila
hormat. Berkali-kali temannya merayu dia untuk menghabisi riwayat Saul
tetapi dia tetap menolak, “Tuhan yang memilih Saul, biarlah Tuhan yang
menghakimi Saul”. Daud begitu menjaga dan memelihara kemuliaan yang berasal
dari Tuhan. Maka tidak heran kalau bagaimanapun juga Tuhan tetap memelihara
Daud. Maukah kita hidup seperti Daud?
Marilah kita kembali memandang natal yang sejati
ketika begitu banyak gereja yang semakin lama tambah semakin gila. Ketika
natal tiba begitu banyak gereja yang terkesan seperti sebuah perayaan
daripada sebuah kebaktian. Natal tidak lagi kembali kepada kebenaran,
memandang kepada Kristus, dan berusaha hidup benar, tetapi malah ribut
bagaimana memenuhi kursi gereja dengan menggunakan cara-cara yang sangat
duniawi mulai dari makan besar, bagi-bagi souvenir, dsb. Tidak ada lagi
orang yang memikirkan kebenaran apa pada tahun ini yang akan Tuhan berikan
kepada kita. Yagn dipikirkan cuma perut dan makanan. Kalau sudah seperti ini,
bukankah natal-pun dibuat sedemikian hina oleh gereja sendiri? Natal
seharusnya menjadi sesuatu yang anggun, yang membawa manusia kepada hidup
yang mulia. amin.
Diposting Oleh : eki kawamasi
|