Ringkasan Khotbah : 15 Agustus 2003 |
|
||
Christian View of Education:
Education Process & The Will of God
|
|||
Nats: Ams 1:7, Luk
2:40
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
|
|||
Tema mengenai bagaimana kekristenan melihat
pendidikan, belakangan ini menjadi cukup penting untuk dibahas karena kalau
kita melihat begitu banyak orang dimasyarakat menjadi terkejut khususnya
orang-orang dan institusi-institusi Kristen menjadi begitu heboh dengan
adanya undang-undang Sisdiknas yang baru. Ini menunjukkan bahwa pendidikan
selalu menjadi permasalahan tiap orang dan juga betapa pentingnya pendidikan
itu. Maka, seharusnya kita sebagai orang Kristen mempunyai hak yang terbaik
untuk berbicara tentang pendidikan karena bagaimana kekristenan melihat
pendidikan sangat jauh lebih tinggi dan lebih tepat jika dibandingkan dengan
pandangan dunia yang begitu salah.
Humanimal memberikan konsep pada dunia bahwa
manusia sebenarnya sama/mirip dengan binatang, dan konsep yang sama ini
masuk kedalam dunia pendidikan, yaitu : bagaimana mendidik manusia dan hewan
sebenarnya kurang lebih sama. Dampak dari hal ini akan membentuk begitu
banyak “pemain sirkus” dalam perjalanan sejarah dunia, begitu banyak manusia
yang mempunyai perilaku sama dengan hewan-hewan liar yang cerdas, dunia
pendidikan telah gagal untuk mencapai tujuan yang seharusnya. Dan kegagalan
ini tidak hanya terjadi pada sekolah-sekolah sekuler, tetapi bahkan juga
terjadi pada sekolah-sekolah Kristen. Pemuda-pemudi yang lulus menjadi
humanis materialis bahkan hedonis didalam memanfaatkan kepandaiannya dan
mereka tidak peduli akan kebenaran dan keadilan Tuhan.
Prinsip daripada pendidikan sekuler ini sangat
ditentang oleh kekristenan karena manusia dilihat oleh kekristenan adalah
suatu produk ciptaan yang jauh lebih unik daripada ciptaan-ciptaan lainnya.
Kemudian perjalanan manusia yang diwakili oleh Adam dan Hawa telah membuat
manusia jatuh kedalam dosa sehingga manusia benar-benar telah rusak total.
Pengertian yang begitu agung ini hanya didapatkan didalam Firman Tuhan
melalui wahyu oleh Tuhan untuk manusia sehingga manusia dimungkinkan untuk
dapat mengerti siapa dirinya.
Ketika kita mengerti tentang doktrin manusia
atau antropologi dengan benar dan tepat, maka pemahaman tersebut akan
membawa kita untuk mempunyai paradigma mengenai dunia pendidikan dan tujuan
akhir daripada suatu proses pendidikan dengan benar pula. Pendidikan
seharusnya membawa manusia yang telah rusak total berubah menjadi manusia
yang seperti Tuhan inginkan sehingga hidupnya dapat dipakai untuk memuliakan
Allah. Sekolah dan guru harus mempunyai rasa tanggung jawab yang serius
bagaimana mendidik dengan suatu tuntutan yang tegas agar setiap murid dapat
sadar untuk apa dia hidup dan belajar serta dapat bertanggung jawab didalam
kekekalan atas kepandainnya.
Lukas sebagai salah satu murid Kristus yang
paling terpelajar mempunyai ketajaman pikiran dalam mempelajari akan
kehidupan Kristus dengan teliti dan akurat sehingga dia dipakai oleh Tuhan
untuk menuliskan injil yang sangat bersifat ilmiah dan solid. Akhir daripada
penelitannya terhadap Kristus, Lukas memberikan kesimpulan yang begitu indah,
yaitu : Kristus sebagai manusia bertumbuh seperti manusia lainnya. Jadi,
Kristus tidak hanya bertumbuh dari aspek jasmani tetapi juga aspek rohani.
Anugerah Allah begitu melimpah atas Kristus karena Dia bertumbuh menjadi
semakin dewasa dan kedewasaan tersebut disertai dengan semakin berhikmat dan
bijaksana. Kristus ini merupakan suatu teladan yang sangat sempurna bagi
setiap kita karena kehidupanNya merupakan figur yang sejati untuk menjadi
seorang manusia sejati.
Pada saat ini, mayoritas manusia hanya
memikirkan akan pertumbuhan jasmani saja tanpa peduli akan pertumbuhan
rohaninya. Seluruh arah dari pendidikan dan pembinaan hanya mengarahkan anak
untuk perkembangan tubuhnya. Padahal perkembangan fisik bukanlah
segala-galanya. Tuhan menginginkan agar setiap kita untuk semakin bijaksana
dan penuh dengan anugerah. Jadi, dunia pendidkan seharusnya memperhatikan
proses pembangunan setiap murid dari segi jasmani dan rohani secara seimbang.
Firman mengatakan bahwa awal untuk menjadi
bijaksana dan berhikmat, kita harus takut kepada Tuhan, karena manusia
adalah mahkluk berdosa yang mempunyai natur untuk selalu melawan Allah. jadi,
kunci dari bagaimana manusia dapat bertumbuh dengan benar adalah pemulihan
hubungan antara kita dengan Allah. Agar manusia menjadi berpendidikan dan
berbijaksana seharusnya mulai dari sejak kelahiran senantiasa diarahkan dan
dididik untuk kembali berhubungan dengan Allah yang telah menciptakan
dirinya. Sehingga kalau kita lihat, orang tua mempunyai peranan yang sangat
besar untuk mendidik anaknya agar takut kepada Tuhan sehingga anak tersebut
mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan.
Tuhan ingin agar setiap kita untuk benar-benar
takut dan cinta kepada Tuhan karena Tuhan akan murka dan menghukum setiap
kita yang yang berbuat kesalahan. Para orang tua seharusnya mewakili dan
menjadi figur Tuhan terhadap anak-anaknya, sehingga setiap anak dapat
mempunyai sikap hormat, disiplin, dan tidak bertumbuh menjadi liar tanpa
mengetahui bahwa murka Allah bisa jatuh atasnya. Anak-anak kita seharusnya
mempunyai kegentaran dan gemetar dihadapan Allah sehingga mereka menjadi
lebih bijaksana didalam hidup.
Pendidikan rohani yang seperti ini seharusnya
dijalankan sedini mungkin kepada setiap manusia bahkan sejak kelahirannya
karena begitu kita dilahirkan didunia, kita telah dapat menerima berbagai
pelajaran yang baik ataupun yang buruk. Sehingga, pendidikan rohani ini juga
harus dijalankan dengan keras dan penuh dengan perjuangan, kemauan, tekad,
dan pengorbanan karena secara natur, tadi telah dikatakan bahwa manusia
tidak bersifat netral, tetapi cenderung untuk rusak daripada baik, maka
manusia lebih mudah untuk menjadi jahat daripada menjadi baik.
Negara-negara komunis-pun mengetahui akan
pentingnya pengajaran rohani sejak dini, tetapi pemerintah melarang keras
setiap keluarga dan sekolah untuk memberikan pelajaran agama bagi anak-anak
sampai dibawah 17 tahun. Hal ini mengakibatkan mulai dari kecil hingga
dewasa, mereka dididik untuk bertumbuh menjadi atheis karena setiap
pelajaran sangat bernilai keduniawian, jauh daripada Tuhan.
Sekolahpun sebagai lembaga pendidikan seharusnya
juga mengajarkan kepada setiap murid-muridnya untuk takut kepada Tuhan,
bukannya takut kepada guru/dosen, kepada nilai, dll. inilah yang akan
membedakan antara sekolah-sekolah Kristen dibandingkan sekolah-sekolah
sekuler. Ketika setiap murid telah dididik untuk takut kepada Allah, maka
anak-anak tersebut akan mempunyai kebijaksanaan dan hikmat yang tepat kepada
Allah dan hidupnya akan penuh dengan anugerah. Keunikan seperti ini
seharusnya hanya bisa didapatkan didalam sekolah-sekolah Kristen.
Jika prinsip diatas telah kita jalankan, maka
kita akan merasakan bahwa kasih karunia Allah melimpah atas setiap kita dan
kehidupan yang seperti ini merupakan kehidupan yang indah dihadapan Allah.
Selanjutnya, Allah juga akan mempergunakan kita sebagai saluran berkat yang
besar untuk memberikan pengaruh dan pandangan bagi orang lain yang berada di
sekeliling kita.
Tuhan ingin menggunakan pendidikan Kristen
sebagai suatu wadah dimana pendidikan iman mewarnai segala bidang mata
pelajaran disekolah. Setiap mata pelajaran tersebut seharusnya bernuansa dan
dilihat secara kerohanian, termasuk melalui menggambar, matematika, fisika,
dsb, setiap murid harus dapat melihat bagaimana tangan dan kasih Tuhan. Maka,
mereka akan dapt melihat dan menghargai sesama, binatang, lingkungan, dan
alam, sehingga semakin lama mereka akan bertumbuh menjadi semakin dewasa
disertai dengan memiliki pengetahuan yang luas dan juga takut terhadap Tuhan.
Kita sebagai orang Kristen juga sama sekali
tidak boleh meremehkan iman Kristen. Banyak orang berpikir jika orang
terlalu banyak bertumbuh didalam dunia kerohanian, maka orang tersebut pasti
lebih bodoh daripada orang dunia. Pikiran demikian adalah suatu paradigma
yang salah. Meskipun terkadang orang sekuler mempunyai IQ yang lebih tinggi,
tetapi mereka tidak dapat mempunyai kebijaksanaan yang dimiliki oleh kita
sebagai orang-orang rohani karena mereka masih mencintai dunia bukannya
mencintai kekristenan, dan hal itu sangat berpengaruh terhadap pembentukan
paradigma kita. Kita seharusnya mempunyai pemikiran dan analisa yang lebih
tajam terhadap suatu hal serta dapat menangkap bijaksana yang berasal dari
Tuhan, jika dibandingkan dengan pandangan orang-orang dunia yang tidak
mengenal Allah yang sejati yang telah menciptakan mereka dan menciptakan
seluruh ilmu pengetahuan. Dan, hal segala hal ini dimulai dengan rasa takut
kepada Tuhan, bukan cinta kepada Tuhan.
Mungkin hal ini bagi kita sebagai orang-orang
yang telah dewasa adalah suatu pelajaran yang terlambat karena mungkin
diantara kita ada yang telah menyelesaikan sekolah, tetapi pertumbuhan dalam
kehidupan setiap manusia selalu memerlukan proses dan manusia akan terus
berproses selama kita hidup di dunia ini, sehingga kita dapat selalu terus
bertumbuh sampai dengan kematian. Dan, pertumbuhan ini seharusnya dimulai
pada waktu pertobatan kita sehingga pertumbuhan itu merubah hidup kita untuk
tidak semakin rusak dan hancur didalam kekekalan.
Jika Tuhan memberikan talenta kepada beberapa
orang diantara kita didalam hal mengajar ataupun Tuhan memberikan kita
kesempatan untuk menikah dan mempunyai putera-puteri untuk kita didik,
kiranya kita sebagai orang tua atau guru dapat menjalankan tugas itu dengan
serius dan benar-benar bertanggung jawab kepada Tuhan agar setiap anak yang
Tuhan serahkan kepada kita dapat berubah sesuai dengan kehendak Tuhan. Usaha
seperti ini pasti membutuhkan rasa takut kepada Tuhan, air mata, bijaksana,
dan kita sendiripun harus rela untuk terus diproses. Amin.?
Diposting Oleh ; eki kawamasi
|
Jumat, 15 Juni 2012
Ringkasan Khotbah (Christian View of Education: Education Process & The Will of God)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar