Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (Church Influences)

Ringkasan Khotbah : 03 Oktober 2003
Human Interaction & Its Influences: Church Influences
Nats: Ibr 10: 23-25
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Ketika kita berbicara tentang gereja, pikiran yang muncul secara spontan didalam kepala kita adalah bangunan fisik yang digunakan oleh orang kristen untuk kebaktian dan acara kerohanian yang lainnya. Inilah yang harus kita pikirkan terlebih dahulu sebelum kita melangkah lebih jauh tentang makna gereja yang dimaksud dalam pergumulan kita kali ini. Esensi daripada gereja yang dimaksudkan bukanlah suatu institusi/lembaga atau gedungnya, melainkan kumpulan umat pilihanNya dan anak-anakNya yang bersekutu dan beribadah didalam bangunan gereja tersebut.
Kita sudah mengetahui bahwa Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa setiap manusia memerlukan sebuah interaksi dan salah satu tempat interaksi yang sangat memberikan pengaruh terhadap diri kita adalah gereja atau didalam pertemuan-pertemuan ibadah. Orang-orang pilihanNya mempunyai beberapa panggilan yang unik, antara lain : marturia (memberikan kesaksian didalam pemberitaan Firman), koinonia (persekutuan bersama-sama untuk saling membangun dan memperhatikan), dan diakonia (pelayanan). Disini kita dapat melihat bahwa kita sebagai anggota tubuh dari gereja Kristus wajib bersekutu dengan anggota tubuh yang lainnya.
Pada zaman yang serba modern ini telah terbentuk sebuah sistem dunia virtual yang akan mengakibatkan tantangan yang semakin besar bagi masa depan kekristenan. JIka kita tidak berpikir tajam, sadar, dan mengantisipasi, maka sistem ini akan menghancurkan nilai-nilai kekristenan. Bukannya tidak mungkin banyak orang kristen dimasa depan akan menolak untuk ke gereja karena telah terbentuk full online internet, TV kabel, sehingga banyak orang lebih memilih untuk mengikuti kebaktian dan persekutuan hanya dengan memandang layar kaca TV dan berkomunikasi secara virtual pula. Semua kebaktian didalam gereja manapun dapat kita ikuti hanya dengan duduk santai di sofa rumah sambil makan pagi atau bercanda ria, tidak perlu berpakaian rapi dan bersiap-siap. Hanya dengan 1 buah TV + remote control, semua kerepotan dapat kita  hindari. Kita dapat menonton khotbah sekaligus bermain intenet atau jika kita merasa bosan ditengah-tengah khotbah, kita dapat mengganti channel TV ke siaran kebaktian gereja lain yang lebih lucu. Apakah hal seperti ini dapat kita katakan persekutuan yang Tuhan kehendaki ?, apakah ini yang disebut sebagai gereja ?. Ketika dunia menjadi tambah modern dengan segala kemajuan teknologinya, celakanya dunia ini malah membuat manusia menjadi semakin individualis.
Tantangan kedua yang harus dihadapi oleh gereja adalah semakin banyaknya orang yang lebih suka dan lebih memilih persekutuan yang bersifat duniawi daripada yang bersifat rohani sehingga lambat laun gedung gereja akan semakin kosong dan sebaliknya diskotik, night club, karaoke akan semakin penuh. Hal seperti ini sebenarnya telah dimulai sejak 20 tahun yang lalu karena pada waktu itu gereja-gereja menjadi khawatir hanya karena jumlah jemaatnya terus berkurang. Lalu muncullah sebuah ide untuk merubah format gereja yang selama ini berjalan sehingga  diharapkan gereja-gereja kembali dipenuhi oleh orang-orang. Maka mereka mulai belajar nuansa apakah yang disukai oleh masyarakat kemudian membawa nuansa tersebut masuk kedalam gereja sehingga gereja-geeja berubah menjadi mirip night club atau karaoke. Dan ternyata cara ini sangat efektif karena jumlah orang yang datang didalam kebaktian gereja-gereja tersebut meningkat dengan sangat drastis sehingga semakin mirip dengan diskotik. Kegilaan telah semakin nyata didalam gereja Kristus sehingga mulai muncul kritikan terhadap gereja-gereja tersebut sampai diberi julukan Hot Tub Religion karena agama Kristen telah berubah menjadi agama yang penuh dengan kenikmatan duniawi. Mereka tidak sadar bahwa hal ini membuat mereka terlepas dari esensi gereja yang sejati. Maka ketika kita sadar bagaimana pengaruh gereja terhadap diri kita, pengaruh apakah yang sedang diberikan kepada kita sebagai jemaatnya dan komunitas seperti apakah yang seharusnya berada didalam gereja ?.
1.    Interaksi gereja seharusnya terjadi didalam kebenaran berdasarkan iman pengakuan kita (Ibr 10:23). Jika kita mempunyai pengakuan iman dan pengharapan yang benar dihadapan Tuhan, maka iman dan pengharapan tersebut harus dinyatakan didalam persekutuan kita. Tetapi jika kita melihat pada gereja-gereja sekarang ironis sekali karena ternyata mereka tidak memiliki apalagi mengikrarkan pengakuan iman !. Padahal kebaktian dan persekutuan didalam gereja seharusnya membuat kita semakin mengerti akan iman dan pengharapan. Dan pengaruh seperti ini seharusnya mulai ditanamkan  kepada anak-anak di sekolah minggu. Maka pada saat ini kita harus mengerti seberapa besarnya tanggung jawab para guru sekolah minggu didalam membentuk anak-anak sehingga tidak mengajar dengan sembarangan, apalagi pada zaman sekarang orang tua telah mulai melepaskan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anaknya dan menyerahkannya kepada pembantu sehingga pendidikan moral, etika, dan agama anak-anak tersebut sangat lemah.
Sejak dini sekolah minggu seharusnya mulai mendidik  anak-anak untuk semakin mengenal dan takut kepada Allah karena di tempat itulah mereka mulai diberikan konsep tentang iman dan kebenaran sehingga mempunyai hidup yang benar. Suatu saat Tuhan mungkin memanggil kita untuk mendidik anak-anak melalui sekolah minggu dan pada waktu itu kita harus menerima panggilan itu dan menjalankannya dengan setia kepada Firman dan penuh tanggung jawab sehingga kita tidak berdosa dihadapan Tuhan karena telah memberikan pengajaran yang tidak benar kepada  anak-anak itu dan hal demikian akan membuat mereka sulit sekali untuk kembali kepada kebenaran, bahkan sampai dewasa. Gereja melalui sekolah minggu seharusnya juga mengajarkan anak-anak tersebut untuk berani menolak berbagai macam pengaruh buruk.
2.  Gereja seharusnya menjadi tempat bagi orang-orang untuk merasakan suasana yang rohani. Ketegangan antara kebenaran yang ideal dan dunia yang penuh dengan dosa semakin bertambah besar. Dunia selalu berusaha menarik manusia untuk semakin duniawi dan tidak bermoral sehingga gereja seharusnya berusaha membawa mereka untuk semakin mencintai Tuhan dan mempunyai hidup yang benar didalam kerohanian yang baik sehingga mereka akan mempunyai iman yang baik pula, dan untuk menjalankan hal seperti ini membutuhkan gereja yang senantiasa memancarkan nuansa rohani dan sifat spritualitas sehingga gereja dapat memberikan pengaruh rohani bagi mereka. Kita harus sadar bahwa dunia ingin membawa gereja untuk semakin duniawi tetapi Tuhan menginginkan gerejaNya untuk tetap bersifat rohani bahkan mampu memberikan pengaruh ditengah dunia yang berdosa.
Maka seharusnya kita menjadi lebih hati-hati ketika ada suatu format baru yang mau masuk kedalam gereja, kita perlu bertanya apakah format tersebut membuat jemaat semakin duniawi atau semakin rohani. Contohnya : alat musik atau pesta makan. Dari sini kita mengetahui bahwa alat musik drum/bass tidak seharusnya dipakai oleh gereja. Jemaat pergi ke gereja bukan ingin mengikuti persekutuan tetapi lebih memilih untuk mengikuti pesta makan. Gereja tidak akan mungkin dapat memberikan pengaruh rohani kepada jemaat jika menggunakan format yang bersifat duniawi. Kita harus mengerti dengan jelas tentang esensi daripada gereja sehingga gereja tidak terkena pengaruh oleh dunia melainkan tetap setia untuk memberikan pengaruh yang baik bagi orang-orang, inilah hak sulung daripada gereja.
3.  Gereja seharusnya menjadi tempat untuk memberikan pendidikan yang berintegritas. Ketika dunia termasuk juga sekolah sudah tidak dapat lagi memberikan pendidikan yang baik dan berintegritas, seharunya gereja menjadi satu-satunya tempat yang masih dengan setia memberikan pendidikan yang baik dan berintegritas. Secara nyata kita dapat melihat dunia semakin kehilangan integritas dan tidak konsisten lagi. Berapa banyak orang yang merasa gembira ketika dia telah merugikan dan membuat orang lain menjadi menderita, tetapi jika yang terjadi sebaliknya, maka dia menjadi sakit hati dan marah. Gereja seharusnya senantiasa membangun ketulusan, kebenaran, dan integritas antara iman, kebenaran, dan keadilan sehingga ketulusan dan kejujuran seharusnya lebh dihargai daripada sekedar intelektual tinggi tetapi mempunyai cara hidup dan moral yang tidak beres.
4.    Gereja seharusnya merupakan sebuah persekutuan yang indah dan saling membangun sehingga mencerminkan sikap beribadah (Ibr 10:25).  Dunia membesarkan kita dan mengajarkan kita untuk selalu mengaktualisasikan diri kita sendiri. Setiap orang harus yakin dan bergantung kepada dirinya sendiri sehingga semakin lama manusia menjadi semakin sombong. Ketika kita tidak bisa rendah hati, taat, dan menekuk lututnya dihadapan Tuhan, maka kita akan selalu memandang rendah terhadap orang lain dan pada akhirnya hal itu akan membuat diri kita sendiri hancur. Selain itu kita juga merasa bahwa segala sesuatu bergantung kepada diri kita sendiri dan segala keputusan dan penilaian terakhir tergantung kita sehingga penilaian dan pendapat orang lain tidak kita dengar. Padahal ketika kita memposisikan diri kita sebagai penentu akhir, sebenarnya kita sedang berada di titik kritis untuk mencapai kehancuran. Ketika kita merasa bahwa kita adalah orang yang paling hebat, maka jika kita mengalami tantangan dan kegagalan di dalam hidup, mungkin kita bisa menjadi gila atau stress hingga bunuh diri karena kita telah merasakan betapa sakitnya jatuh dari kesombongan kita sendiri.
Firman Tuhan mengajarkan agar kita mempunyai sikap yang rendah hati sehingga kita dapat melihat segala sesuatu dengan nilai positif. Dan ketika kita bisa rendah hati, maka kita juga akan mudah menerima segala kelemahan dan kekurangan diri kita sehingga orang lain tidak mudah menjatuhkan diri dan mematahkan diri kita ketika kita mengalami kesulitan dan kegagalan, justru hal-hal itu akan memacu diri kita untuk berusaha melakukan dengan lebih baik dan kembali bergantung kepada providensi Allah. Orang yang rendah hati selalu merasa bahwa otoritas yang tertinggi adalah Tuhan, bukan dirinya sendiri, dan orang seperti ini akan selalu siap dan taat untuk dipimpin Tuhan kemanapun. Demikian juga di dalam gereja. Setiap orang seharusnya ikut terlibat di dalam kegiatan gereja sehingga terdapat ikatan persekutuan yang indah dan kuat.
5. Gereja seharusnya menjadi tempat bagi setiap orang untuk selalu bersikap positif. Kita seharusnya bersyukur bahwa kita berjalan di dalam hidup ini berdasarkan anugerah dan kasih daripada Tuhan sehingga kita tidak boleh menjalankan hidup ini demi kepentingan kita saja dan jika Tuhan memimpin perjalanan hidup kita, maka Tuhan berjanji untuk selalu menyertai dan menolong kita. Yang menjadi masalah adalah seberapa jauh kita berjalan di dalam rencana Allah bagi kita?, ketika kita melakukan sesuatu, apakah Tuhan berada di pihak kita? Konsep seperti ini seharusnya ditanamkan sejak masih anak-anak sehingga mereka sennantiasa mempunyai pengharapan yang positif kepada Allah. Mereka akan yakin bahwa segala sesuatu yang Allah kerjakan adalah demi kebaikan kita sehingga ketika tampaknya tidak ada harapan, kita tetap yakin utnuk bersandar kepada Allah. Ketika waktunya tiba, kita akan mengerti bagaimana kasih dan kuasa daripada Tuhan ternyata selalu memimpin perjalanan kita. Inilah iman dan pengharapan yang positif kepada Tuhan. Inilah tugas dan tanggung jawab daripada gereja. Gereja seharusnya berusaha mempengaruhi dunia untuk menjadi semakin rohani, bukan dunia yang terus mempengaruhi gereja untuk menjadi semakin duniawi. Pengaruh daripada gereja ini akan kita bawa dan akan memberikan nuansa dimanapun kita berada. Dunia akan melihat bahwa hidup kita adalah hidup yang indah, berintegritas, dan bermakna di hadapan Tuhan.   Amin.?

Diposting OLeh : eki kawamasi

1 komentar:

  1. How do I play casino games - Dr. MSD
    For example, if I've never 수원 출장샵 played poker in this 삼척 출장샵 community, or if I 대구광역 출장샵 need a casino for the 김천 출장샵 weekend, or if I'm not in 포천 출장안마 this area, I have

    BalasHapus