Ringkasan Khotbah : 03 Oktober 2003 |
|
||
Human Interaction & Its Influences:
Church Influences
|
|||
Nats: Ibr 10: 23-25
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
|
|||
Ketika kita berbicara tentang gereja, pikiran
yang muncul secara spontan didalam kepala kita adalah bangunan fisik yang
digunakan oleh orang kristen untuk kebaktian dan acara kerohanian yang
lainnya. Inilah yang harus kita pikirkan terlebih dahulu sebelum kita
melangkah lebih jauh tentang makna gereja yang dimaksud dalam pergumulan
kita kali ini. Esensi daripada gereja yang dimaksudkan bukanlah suatu
institusi/lembaga atau gedungnya, melainkan kumpulan umat pilihanNya dan
anak-anakNya yang bersekutu dan beribadah didalam bangunan gereja tersebut.
Kita sudah mengetahui bahwa Firman Tuhan dengan
jelas mengatakan bahwa setiap manusia memerlukan sebuah interaksi dan salah
satu tempat interaksi yang sangat memberikan pengaruh terhadap diri kita
adalah gereja atau didalam pertemuan-pertemuan ibadah. Orang-orang
pilihanNya mempunyai beberapa panggilan yang unik, antara lain : marturia (memberikan
kesaksian didalam pemberitaan Firman), koinonia (persekutuan bersama-sama
untuk saling membangun dan memperhatikan), dan diakonia (pelayanan). Disini
kita dapat melihat bahwa kita sebagai anggota tubuh dari gereja Kristus
wajib bersekutu dengan anggota tubuh yang lainnya.
Pada zaman yang serba modern ini telah terbentuk
sebuah sistem dunia virtual yang akan mengakibatkan tantangan yang semakin
besar bagi masa depan kekristenan. JIka kita tidak berpikir tajam, sadar,
dan mengantisipasi, maka sistem ini akan menghancurkan nilai-nilai
kekristenan. Bukannya tidak mungkin banyak orang kristen dimasa depan akan
menolak untuk ke gereja karena telah terbentuk full online internet, TV
kabel, sehingga banyak orang lebih memilih untuk mengikuti kebaktian dan
persekutuan hanya dengan memandang layar kaca TV dan berkomunikasi secara
virtual pula. Semua kebaktian didalam gereja manapun dapat kita ikuti hanya
dengan duduk santai di sofa rumah sambil makan pagi atau bercanda ria, tidak
perlu berpakaian rapi dan bersiap-siap. Hanya dengan 1 buah TV + remote
control, semua kerepotan dapat kita hindari. Kita dapat menonton khotbah
sekaligus bermain intenet atau jika kita merasa bosan ditengah-tengah
khotbah, kita dapat mengganti channel TV ke siaran kebaktian gereja lain
yang lebih lucu. Apakah hal seperti ini dapat kita katakan persekutuan yang
Tuhan kehendaki ?, apakah ini yang disebut sebagai gereja ?. Ketika dunia
menjadi tambah modern dengan segala kemajuan teknologinya, celakanya dunia
ini malah membuat manusia menjadi semakin individualis.
Tantangan kedua yang harus dihadapi oleh gereja
adalah semakin banyaknya orang yang lebih suka dan lebih memilih persekutuan
yang bersifat duniawi daripada yang bersifat rohani sehingga lambat laun
gedung gereja akan semakin kosong dan sebaliknya diskotik, night club,
karaoke akan semakin penuh. Hal seperti ini sebenarnya telah dimulai sejak
20 tahun yang lalu karena pada waktu itu gereja-gereja menjadi khawatir
hanya karena jumlah jemaatnya terus berkurang. Lalu muncullah sebuah ide
untuk merubah format gereja yang selama ini berjalan sehingga diharapkan
gereja-gereja kembali dipenuhi oleh orang-orang. Maka mereka mulai belajar
nuansa apakah yang disukai oleh masyarakat kemudian membawa nuansa tersebut
masuk kedalam gereja sehingga gereja-geeja berubah menjadi mirip night club
atau karaoke. Dan ternyata cara ini sangat efektif karena jumlah orang yang
datang didalam kebaktian gereja-gereja tersebut meningkat dengan sangat
drastis sehingga semakin mirip dengan diskotik. Kegilaan telah semakin nyata
didalam gereja Kristus sehingga mulai muncul kritikan terhadap gereja-gereja
tersebut sampai diberi julukan Hot Tub Religion karena agama Kristen telah
berubah menjadi agama yang penuh dengan kenikmatan duniawi. Mereka tidak
sadar bahwa hal ini membuat mereka terlepas dari esensi gereja yang sejati.
Maka ketika kita sadar bagaimana pengaruh gereja terhadap diri kita,
pengaruh apakah yang sedang diberikan kepada kita sebagai jemaatnya dan
komunitas seperti apakah yang seharusnya berada didalam gereja ?.
1. Interaksi gereja seharusnya terjadi
didalam kebenaran berdasarkan iman pengakuan kita (Ibr 10:23). Jika kita
mempunyai pengakuan iman dan pengharapan yang benar dihadapan Tuhan, maka
iman dan pengharapan tersebut harus dinyatakan didalam persekutuan kita.
Tetapi jika kita melihat pada gereja-gereja sekarang ironis sekali karena
ternyata mereka tidak memiliki apalagi mengikrarkan pengakuan iman !.
Padahal kebaktian dan persekutuan didalam gereja seharusnya membuat kita
semakin mengerti akan iman dan pengharapan. Dan pengaruh seperti ini
seharusnya mulai ditanamkan kepada anak-anak di sekolah minggu. Maka pada
saat ini kita harus mengerti seberapa besarnya tanggung jawab para guru
sekolah minggu didalam membentuk anak-anak sehingga tidak mengajar dengan
sembarangan, apalagi pada zaman sekarang orang tua telah mulai melepaskan
tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anaknya dan menyerahkannya kepada
pembantu sehingga pendidikan moral, etika, dan agama anak-anak tersebut
sangat lemah.
Sejak dini sekolah minggu seharusnya mulai
mendidik anak-anak untuk semakin mengenal dan takut kepada Allah karena di
tempat itulah mereka mulai diberikan konsep tentang iman dan kebenaran
sehingga mempunyai hidup yang benar. Suatu saat Tuhan mungkin memanggil kita
untuk mendidik anak-anak melalui sekolah minggu dan pada waktu itu kita
harus menerima panggilan itu dan menjalankannya dengan setia kepada Firman
dan penuh tanggung jawab sehingga kita tidak berdosa dihadapan Tuhan karena
telah memberikan pengajaran yang tidak benar kepada anak-anak itu dan hal
demikian akan membuat mereka sulit sekali untuk kembali kepada kebenaran,
bahkan sampai dewasa. Gereja melalui sekolah minggu seharusnya juga
mengajarkan anak-anak tersebut untuk berani menolak berbagai macam pengaruh
buruk.
2. Gereja seharusnya menjadi tempat bagi
orang-orang untuk merasakan suasana yang rohani. Ketegangan antara
kebenaran yang ideal dan dunia yang penuh dengan dosa semakin bertambah
besar. Dunia selalu berusaha menarik manusia untuk semakin duniawi dan tidak
bermoral sehingga gereja seharusnya berusaha membawa mereka untuk semakin
mencintai Tuhan dan mempunyai hidup yang benar didalam kerohanian yang baik
sehingga mereka akan mempunyai iman yang baik pula, dan untuk menjalankan
hal seperti ini membutuhkan gereja yang senantiasa memancarkan nuansa rohani
dan sifat spritualitas sehingga gereja dapat memberikan pengaruh rohani bagi
mereka. Kita harus sadar bahwa dunia ingin membawa gereja untuk semakin
duniawi tetapi Tuhan menginginkan gerejaNya untuk tetap bersifat rohani
bahkan mampu memberikan pengaruh ditengah dunia yang berdosa.
Maka seharusnya kita menjadi lebih hati-hati
ketika ada suatu format baru yang mau masuk kedalam gereja, kita perlu
bertanya apakah format tersebut membuat jemaat semakin duniawi atau semakin
rohani. Contohnya : alat musik atau pesta makan. Dari sini kita mengetahui
bahwa alat musik drum/bass tidak seharusnya dipakai oleh gereja. Jemaat
pergi ke gereja bukan ingin mengikuti persekutuan tetapi lebih memilih untuk
mengikuti pesta makan. Gereja tidak akan mungkin dapat memberikan pengaruh
rohani kepada jemaat jika menggunakan format yang bersifat duniawi. Kita
harus mengerti dengan jelas tentang esensi daripada gereja sehingga gereja
tidak terkena pengaruh oleh dunia melainkan tetap setia untuk memberikan
pengaruh yang baik bagi orang-orang, inilah hak sulung daripada gereja.
3. Gereja seharusnya menjadi tempat untuk
memberikan pendidikan yang berintegritas. Ketika dunia termasuk juga
sekolah sudah tidak dapat lagi memberikan pendidikan yang baik dan
berintegritas, seharunya gereja menjadi satu-satunya tempat yang masih
dengan setia memberikan pendidikan yang baik dan berintegritas. Secara nyata
kita dapat melihat dunia semakin kehilangan integritas dan tidak konsisten
lagi. Berapa banyak orang yang merasa gembira ketika dia telah merugikan dan
membuat orang lain menjadi menderita, tetapi jika yang terjadi sebaliknya,
maka dia menjadi sakit hati dan marah. Gereja seharusnya senantiasa
membangun ketulusan, kebenaran, dan integritas antara iman, kebenaran, dan
keadilan sehingga ketulusan dan kejujuran seharusnya lebh dihargai daripada
sekedar intelektual tinggi tetapi mempunyai cara hidup dan moral yang tidak
beres.
4. Gereja seharusnya merupakan sebuah
persekutuan yang indah dan saling membangun sehingga mencerminkan sikap
beribadah (Ibr 10:25). Dunia membesarkan kita dan mengajarkan kita
untuk selalu mengaktualisasikan diri kita sendiri. Setiap orang harus yakin
dan bergantung kepada dirinya sendiri sehingga semakin lama manusia menjadi
semakin sombong. Ketika kita tidak bisa rendah hati, taat, dan menekuk
lututnya dihadapan Tuhan, maka kita akan selalu memandang rendah terhadap
orang lain dan pada akhirnya hal itu akan membuat diri kita sendiri hancur.
Selain itu kita juga merasa bahwa segala sesuatu bergantung kepada diri kita
sendiri dan segala keputusan dan penilaian terakhir tergantung kita sehingga
penilaian dan pendapat orang lain tidak kita dengar. Padahal ketika kita
memposisikan diri kita sebagai penentu akhir, sebenarnya kita sedang berada
di titik kritis untuk mencapai kehancuran. Ketika kita merasa bahwa kita
adalah orang yang paling hebat, maka jika kita mengalami tantangan dan
kegagalan di dalam hidup, mungkin kita bisa menjadi gila atau stress hingga
bunuh diri karena kita telah merasakan betapa sakitnya jatuh dari
kesombongan kita sendiri.
Firman Tuhan mengajarkan agar kita mempunyai
sikap yang rendah hati sehingga kita dapat melihat segala sesuatu dengan
nilai positif. Dan ketika kita bisa rendah hati, maka kita juga akan mudah
menerima segala kelemahan dan kekurangan diri kita sehingga orang lain tidak
mudah menjatuhkan diri dan mematahkan diri kita ketika kita mengalami
kesulitan dan kegagalan, justru hal-hal itu akan memacu diri kita untuk
berusaha melakukan dengan lebih baik dan kembali bergantung kepada
providensi Allah. Orang yang rendah hati selalu merasa bahwa otoritas yang
tertinggi adalah Tuhan, bukan dirinya sendiri, dan orang seperti ini akan
selalu siap dan taat untuk dipimpin Tuhan kemanapun. Demikian juga di dalam
gereja. Setiap orang seharusnya ikut terlibat di dalam kegiatan gereja
sehingga terdapat ikatan persekutuan yang indah dan kuat.
5. Gereja seharusnya menjadi tempat bagi
setiap orang untuk selalu bersikap positif. Kita seharusnya bersyukur
bahwa kita berjalan di dalam hidup ini berdasarkan anugerah dan kasih
daripada Tuhan sehingga kita tidak boleh menjalankan hidup ini demi
kepentingan kita saja dan jika Tuhan memimpin perjalanan hidup kita, maka
Tuhan berjanji untuk selalu menyertai dan menolong kita. Yang menjadi
masalah adalah seberapa jauh kita berjalan di dalam rencana Allah bagi kita?,
ketika kita melakukan sesuatu, apakah Tuhan berada di pihak kita? Konsep
seperti ini seharusnya ditanamkan sejak masih anak-anak sehingga mereka
sennantiasa mempunyai pengharapan yang positif kepada Allah. Mereka akan
yakin bahwa segala sesuatu yang Allah kerjakan adalah demi kebaikan kita
sehingga ketika tampaknya tidak ada harapan, kita tetap yakin utnuk
bersandar kepada Allah. Ketika waktunya tiba, kita akan mengerti bagaimana
kasih dan kuasa daripada Tuhan ternyata selalu memimpin perjalanan kita.
Inilah iman dan pengharapan yang positif kepada Tuhan. Inilah tugas dan
tanggung jawab daripada gereja. Gereja seharusnya berusaha mempengaruhi
dunia untuk menjadi semakin rohani, bukan dunia yang terus mempengaruhi
gereja untuk menjadi semakin duniawi. Pengaruh daripada gereja ini akan kita
bawa dan akan memberikan nuansa dimanapun kita berada. Dunia akan melihat
bahwa hidup kita adalah hidup yang indah, berintegritas, dan bermakna di
hadapan Tuhan. Amin.?
Diposting OLeh : eki kawamasi
|
Jumat, 15 Juni 2012
Ringkasan Khotbah (Church Influences)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
How do I play casino games - Dr. MSD
BalasHapusFor example, if I've never 수원 출장샵 played poker in this 삼척 출장샵 community, or if I 대구광역 출장샵 need a casino for the 김천 출장샵 weekend, or if I'm not in 포천 출장안마 this area, I have