Ringkasan Khotbah : 12 September 2003 |
|
||
Human Interaction & Its Influences:
Parental Influences 2
|
|||
Nats: 2 Tim 1: 5
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
|
|||
Tuhan menciptakan manusia tidak untuk hidup
sendirian, tetapi Tuhan menginginkan agar manusia mempunyai sebuah relasi
sosial dengan ciptaanNya yang lain. Salah satu sifat ilahi Tuhan yang
diturunkan kepada manusia (communicable attribute of God ) adalah kasih.
Walaupun sifat-sifat ilahi antara Allah dengan manusia mempunyai kualitas
yang berbeda tetapi esensi-nya adalah sama. Jadi Allah ingin kita juga
mempunyai sifat mengasihi seperti Allah mengasihi kita. Manusia seharusnya
mengasihi Allah, alam, dan termasuk juga sesama. Dan interaksi yang pertama
kali terjadi ketika manusia dilahirkan didunia adalah bagaimana hubungan
antara orang tua dan anak.
Alangkah celakanya dan sengsara jika kita
melihat pada masa kini banyak sekali orang tua yang menolak keberadaan
anak-anaknya serta melepaskan mereka tanpa menikmati hubungan dari ayah-ibunya,
padahal relasi yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya merupakan
sebuah relasi yang sangat indah dan didalamnya terdapat sebuah hubungan yang
tidak akan pernah mungkin kita dapatkan dari luar. Walaupun telah disediakan
seorang pembantu atau suster yang sangat mencintai anak majikannya, tetapi
cinta kasih itu tidak akan pernah sama dengan cinta kasih orang tuanya.
Tuhan menciptakan manusia melalui sistem prokreasi dimana seorang anak tidak
akan pernah muncul tanpa adanya ayah dan ibu dan Tuhan memberikan tuntutan
dan pertanggung jawaban kepada ayah dan ibu untuk mendidik anaknya dan
memberikan sebuah interaksi antar pribadi yang pertama kali bagi
anak-anaknya.
Firman yang kita baca hari ini menggambarkan
bagaimana iman yang sejati telah diturunkan selama 3 generasi. Firman tidak
mengatakan bahwa ini terjadi secara otomatis tetapi ketika seseorang
bertanggung jawab bagaimana menjalankan perannya sebagai orang tua, maka
anaknya akan mendapatkan berkat. Kalau kita melihat bagaimana seorang Paulus,
Musa, Timotius, Agustinus bisa menjadi orang yang begitu beriman kepada
Tuhan. Juga kalau kita melihat Pdt. Stephen Tong dan juga keluarganya bisa
menjadi orang yang beriman karena ada orang tua yang begitu perhatian dan
serius mendidik didalam iman. Dari sini kita bisa mengerti betapa pentingnya
peran dan pengaruh orang tua didalam pendidikan anaknya. Kita juga melihat
Nietzsche, Marx, dimana walaupun mereka hidup didalam keluarga Kristen
tetapi mereka telah menerima pendidikan yang salah sehingga mereka mempunyai
jalan hidup yang salah pula. Maka pada hari ini kita akan menggumulkan
bersama-sama kenapa Tuhan mempaercayakan hal penting ini kepada orang tua,
kenapa harus diadakan baptisan anak, kenapa harus sampai ada tuntutan dan
pertanggung jawaban, kenapa Tuhan sampai begitu serius memerintahkan orang
tua mendidik anaknya.
Permasalahan akan First Decree/ konsep
pertama. Adalah suatu pengajaran atau struktur yang ditangkap oleh
seorang anak petama kali terhadap suatu aspek. Setiap pertumbuhan kita
berguna untuk membentuk dan membangun suatu Christian world view yang telah
kita terima ketika kita lahir. Memang beberapa world view dapat kita
tanamkan ketika sang anak masih didalam kandungan tetapi hal itu terjadi
secara tidak langsung. Belakangan ini kita mengenal efek musik klasik bagi
perkembangan bayi dimana ketika ibunya sedang hamil diarahkan untuk selalu
mendengarkan masik Bach, Beethoven, atau Handel. Ketika sang anak lahir,
kita perlu lagi mendidik dia dengan tepat karena pada waktu itu kita sedang
menanamkan konsep pertama didalam otak bayi tersebut tentang segala sesuatu
yang benar. Maka waktu kita mendidik anak itu, kita sedang membentuk cara
berpikir pertama bagi anak itu sehingga tahun-tahun pertama itu tidak dapat
digantikan oleh orang lain.
Orang tuanya harus mendidik anaknya agar
mengerti bagaimana ber-relasi dengan orang tuanya. Ketika orang tua
melepaskan fungsi ini kepada orang lain, maka pada dekrit pertama pendidikan
anak itu telah kehilangan sense of theology, yaitu : hubungan dia dengan
Allah akan hilang karena setiap anak akan belajar tentang Tuhan berasal dari
orang tua. Kita tidak akan pernah dapat menjelaskan tentang Tuhan kepada
bayi-bayi seperti dibangku kuliah, tetapi mereka akan mengerti tentang Tuhan
berdasarkan teladan orang tua. Mereka akan belajar Tuhan itu seperti apa
jika mereka melihat orang tuanya dan bagaimana seharusnya ber-relasi dengan
Tuhan yang benar. Setiap bayi pasti mengetahui bahwa pembantu adalah orang
ketiga didalam keluarga, kemudian dia juga akan menyadari bahwa orang ketiga
tersebut bukanlah otoritas tertinggi dan dia akan menganggap bahwa ayah dan
ibunya tidak peduli dengannya. Akibatnya, anak tersebut akan mempunyai jiwa
pemberontak, liar, dan susah untuk dididik supaya mengenal Tuhan karena
penanaman konsep pertama yang dia terima adalah Tuhan tidak peduli dengan
dirinya.
Pendidikan first decree yang diajarkan oleh
orang tua kepada anak-anaknya seharusnya meliputi pengertian-pengertian
dasar mengenai banyak hal, antara lain :
1. Mengerti realita akan Tuhan.
Perilaku orang tua seharusnya menjadi teladan bahwa Tuhan itu ada, besar dan
sangat berotoritas serta sangat mengasihi manusia, misalnya dengan kita ajak
berdoa bersama-sama, membaca Firman, hidup didalam iman. Mungkin anak
tersebut belum ikut berdoa bersama kita, tetapi dia belajar bahwa ayah dan
ibunya ternyata takut kepada Tuhan dan dan dia juga tahu bahwa Tuhan
ternyata menyayangi ayah dan ibunya. Maka teladan-teladan seperti ini akan
mengaktifkan bakat ilahi yang telah Tuhan tanamkan pada diri anak tersebut
(sense of divinity). Celakanya, hal ini juga menjadi kesulitan bagi para
orang tua karena dirinya sendiripun juga berantakan didalam relasi dengan
Tuhan. Hal-hal seperti inilah yang seharusnya kita tanamkan didalam diri
anak-anak kita, bagaimana mendidik mereka akan pengenalan Tuhan dalam
hidupnya.
2. Mengerti tentang realita kebenaran.
Pada zaman sekarang ini banyak sekali manusia yang sengaja mempermainkan
sesamanya dengan menyelewengkan kebenaran, sehingga akibatnya setiap orang
pikirannya menjadi bercabang karena setiap obyek yang kita lihat atau baca
selalu mempunyai banyak arti. Dan hal seperti ini kelihatan paling nyata
didalam dunia periklanan. Orang-orang periklanan selalu memacu masyarakat
untuk mencari dan memikirkan banyak arti dari sebuah ungkapan. Dan yang
lebih parah, masyarakat sangat senang sekali akan penyelewengan seperti ini
dan menjadikan hal tersebut menjadi lelucon.
Hal seperti ini sangat berbahaya sekali karena
masyarakat diajak untuk mempermainkan sebuah realita dan semakin lama akan
membuat kita lepas daripada kebenaran. Sebagai orang tua seharusnya kita
selalu mendidik anak kita untuk mengenal kebenaran sejati. Berbicaralah
dengan anak-anak kita dengan jelas dan benar tanpa membuat bingung atau
curiga kepada ucapan kita sehingga mereka mempunyai keyakinan terhadap
sebuah kebenaran. Jika ucapan kita seperti orang periklanan maka pemahaman
dan keyakinan anak-anak kita akan mengapung bahkan kabur, mereka akan selalu
berpikir untuk curiga terhadap ucapan kita benar atau bohong. Kita perlu
tahu bahwa seorang anak kecil mempunyai daya tangkap yang jauh lebih cepat
dari pada orang dewasa dan juga mereka masih belum bisa membedakan
informasi-informasi yang salah dan benar sehingga apa yang kita ucapkan baik
itu kebohongan, kejujuran, ataupun campuran akan lansung diserap oleh otak
mereka. Maka kita sebagai orang tua harus mendidik anak-anak kita didalam
kebenaran.
3. Pengertian yang benar bagaimana
berhubungan dengan orang tua. Seorang anak diharapkan dia menyadari
dimana posisi dirinya dan bagaimana melihat kedua orang tuanya didalam
posisi yang berbeda. Pada usia yang tepat kita harus mendidik anak kita agar
dia tahu bahwa dia masih membutuhkan dan tergantung kepada orang tua. Dia
perlu mengetahui bahwa orang tua adalah otoritas yang paling tinggi didalam
relasi keluarga, sehingga dia mempunyai kegentaran. Jika kita gagal didalam
hal ini maka anak tersebut akan terlepas dari tangan kita dan kita tidak
akan dapat menguasai dan mengatur anak tersebut. Maka pendidikan tentang
hubungan antara orang tua dan anak begitu penting didalam pertumbuhan. Dan
masalah seprti ini akan selalu menjadi kesulitan jika anak tersebut kita
serahkan kepada pembantu atau suster. Seorang pembantu tidak akan pernah
berani untuk mendisiplinkan seorang anak karena anak tersebut adalah anak
majikannya. Tidak heran jika anak tersebut kita serahkan kepada pembantu
maka anak tersebut pasti akan tumbuh menjadi liar karena otoritas tertinggi
milik orang tua tidak mungkin diserahkan kepada pembantu. Dari sini kita
mengetahui betapa pentingnya keberadaan orang tua didalam masa pertumbuhan
sehingga anak-anak kita dapat bertumbuh dengan baik.
4. Memberikan pendidikan untuk hidup
beribadah. Pendidikan ini akan mengakibatkan anak kita mempunyai rasa
takut dengan Tuhan, takut untuk berbuat yang tidak benar. Orang tua sama
sekali tidak pernah mendidik anaknya untuk melakukan perbuatan yang jelek
dan jahat, tetapi pada kenyataannya anak-anak dapat melakukan perbuatan
tersebut tanpa perlu diajari oleh siapapun juga. Cinta kasih dari orang tua
maupun dari kakek nenek yang terlalu berlebihan akan membuat anak tidak
mempunyai hidup yang beribadah. Maka kita harus mendidik anak-anak supaya
mereka takut dengan Tuhan sehingga anak itu mempunyai sikap yang hormat dan
tidak berbuat sembarangan diluar mata kita.
5. Menanamkan value system yang benar.
Bagaimana anak-anak boleh kita didik agar mereka lebih mementingkan Tuhan,
iman, dan hormat. Kemudian mereka juga harus memperhatikan aspek-aspek
pendidikan, pertumbuhan, pergaulan sampai dengan apa yang baik, yang serasi
didalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pada saat ini anak-anak sejak kecil telah
dididik secara salah. Sejak pertama anak-anak telah dididik tentang uang.
Seluruh kegiatan dan hidup mereka berjalan dengan motivasi untuk mendapatkan
uang. Akibatnya setelah dewasa mereka akan menjadi manusia yang materialis.
Selain itu orang tua tanpa sadar telah memberikan teladan yang sangat buruk
bagi anak-anaknya. Anak-anak belajar ketika melihat wajah orang tuanya
ketika pulang kerja, jika mereka mengalami keuntungan maka wajah mereka akan
berseri, tetapi ketika mengalami kerugian, wajah mereka menjadi kusut dan
cemberut. Mereka akan mempunyai konsep bahwa kebahagiaan, keceriaan,
ketenangan itu akan datang ketika mempunyai banyak uang. Maka kita sebagai
orang tua harus benar-benar hati-hati didalam memberikan motivasi kepada
anak sehingga value system mereka tidak menjadi rusak sehingga mereka tahu
apa yang penting, yang baik, yang suci, yang benar itu dengan nilai yang
tepat.
Dan semua ini tidak mungkin dapat kita
percayakan kepada orang lain untuk mendidik anak kita karena semua orangpun
kecuali ayah dan ibunya, tidak ada orang yang bisa mengerjakan tanggung
jawab ini. Orang tua adalah wakil daripada Tuhan yang paling sah untuk
mendidik dan membentuk setiap anak. Seberapa tingkat setiap anak untuk
mendapatkan kebahagiaan secara maksimum didalam pendidikan dan pengaruh yang
terbaik dimasa kecilnya adalah ketika orang tua tahu bagaimana mengerti akan
tanggung jawab untuk memberikan pengaruh kepada setiap anaknya.
Jika kita kembali kepada Firman yang telah kita
baca, bagamana Lois mendidik Eunike untuk takut dan cinta kepada Tuhan, iman
yang ditanamkan oleh Lois didalam diri Eunike tidak pernah hilang dan iman
seperti itu juga dipakai oleh Eunike untuk mendidik Timotius sehingga kita
dapat melihat hasilnya pada diri Timotius yang juga sangat beriman kepada
Tuhan walaupun dia hidup ditengah-tengah orang-orang Yunani dan
filsafat-filsafatnya. Pengaruh dan didikan daripada orang tua tidak pernah
kembali dengan sia-sia. Mungkin suatu saat Tuhan juga memberikan kesempatan
kepada kita ditengah tantangan dan tekanan dunia yang semakin berat ini,
kiranya Tuhan menolong setiap kita untuk tetap sadar betapa pentingnya akan
pengaruh orang tua bagi anaknya untuk dapat hidup dengan benar dihadapan
Tuhan. Jika kita mengabaikan tanggung jawab ini maka kita akan sangat
berdosa dihadapan Tuhan. Amin.?
Diposting Oleh : eki kawamasi
|
Jumat, 15 Juni 2012
Ringkasan Khotbah (Parental Influences 2)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar