Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (Parental Influences 2)

Ringkasan Khotbah : 12 September 2003
Human Interaction & Its Influences: Parental Influences 2
Nats: 2 Tim 1: 5
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Tuhan menciptakan manusia tidak untuk hidup sendirian, tetapi Tuhan menginginkan agar manusia mempunyai sebuah relasi sosial dengan ciptaanNya yang lain. Salah satu sifat ilahi Tuhan yang diturunkan kepada manusia (communicable attribute of God ) adalah kasih. Walaupun sifat-sifat ilahi antara Allah dengan manusia mempunyai kualitas yang berbeda tetapi esensi-nya adalah sama. Jadi Allah ingin kita juga mempunyai sifat mengasihi seperti Allah mengasihi kita. Manusia seharusnya mengasihi Allah, alam, dan termasuk juga sesama. Dan interaksi yang pertama kali terjadi ketika manusia dilahirkan didunia adalah bagaimana hubungan antara orang tua dan anak.
Alangkah celakanya dan sengsara jika kita melihat pada masa kini banyak sekali orang tua yang menolak keberadaan anak-anaknya serta melepaskan mereka tanpa menikmati hubungan dari ayah-ibunya, padahal relasi yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya merupakan sebuah relasi yang sangat indah dan didalamnya terdapat sebuah hubungan yang tidak akan pernah mungkin kita dapatkan dari luar. Walaupun telah disediakan seorang pembantu atau suster yang sangat mencintai anak majikannya, tetapi cinta kasih itu tidak akan pernah sama dengan cinta kasih orang tuanya. Tuhan menciptakan manusia melalui sistem prokreasi dimana seorang anak tidak akan pernah muncul tanpa adanya ayah dan ibu dan Tuhan memberikan tuntutan dan pertanggung jawaban kepada ayah dan ibu untuk mendidik anaknya dan memberikan sebuah interaksi antar pribadi yang pertama kali bagi anak-anaknya.
Firman yang kita baca hari ini menggambarkan bagaimana iman yang sejati telah diturunkan selama 3 generasi. Firman tidak mengatakan bahwa ini terjadi secara otomatis tetapi ketika seseorang bertanggung jawab bagaimana menjalankan perannya sebagai orang tua, maka anaknya akan mendapatkan berkat. Kalau kita melihat bagaimana seorang Paulus, Musa, Timotius, Agustinus bisa menjadi orang yang begitu beriman kepada Tuhan. Juga kalau kita melihat Pdt. Stephen Tong dan juga keluarganya bisa menjadi orang yang beriman karena ada orang tua yang begitu perhatian dan serius mendidik didalam iman. Dari sini kita bisa mengerti betapa pentingnya peran dan pengaruh orang tua didalam pendidikan anaknya. Kita juga melihat Nietzsche, Marx, dimana walaupun mereka hidup didalam keluarga Kristen tetapi mereka telah menerima pendidikan yang salah sehingga mereka mempunyai jalan hidup yang salah pula. Maka pada hari ini kita akan menggumulkan bersama-sama kenapa Tuhan mempaercayakan hal penting ini kepada orang tua, kenapa harus diadakan baptisan anak, kenapa harus sampai ada tuntutan dan pertanggung jawaban, kenapa Tuhan sampai begitu serius memerintahkan orang tua mendidik anaknya.
Permasalahan akan First Decree/ konsep pertama. Adalah suatu pengajaran atau struktur yang ditangkap oleh seorang anak petama kali terhadap suatu aspek. Setiap pertumbuhan kita berguna untuk membentuk dan membangun suatu Christian world view  yang telah kita terima ketika kita lahir. Memang beberapa world view dapat kita tanamkan ketika sang anak masih didalam kandungan tetapi hal itu terjadi secara tidak langsung. Belakangan ini kita mengenal efek musik klasik bagi perkembangan bayi dimana ketika ibunya sedang hamil diarahkan untuk selalu mendengarkan masik Bach, Beethoven, atau Handel. Ketika sang anak lahir, kita perlu lagi mendidik dia dengan tepat karena pada waktu itu kita sedang menanamkan konsep pertama didalam otak bayi tersebut tentang segala sesuatu yang benar. Maka waktu kita mendidik anak itu, kita sedang membentuk cara berpikir pertama bagi anak itu sehingga tahun-tahun pertama itu tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Orang tuanya harus mendidik anaknya agar mengerti bagaimana ber-relasi dengan orang tuanya. Ketika orang tua melepaskan fungsi ini kepada orang lain, maka pada dekrit pertama pendidikan anak itu telah kehilangan sense of theology, yaitu : hubungan dia dengan Allah akan hilang karena setiap anak akan belajar tentang Tuhan berasal dari orang tua. Kita tidak akan pernah dapat menjelaskan tentang Tuhan kepada bayi-bayi seperti dibangku kuliah, tetapi mereka akan mengerti tentang Tuhan berdasarkan teladan orang tua. Mereka akan belajar Tuhan itu seperti apa jika mereka melihat orang tuanya dan bagaimana seharusnya ber-relasi dengan Tuhan yang benar. Setiap bayi pasti mengetahui bahwa pembantu adalah orang ketiga didalam keluarga, kemudian dia juga akan menyadari bahwa orang ketiga tersebut bukanlah otoritas tertinggi dan dia akan menganggap bahwa ayah dan ibunya tidak peduli dengannya. Akibatnya, anak tersebut akan mempunyai jiwa pemberontak, liar, dan susah untuk dididik supaya mengenal Tuhan karena penanaman konsep pertama yang dia terima adalah Tuhan tidak peduli dengan dirinya.
Pendidikan first decree  yang diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya seharusnya meliputi pengertian-pengertian dasar mengenai banyak hal, antara lain :
1.    Mengerti realita akan Tuhan. Perilaku orang tua seharusnya menjadi teladan bahwa Tuhan itu ada, besar dan sangat berotoritas serta sangat mengasihi manusia, misalnya dengan kita ajak berdoa bersama-sama, membaca Firman, hidup didalam iman. Mungkin anak tersebut belum ikut berdoa bersama kita, tetapi dia belajar bahwa ayah dan ibunya ternyata takut kepada Tuhan dan dan dia juga tahu bahwa Tuhan ternyata menyayangi ayah dan ibunya. Maka teladan-teladan seperti ini akan mengaktifkan bakat ilahi yang telah Tuhan tanamkan pada diri anak tersebut (sense of divinity). Celakanya, hal ini juga menjadi kesulitan bagi para orang tua karena dirinya sendiripun juga berantakan didalam relasi dengan Tuhan. Hal-hal seperti inilah yang seharusnya kita tanamkan didalam diri anak-anak kita, bagaimana mendidik mereka akan pengenalan Tuhan dalam hidupnya.
2.    Mengerti tentang realita kebenaran. Pada zaman sekarang ini banyak sekali manusia yang sengaja mempermainkan sesamanya dengan menyelewengkan kebenaran, sehingga akibatnya setiap orang pikirannya menjadi bercabang karena setiap obyek yang kita lihat atau baca selalu mempunyai banyak arti. Dan hal seperti ini kelihatan paling nyata didalam dunia periklanan. Orang-orang periklanan selalu memacu masyarakat untuk mencari dan memikirkan banyak arti dari sebuah ungkapan. Dan yang lebih parah, masyarakat sangat senang sekali akan penyelewengan seperti ini dan menjadikan hal tersebut menjadi lelucon.
Hal seperti ini sangat berbahaya sekali karena masyarakat diajak untuk mempermainkan sebuah realita dan semakin lama akan membuat kita lepas daripada kebenaran. Sebagai orang tua seharusnya kita selalu mendidik anak kita untuk mengenal kebenaran sejati. Berbicaralah dengan anak-anak kita dengan jelas dan benar tanpa membuat bingung atau curiga kepada ucapan kita sehingga mereka mempunyai keyakinan terhadap sebuah kebenaran. Jika ucapan kita seperti orang periklanan maka pemahaman dan keyakinan anak-anak kita akan mengapung bahkan kabur, mereka akan selalu berpikir untuk curiga terhadap ucapan kita benar atau bohong. Kita perlu tahu bahwa seorang anak kecil mempunyai daya tangkap yang jauh lebih cepat dari pada orang dewasa dan juga mereka masih belum bisa membedakan informasi-informasi yang salah dan benar sehingga apa yang kita ucapkan baik itu kebohongan, kejujuran, ataupun campuran akan lansung diserap oleh otak mereka. Maka kita sebagai orang tua harus mendidik anak-anak kita didalam kebenaran.
3.    Pengertian yang benar bagaimana berhubungan dengan orang tua.  Seorang anak diharapkan dia menyadari dimana posisi  dirinya dan bagaimana melihat kedua orang tuanya didalam posisi yang berbeda. Pada usia yang tepat kita harus mendidik anak kita agar dia tahu bahwa dia masih membutuhkan dan tergantung kepada orang tua. Dia perlu mengetahui bahwa orang tua adalah otoritas yang paling tinggi didalam relasi keluarga, sehingga dia mempunyai kegentaran. Jika kita gagal didalam hal ini maka anak tersebut akan terlepas dari tangan kita dan kita tidak akan dapat menguasai dan mengatur anak tersebut. Maka pendidikan tentang hubungan antara orang tua dan anak begitu penting didalam pertumbuhan. Dan masalah seprti ini akan selalu menjadi kesulitan jika anak tersebut kita serahkan kepada pembantu atau suster. Seorang pembantu tidak akan pernah berani untuk mendisiplinkan seorang anak karena anak tersebut adalah anak majikannya. Tidak heran jika anak tersebut kita serahkan kepada pembantu maka anak tersebut pasti akan tumbuh menjadi liar karena otoritas tertinggi milik orang tua tidak mungkin diserahkan kepada pembantu. Dari sini kita mengetahui betapa pentingnya keberadaan orang tua didalam masa pertumbuhan sehingga anak-anak kita dapat bertumbuh dengan baik.
4.    Memberikan pendidikan untuk hidup beribadah. Pendidikan ini akan mengakibatkan anak kita mempunyai rasa takut dengan Tuhan, takut untuk berbuat yang tidak benar. Orang tua sama sekali tidak pernah mendidik anaknya untuk melakukan perbuatan yang jelek dan jahat, tetapi pada kenyataannya anak-anak dapat melakukan perbuatan tersebut tanpa perlu diajari oleh siapapun juga. Cinta kasih dari orang tua maupun dari kakek nenek yang terlalu berlebihan akan membuat anak tidak mempunyai hidup yang beribadah. Maka kita harus mendidik anak-anak supaya mereka takut dengan Tuhan sehingga anak itu mempunyai sikap yang hormat dan tidak berbuat sembarangan diluar mata kita.
5.    Menanamkan value system yang benar. Bagaimana anak-anak boleh kita didik agar mereka lebih mementingkan Tuhan, iman, dan hormat. Kemudian mereka juga harus memperhatikan aspek-aspek  pendidikan, pertumbuhan, pergaulan sampai dengan apa yang baik, yang serasi didalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pada saat ini anak-anak sejak kecil telah dididik secara salah. Sejak pertama anak-anak telah dididik  tentang uang. Seluruh kegiatan dan hidup mereka berjalan dengan motivasi untuk mendapatkan uang. Akibatnya setelah dewasa mereka akan menjadi manusia yang materialis. Selain itu orang tua tanpa sadar telah memberikan teladan yang sangat buruk bagi anak-anaknya. Anak-anak belajar ketika melihat wajah orang tuanya ketika pulang kerja, jika mereka mengalami keuntungan maka wajah mereka akan berseri, tetapi ketika mengalami kerugian, wajah mereka menjadi kusut dan cemberut. Mereka akan mempunyai konsep bahwa kebahagiaan, keceriaan, ketenangan itu akan datang ketika mempunyai banyak uang. Maka kita sebagai orang tua harus benar-benar hati-hati didalam memberikan motivasi kepada anak sehingga value system mereka tidak menjadi rusak sehingga mereka tahu apa yang penting, yang baik, yang suci, yang benar itu dengan nilai yang tepat.
Dan semua ini tidak mungkin dapat kita percayakan kepada orang lain untuk mendidik anak kita karena semua orangpun kecuali ayah dan ibunya, tidak ada orang yang bisa mengerjakan tanggung jawab ini. Orang tua adalah wakil daripada Tuhan yang paling sah untuk mendidik dan membentuk setiap anak. Seberapa tingkat setiap anak untuk mendapatkan kebahagiaan secara maksimum didalam pendidikan dan pengaruh yang terbaik dimasa kecilnya adalah ketika orang tua tahu bagaimana mengerti akan tanggung jawab untuk memberikan pengaruh kepada setiap anaknya.
Jika kita kembali kepada Firman yang telah kita baca, bagamana Lois mendidik Eunike untuk takut dan cinta kepada Tuhan, iman  yang ditanamkan oleh Lois didalam diri Eunike tidak pernah hilang dan iman seperti itu juga dipakai oleh Eunike untuk mendidik Timotius sehingga kita dapat melihat hasilnya pada diri Timotius yang juga sangat beriman kepada Tuhan walaupun dia hidup ditengah-tengah orang-orang Yunani dan filsafat-filsafatnya. Pengaruh dan didikan daripada orang tua tidak pernah kembali dengan sia-sia. Mungkin suatu saat Tuhan juga memberikan kesempatan kepada kita ditengah tantangan dan tekanan dunia yang semakin berat ini, kiranya Tuhan menolong setiap kita untuk tetap sadar betapa pentingnya akan pengaruh orang tua bagi anaknya untuk dapat hidup dengan benar dihadapan Tuhan. Jika kita mengabaikan tanggung jawab ini maka kita akan sangat berdosa dihadapan Tuhan.  Amin.?

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar