Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (Christmas & Dignity)

Ringkasan Khotbah : 26 Desember 2003
Christmas & Dignity
Nats: Flp 2:5-11
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno
Setelah kita bergumul bersama didalam beberapa tema natal, sampailah kita pada tema yang terakhir dimana melalui tema ini kita akan menggumulkan bagaimana kita dapat melihat natal didalam sebuah paradoksikal. Saat ini perayaan natal telah sedemikian rupa diselewengkan dan di isi dengan berbagai macam bentuk perayaan yang sudah tidak sesuai dengan natal yang sesungguhnya. Kenapa? karena manusia telah gagal menangkap esensi yang sejati dan juga mereka sangat tidak suka dengan esensi natal walaupun sesungguhnya itulah yang mereka cari-cari. Betapa menakutkannya manusia, disatu pihak manusia menginginkannya tetap dilain pihak manusia menolaknya dan membencinya.
Kitab Filipi pasal yang ke-2 merupakan pujian bagi Kristus yang walaupun pendek tetapi semuanya itu dapat membangun totalitas daripada rahasia kehidupanNya. Khususnya ketika kita membaca ayat yang ke-7 dimana Yesus rela mengosongkan diriNya sendiri lalu mengambil rupa seorang hamba. Citra seperti ini sangat sulit untuk dapat diterima oleh pikiran manusia terutama oleh para pemuda. Pemuda-pemudi pada zaman sekarang terus-menerus didorong, dididik, dimotivasi dengan prinsip-prinsip yang sangat bertolak belakang dengan apa yang Kristus lakukan. Dimanapun kita berada, disitu kita selalu dituntut bagaimana untuk menjadi tenar, berpengaruh besar, bernama besar. Ketika kita masuk kedalam masa kuliah, kita mulai dipengaruhi dengan berbagai macam “setelah lulus ingin jadi apa?”, “mau sekolah sampai mana?”, “bagaimana kau mencapai sukses?”, dsb. Manusia sedemikian gila ingin di agungkan, di puji-puji, dimuliakan. Bagaimanakah mereka mengejar semua itu? bagi mereka langkah yang terutama adalah bagaimana mempunyai uang sebanyak-banyaknya. Mereka berpikir kalau mereka mempunyai banyak uang, maka mereka akan mendapatkan semua hal bahkan kehormatan, kedudukan, barang-barang mewah yang akan ditempelkan di seluruh tubuhnya dengan harapan dirinya juga akan ikut menjadi mewah. Padahal kalau kita lihat perjalanan hidup seorang manusia yang mempunyai prinsip seperti ini, justru uang yang akan menghancurkan seluruh hidupnya. Betapa kasihan.
Ketika natal tiba, bagi sebagian banyak pemuda-pemudi adalah kesempatan untuk menunjukkan semua yang dimilikinya. Dan memang itulah yang menjadi evaluasi bagi diri mereka selama setahun. Sehingga begitu natal tiba, semua orang mulai mengejar kapan dan berapa bonus yang akan mereka terima dari perusahaan. Konsep natal yang ada dipikiran mereka telah menjerumuskan diri mereka sendiri. Maka tidak heran korban yang paling besar dari peringatan akan hari natal adalah para pemuda-pemudi. Banyak pemuda-pemudi yang pada waktu natal malah mati kecelakaan, kehilangan keperawanan, semua uang dihabiskan di meja judi dan night club. Kerusakan dan kehancuran moral yang paling tinggi justru terjadi pada waktu natal! Dan semua itu terjadi karena manusia gagal dalam mencari dan mendapatkan sebuah dignity. Mereka sangat menginginkan dignity, kehormatan, dan nilai, tetapi mereka bukannya mendapatkannya malah kehilangan. Yang lebih parah lagi, belum tentu mereka menjadi sadar akan kehilangan tersebut. Sudah hilang tetapi masih tidak sadar kalau sudah kehilangan.
Terdapat sebuah cerita dimana terdapat 2 wanita yang telah hancur hidupnya. Salah satu dari mereka hanya bisa berkata “mau bagaimana lagi?, kita bagaikan sebuah apel busuk yang berada di sebuah keranjang”. Kemudian yang satunya menjawab, “bukan. Kita adalah apel busuk di sebuah tong sampah. Dikeranjang tidak ada yang busuk”. Manusia ingin dignity, tetapi malah dapat tong sampah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Ada beberapa aspek yang pada saat ini akan kita pelajari. Kenapa natal bisa begitu menjerumuskan manusia tetapi natal juga bisa membawa manusia untuk dapat menemukan dan memegang esensi yang sejati dari hidup yang penuh dengan dignity yang telah Tuhan sediakan bagi setiap manusia.
Pertama, ketika manusia “katanya” berhasil memegang dignity, secara duniawi ternyata manusia telah tertipu. Manusia begitu ditinggikan dengan tujuan supaya bisa dijatuhkan. Ketika manusia jatuh kedalam dosa, manusia menjadi kehilangan kemuliaan. Mereka akan berjuang untuk mencari kemuliaan sehingga akibatnya manusia begitu suka dibohongi dan ditipu karena mereka perlu mengisi hati mereka tetapi salah mencari. Apakah benar manusia ingin jujur?, hidup benar?, tidak. Manusia hanya ingin apa yang dia inginkan. Manusia ingin nafsu mereka dipenuhi! Coba saja engkau bicara jujur dengan kekasihmu dengan mengatakan bahwa dia tidak cantik tetapi jelek, apakah dia senang dengan kejujuran kita? tidak. Bahkan dia akan sangat marah mendengar kebenaran itu. Mulutnya memang meminta kita untuk berbicara jujur tetapi bukan itu yang dia inginkan. Walaupun dirinya sendiri tahu kalau wajahnya memang jelek, tetapi dia lebih suka dibohongi. Dan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, manusia tidak saja suka dibohongi tetapi mereka juga rela untuk melakukan/menerima apa saja. Ada manusia yang rela kehabisan uang agar dia bisa dihargai oleh teman-temannya sebagai orang kaya. Bagaimana caranya? dengan membayari teman-temannya tersebut ke restoran yang termahal. Manusia tidak lagi mengerti bagaimana seharusnya hidup, apa itu realita kehidupan. Inilah efek kejatuhan dosa.
Kenapa Kristus perlu hadir di dunia? untuk menebus dosa manusia. Kalau manusia tidak berdosa, tidak mungkin ada natal. Kalau ada satu saja cara yang lebih mudah untuk menyelesaikan dosa, Kristus tidak perlu datang untuk kemudian di salib. Jadi secara logika, Kristus adalah satu-satunya juru selamat bagi manusia! Perlu adanya kuasa Tuhan untuk menebus dan menerobos setiap dosa manusia. Inilah kunci pertama, jika seseorang ingin kembali kepada kemuliaan yang sejati dia harus sadar bahwa natal adalah hadirnya Kristus di tengah-tengah dunia yang berdosa. Dia rela menjadi manusia. Dia rela lahir dikandang. Dia rela dihina oleh ciptaanNya, menderita sampai akhirnya mati dikayu salib dengan tidak adanya keadilan bagi Dia. Semua yang dilakukan oleh Yesus memang sulit untuk dapat dimengerti oleh kita tetapi inilah fakta. Kita adalah orang berdosa.
Kedua, manusia juga harus sadar bahwa dirinya adalah mahkluk yang terbatas. Dan kalau kita melihat kembali, natal adalah peristiwa dimana Allah yang tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi oleh apapun rela masuk kedalam suatu wilayah yang terbatas dan yang sangat membatasi diriNya. Jika pada hari ini kita berada di Surabaya, pada saat yang sama tidak mungkin kita berada di Jakarta. Kita di kunci oleh waktu dan ruang. Oleh karena itu sebenarnya manusia tidak boleh membiarkan waktu lewat begitu saja. Jangan pernah menyesal atas semua hidupmu dengan cara hiduplah dengan cara yang paling tepat dan dengan pertimbangan yang paling akurat. Jika sekali saja kita merasa menyesal itu berarti kita sudah terlambat. Waktu telah lewat dan mustahil bisa mundur kembali untuk penyesalan kita. Lalu bagaimanakah caranya mempunyai hidup yang tepat? hanya melalui pertobatan. Pertobatan berbeda dengan penyesalan. Penyesalan terjadi karena sudah terjadi dan menyadari kesalahannya. Tanpa adanya kesadaran, mustahil seseorang mau menyesal walaupun apa yang telah dia lakukan adalah kejahatan. Seseorang hanya menyesal karena apa yang dia lakukan telah diketahui oleh orang lain dan mau tidak mau harus menerima hukuman/konsekwensi dari perbuatannya. Seorang pencuri hanya merasa menyesal ketika dia sudah tertangkap. Jikalau dia tidak tertangkap, tidak akan pernah sekalipun dia merasa menyesal atas perbuatannya. Dan orang yang menyesal belum tentu bertobat. Orang yang bertobat adalah orang yang tidak menunggu tertangkap sudah menyadari kesalahannya kemudian membalik arah hidupnya kepada kebenaran. Seseorang bisa bertobat karena ada seseorang yang menyentuh hatinya, yaitu Tuhan. Pertobatan membuat kita mengerti bahwa segala kejahatan dan kerusakan moral yang kita lakukan akan terkunci didalam waktu yang tidak mungkin bisa dihapus dari sejarah kita.
Lihatlah pemuda-pemudi yang setiap hari berkumpul di pinggir-pinggir jalan setiap malam hari. Setiap hari mereka hanya membuang waktu mereka dengan menggosip, mabuk-mabukkan, karaoke, bercanda, pacaran, dll. Usia mereka masih sangat muda tetapi mereka sudah membuang-buang hidup dan kesempatan. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan kelak akan menghancurkan hidup mereka sendiri. Ketika mereka sudah dewasa, semua orang yang seusia dengan mereka telah menjadi orang-orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat, tetapi sebaliknya mereka menjadi orang yang merusak masyarakat. Mereka akan menjadi gelandangan, pengemis, dan yang lebih parah lagi menjadi perampok karena mereka iri hati melihat orang-orang yang sukses dan mempunyai kehidupan yang baik. Mereka tidak sadar bahwa mereka sudah membuang semua kemungkinan yang bisa mereka miliki sama seperti orang lain. Apakah mereka menyesal? tidak, justru meyalahkan keadaan mereka yang tidak kaya sehingga tidak ada kesempatan. Padahal kalau kita lihat faktanya, lebih banyak pemuda-pemudi yang berasal dari keluarga miskin dapat mencapai kesuksesan daripada pemuda-pemudi yang berasal dari keluarga kaya. Apa yang telah Tuhan kerjakan melalui natal ingin menunjukkan kepada kita apa itu kemuliaan yang sesungguhnya. Tuhan ingin mengajak kita untuk berani menerobos kedalam wilayah kekekalan.
Ketiga, ketika kita melihat sesama kita dan dunia ini, seharusnya kita sadar bahwa satu fakta yang paling penting yang tidak dapat kita ingkari adalah  manusia semakin lama hidupnya semakin hina. Manusia dimanapun bisa menjadi semakin kaya, pandai, berkedudukkan tinggi tetapi tingkat moralitas terus merosot. Kota-kota yang makin modern dan berteknologi tinggi ternyata moralnya lebih bejat daripada orang-orang yang memiliki hidup sederhana. Betapa indahnya penampilan sampah, sampah tetaplah sampah. Untuk inilah Kristus datang. Dia datang untuk mengangkat kita keluar dari tempat sampah. Apakah ini sebuah pekerjaan yang mudah? tidak, karena di dalamnya terdapat ikatan yang mencengkram kita. Sama dengan sebelum seseorang merokok, dirinya begitu bebas untuk memilih untuk merokok atau tidak karena dirinya belum jatuh kedalam dosa. Tetapi setelah dia menjadi pecandu, tidak ada lagi kebebasan seperti dulu. Dia tidak mampu lagi untuk menolak setiap tawaran dan rayuan karena dirinya sudah dicengkram oleh dosa. Dan dosa akan terus mencengkram dia sampai mati. Inilah salah satu bukti yang paling sederhana untuk menunjukkan kekuatan dosa. Setiap manusia yang telah di ikat oleh dosa tidak dapat disadarkan. Walaupun ada kemungkinan akan kesadaran, manusia tersebut tetap tidak dapat keluar dari ikatan dosa, mirip seperti AIDS. Yang bisa hanyalah terus mencoba memperpanjang waktu untuk tidak cepat mati. Kalau sudah begini, hidup menjadi begitu menyedihkan.
Maka, hiduplah didalam Tuhan sebelum hal itu tiba pada kita. Kita harus berani mengakui bahwa kita adalah mahkluk yang lemah dan terbatas. Dan ketika kita berani mengakui hal seperti ini, kita bisa datang kepada Yesus. Ketika orang menghina kita, kita bisa melepaskan hinaan itu. Kita perlu mengingat bahwa Yesus datang bukan di istana Herodes. Dengan itu Yesus ingin berkata bahwa Dia tidak takut untuk dihina orang lain karena kehinaan tidak pernah berasal dari luar tetapi berasal dari dalam. Orang lain mungkin saja tidak melihat kehinaan kita. Mereka begitu memuji-muji kita, tetapi kita tetap mengetahui ada kehinaan pada diri kita dan kita tidak layak untuk menerima puji-pujian tersebut. Jadikan Kristus sebagai teladan hidupmu. Kalau kita bisa menerima ini, kita bisa menjalankan apa yang Tuhan kehendaki pada diri kita. Untuk apa? Kemuliaan manusia bukan berasal dari diri sendiri tetapi berasal dari Allah yang akan diserahkan kepada kita (ayat 9). Jadi kita bisa menjadi mulia karena Allah kita adalah Allah yang mulia. Dan ketika kita di tengah-tengah perjalanan hidup kita khususnya di akhir tahun ini, pandanglah natal dan lihatlah kemuliaan Tuhan yang ada di sebuah kandang. Janganlah mencari kemuliaan sendiri dengan segala perhiasan, mobil mewah, baju baru, dll karena semua benda-benda mati itu hanya dihargai oleh orang-orang yang hina. Jangan menghargai orang yang seperti ini tetapi hargailah orang-orang yang memang dirinya patut untuk dihargai walapun begitu miskin. Berdoalah agar Tuhan menuntun kita untuk mendapatkan KemuliaanNya dan semoga kemuliaan yang diberikan kepada kita dapat kembali memuliakan nama Tuhan.
Natal juga selalu dihubungkan dengan “Lahirlah Kristus anak Daud”. Daud adalah seorang yang begitu indah dan layak menjadi teladan bagi kita. Mungkin kalau kita disuruh kembali kepada Kristus, ada orang yang yang bertanya mana mngkin kita menjadi seperti Kristus? Kristus dipermuliakan oleh Bapa, lalu bagaimanakah dengan kita? mungkinkah seperti Kristus?  Ya ! Itulah yang memang disediakan bagi kita lewat kedatangan Kristus. Tetapi jika engkau menganggap mustahil, lihatlah Daud. Daud adalah anak bungsu yang bertugas untuk menggembalakan ternak. Dan ketika Tuhan mengutus Samuel untuk mencari pengganti Saul, Isai memperlihatkan anak-anaknya yang  begitu gagah, tampan, dan keren, tapi malah ditolak oleh Samuel. Anak yang oleh ayahnya sendiri saja direndahkan justru dipilih oleh Samuel. Secara mata manusia Daud di remehkan oleh seluruh keluarganya, tetapi apa yang dilihat oleh dunia, tidak di pandang oleh Tuhan. Dialah orang yang akan dipakai oleh Tuhan. dan tidak itu saja, tetapi satu-satunya atribut yang diberikan kepada Yesus juga diberikan kepada Daud, “Inilah hambaKu yang ku perkenankan”.
Daud begitu mengerti dimana posisinya dan tahu diri. Dia tidak pernah peduli dan memusingkan akan posisinya sebagai gembala yang diremehkan oleh orang tuanya. Tetapi dia hanya tahu satu hal, yaitu bagaimana hidup memuliakan nama Tuhan. Itulah suatu integritas hidup yang tidak dapat digoyahkan oleh apapun juga termasuk oleh kemewahan dunia. Walaupun ketika dia sudah ditahbis sebagai raja, Daud tidak pernah gila hormat. Berkali-kali temannya merayu dia untuk menghabisi riwayat Saul tetapi dia tetap menolak, “Tuhan yang memilih Saul, biarlah Tuhan yang menghakimi Saul”. Daud begitu menjaga dan memelihara kemuliaan yang berasal dari Tuhan. Maka tidak heran kalau bagaimanapun juga Tuhan tetap memelihara Daud. Maukah kita hidup seperti Daud?
Marilah kita kembali memandang natal yang sejati ketika begitu banyak gereja yang semakin lama tambah semakin gila. Ketika natal tiba begitu banyak gereja yang terkesan seperti sebuah perayaan daripada sebuah kebaktian. Natal tidak lagi kembali kepada kebenaran, memandang kepada Kristus, dan berusaha hidup benar, tetapi malah ribut bagaimana memenuhi kursi gereja dengan menggunakan cara-cara yang sangat duniawi mulai dari makan besar, bagi-bagi souvenir, dsb. Tidak ada lagi orang yang memikirkan kebenaran apa pada tahun ini yang akan Tuhan berikan kepada kita. Yagn dipikirkan cuma perut dan makanan. Kalau sudah seperti ini, bukankah natal-pun dibuat sedemikian hina oleh gereja sendiri? Natal seharusnya menjadi sesuatu yang anggun, yang membawa manusia kepada hidup yang mulia. amin.

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar