Ringkasan
Khotbah : 10 September 2000
HIDUP
TAKUT AKAN ALLAH
Nats : Efesus 5:21
Pengkhotbah :
Rev. Sutjipto Subeno
Di
dalam rangkaian ini kita masih mempelajari bagaimana hidup Kristen yang
rohani, yang diawali dengan kalimat “Jangan kamu mabuk oleh anggur tetapi
hendaklah penuh dengan Roh.” Kepenuhan Roh Kudus menjadi dasar kehidupan
kekristenan, inti bagaimana kita dapat menjadi manusia rohani yang
dipenuhi Roh Kudus, yang hidup dibawah pimpinan Roh Kudus dan Roh Kudus bekerja
di dalam hati kita. Namun ide menjadi manusia rohani yang dipenuhi oleh Roh seringkali
disalahmengerti dengan pikiran-pikiran yang jauh dari kebenaran firman Tuhan
dimana kerohanian disamakan dengan hal-hal yang spektakuler secara
mistik. Sehingga untuk menghindarkan terjadinya kesalahpahaman,
Paulus menegaskan dalam ayat berikutnya (yang merupakan satu kesatuan
utuh yang tidak boleh dipisahkan dari ay.18-21) secara totalitas apa yang
disebut dengan penuh dengan roh, yang dimulai dengan bagaimana kita
boleh berkata seorang kepada yang lain di dalam mazmur, kidung puji-pujian dan
nyanyian rohani. Hidup rohani (spiritual life) bukanlah yang hidup yang
dualistik, melainkan hidup yang terintegrasi secara total, bagaimana hubungan
dan sikap saya terhadap Allah, maka demikian pula hubungan dan sikap
saya terhadap sesama. Seperti dalam Kolose dikatakan jikalau
engkau melakukan sesuatu maka lakukan itu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia. Sehingga hidup rohani yang sesungguhnya adalah
dimana antara nuangsa horizontal dengan vertikal tidak pernah
dipisahkan.
Yang
kedua dikatakan “Bersyukurlah senantiasa di dalam segala hal kepada Allah
dan Bapa kita, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.” Adanya stress menandakan
bahwa kita tidak dapat mengenal dengan sungguh siapa Tuhan kita dan
mensyukuri setiap langkah yang Ia pimpin, sehingga hidup kita penuh
dengan gerutuan, kemarahan dan rasa tidak puas, dan akibatnya itu mendatangkan
dosa dan penghukuman karena kita gagal menerima anugerah Tuhan dengan wajar.
Kita seringkali hanya ingin memikirkan dari aspek duniawi sehingga tidak
pernah menggumulkan apa yang Tuhan ingin berikan pada kita hari ini dan apa
yang harus kita kerjakan untuk boleh menjadi berkat bagi orang lain.
Ketika kita dapat berpaut dan bersyukur senantiasa maka di dalam segala hal hidup
kita akan dipimpin di dalam penuh berkat Tuhan. Hal ini seperti ketika saya sedang
memberikan sesuatu pada anak saya namun karena itu tidak berkenan dihatinya
maka ia buang. Saat itu saya akan marah sekali karena ketika diberi anugerah,
ia bukan berterima kasih tetapi justru melawan dengan cara yang sangat
kurang ajar. Namun hal itu membuat saya berpikir bahwa mungkin sekali kita
juga seringkali telah melakukan hal yang sangat kurang ajar dihadapan
Tuhan, dengan rasa tidak puas terhadap apa yang Tuhan berikan, rasa marah dan
tidak dapat berterima kasih. Ini satu sikap yang perlu kita pelajari yaitu
bagaimana kita dapat bersyukur di dalam semua aspek yang Tuhan nyatakan. Sejauh
kita hidup taat pada Tuhan maka Tuhan pelihara tetapi sejauh kita keluar
dari jalur Tuhan, kita menjadi manusia duniawi yang tidak lagi berjalan
dalam satu sikap rohani yang sejati.
Di
dalam bagian ketiga kita akan melihat bagaimana Paulus ingin menjaga supaya seluruh
tatanan hidup rohani ini tidak lepas dari kontrol atau kehidupan spiritualitas
yang seimbang: “Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam
takut akan Kristus.” Kalimat tersebut merupakan kalimat penutup di dalam
bagian ini. Kehidupan seorang yang rohani adalah hidup yang sungguh-sungguh
takut akan Kristus dan itu menjadikan ia rendah hati di dalam setiap relasi.
Takut akan Kristus dan rendah hati merupakan dua hal yang terkombinasi dan
sangat penting untuk menjadi dasar pola pikir rohani kita. Namun
kalimat ini justru sangat dibenci dan ditentang oleh dunia (terutama dunia
psikologi) karena saat ini secara perlahan manusia diajar bahwa ia adalah
mahkluk yang tidak bergantung pada apapun (be an independent being), yang dapat
mengatasi segala sesuatu, dan semua itu menunjang apa yang disebut sebagai
digniti manusia yang dikaitkan dengan satu inti yang disebut “supremasi
manusia” (manusia menjadi mahkluk yang paling tinggi). Hal ini ditekankan
oleh psikologi humanistik, bahwa kita harus mencapai semua yang kita
perlukan dan keperluan yang paling tinggi adalah menjadikan diri kita
“self-actualized” (aktualisasi diri), yang keluar dengan istilah
“dare to be different” (berani tampil beda). Humanistic psychology
hanya akan membawa manusia semakin gila dan rusak di tengah abad 20 ini. Di dalam
filsafat ini dikenal dengan istilah “homo mensura” (man as the measures
of all things) dimana artinya manusia menjadi ukuran bagi segala sesuatu
karena manusia menempati digniti tertinggi yang mengukur segala sesuatu
dan dirinya tidak diukur, dan ini menjadi patokan seolah semua bergantung
pada dia dan dia tidak bergantung pada siapapun. Ini jiwa humanisme yang terus
ditiupkan dari mulai Kejadian (Adam & Hawa jatuh dalam dosa) hingga
hari ini. Sehingga hari ini sekitar 70% manusia di dunia lebih menyakini
konsep independensi (ketidakbergantungan manusia) daripada
konsep takut dan bersandarnya manusia pada Tuhan.
Tetapi
kita harus sadar bahwa secara realita sehari-hari kita adalah mahkluk yang bergantung
(dalam kondisi level dua) dan akan salah posisi jika kita ingin melangkah menjadi
Tuhan (kondisi level pertama). Konflik antara dependensi dan independensi
yang merupakan akar permasalahan paling besar yang menyebabkan ketegangan
antara prinsip iman Kristen yang begitu tegas dengan apa yang diajarkan oleh
dunia kita juga terjadi ketika Yesus akan disalibkan, sebab apabila
Kristus tidak memberikan hak kepada mereka serta Kristus tidak menyerahkan diri
maka hal penyalibanNya tidak akan pernah terjadi. Secara fakta kita harus
melihat bahwa manusia adalah mahkluk yang bergantung pada orang lain di dalam
banyak aspek. Manusia adalah mahkluk yang lemah, terbatas dan telah terkontaminasi
oleh dosa. Ketika kita sadar sebagai mahkluk yang bergantung, itu menjadikan
kita belajar merendahkan diri satu dengan yang lain, sehingga dengan
demikian kita mulai belajar sadar posisi dan membutuhkan teman dan orang
lain yang boleh membantu kita. demikian juga jikalau saya boleh mengerti
banyak aspek diluar theologi, itu semua dikarenakan adanya teman-teman yang mengajak
membicarakan perkembangan berbagai hal, sehingga saya boleh lebih memperkaya
pikiran saya dan menjadi berkat bagi orang lain. Disini saya harapkan satu
sama lain saling memberikan informasi, bergumul, saling menajamkan pikiran
kita bahkan kalau mungkin dengan berdiskusi bersama sehingga akhirnya kita
dapat belajar banyak hal. Orang yang dipenuhi Roh Kudus justru akan semakin
sadar siapa dirinya sebenarnya sebagai mahkluk yang dependent dan
semakin rendah hati.
Orang
yang takut akan Allah tidak akan takut pada apapun yang lain. Kadangkala kita
terlalu takut terhadap banyak hal yang membuktikan bahwa kita tidak
takut terhadap Tuhan. sebagai orang Kristen kita harus dapat berkata seperti
Paulus, bahwa hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Kita melihat
bahwa dalam Mzm 34:10 kalimat “takut akan Tuhan” disebutkan hingga
dua kali, dan dikatakan pula bahwa orang yang takut akan Tuhan tidak akan berkekurangan
hidupnya sekalipun mungkin ia akan mengalami banyak permasalahan dan Tuhan
melepaskannya. Disinilah sesungguhnya inti takut akan Allah! Sejauh kita
takut akan Allah dan berjalan di dalam jalur Tuhan maka tidak ada yang dapat
menakutkan dan menguasai kita. Bahkan ketika akhirnya kita boleh tiba di
garis akhir, kita dengan penuh harapan boleh mempertanggungjawabkan apa
yang telah kita kerjakan. Dan seperti Paulus, kita dapat berkata “Bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Ketika hidup, kita boleh
menjadi pelayan bagi jemaat dan jika akhirnya harus mati, itu adalah
keuntungan yang membuat kita bersatu dengan Kristus. Hidup kita bukanlah
tergantung pada panjangnya waktu hidup kita (quantitatif) tetapi moment di
dalam waktu itulah yang menentukan hidup kita (quatitatif). Sehingga kita
tidak perlu takut sekalipun terhadap kematian karena waktu kita
untuk matipun ada di dalam tangan Tuhan. Sungguhkah kita mempunyai
ketakutan dan kegentaran terhadap Tuhan ketika langkah kita salah? Ini adalah
hal yang paling penting dan utama dalam hidup kita!
Selanjutnya,
terdapat beberapa dampak dari takut akan Tuhan: 1). Ketika kita takut akan
Tuhan, secara jelas kita mengakui otoritas Kristus dalam hidup kita. Di tengah
kehidupan yang serba relatif, kemutlakan yang boleh menjadi sandaran kokoh
bagi hidup kita hanyalah pada Kristus. Semua otoritas didunia ini bersifat
temporer, relatif dan tidak mempunyai makna terlalu banyak. Sehingga kalau
kita gagal takut akan Kristus maka itu berarti kita kita tidak tahu diri dan
telah gagal memposisikan diri secara tepat. Ketika kita takut akan Kristus
itu menjadikan hidup kita berpusat pada Kristus (Christ centered) di dalam
seluruh aspek hidup kita. Ini yang perlu kita latih dalam hidup kita sehingga
kegentaran pada Kristus itu menjadikan hidup kita sungguh-sungguh terkontrol
dan terarah baik serta berjalan di dalam anugerahNya yang terbaik dan
akibatnya saudara boleh dipakai dengan luar biasa. Waktu kita gentar
pada Tuhan dan itu menjadi kekuatan komitmen/ ketekadan kita untuk
menyaksikan ke tengah dunia bahwa Tuhan pakai kita, orang yang takut kepadaNya
untuk menjadi saksi menyatakan seluruh kekayaan anugrahNya kepada dunia.
Manusia yang paling cocok dipakai untuk menyatakan keagungan, kemuliaan, kasih,
kebenaran, keadilan dan seluruh kekayaan anugerah yang dia mau
limpahkan dari surga adalah orang yang takut akan Tuhan, karena Tuhan ingin
menunjukkan pada dunia bahwa hidup yang terbaik ada ditangan anak-anakNya
yang takut akan Dia.
2).
Itu saatnya kita boleh mendapatkan kekuatan untuk lepas dari semua dosa yang menjatuhkan,
godaan yang mungkin merasuk dan menghancurkan kita. Takut akan Allah menjadi satu
dasar dan kekuatan karena Kristus sudah menyelamatkan kita dari dosa kita, dia
telah meneteskan darah untuk menyelamatkan kita. Disini ada satu
kegentaran untuk tidak ingin menyalibkan Yesus kedua kalinya dengan
berbuat dosa kembali karena kita takut menyakiti dan melihat darah Tuhan
harus diteteskan kembali karena dosa yang kita lakukan. Anugerah terbesar yang
saudara dapat nikmati dalam hidup ini adalah takut akan Kristus. Bahkan
modal terpenting warisan yang dapat saudara berikan kepada anak-anak saudara
yang terbaik adalah takut akan Allah. Kita dapat menjaga hidup kita tepat baik
yaitu waktu kita hidup takut akan Tuhan sehingga kemanapun membuat
kita tahu ada Tuhan yang menjaga dan mengawasi kita. Kita tidak akan sanggup menjaga
suami/istri/anak kita di dalam keadaan apapun, tetapi satu hal yang membuat
setiap kita tidak melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan adalah rasa
takut akan Tuhan.
3).
Menjadi semakin dapat berelasi dengan orang lain. orang yang tidak takut
terhadap Tuhan tetapi takut terhadap sesamanya, akan membuat ia selalu curiga
terhadap orang lain dan tidak dapat berelasi, mau menang sendiri, memusuhi
semua orang dan banyak aspek lain yang akhirnya membuat kita gagal berelasi
dengan orang lain. Tetapi waktu kita takut terhadap Tuhan kita tidak akan
berbuat hal-hal yang menyakiti hati Tuhan dan akibatnya kita mulai belajar
berelasi dengan orang lain. Takut akan Tuhan membuat kita lebih submit dan
merasakan butuhnya saudara seiman untuk menopang kita. Kita makin tahu
kalau kita mempunyai kelemahan begitu banyak dan menjadikan kita lebih mawas
diri dan sadar butuhnya persekutuan, saling melayani. Karena makin kita
takut akan Tuhan, kita akan semakin mempunyai jiwa melayani serta mau merendahkan
diri untuk melayani orang lain. Mari kita belajar menjadi anak-anak Tuhan yang
secara konkrit hidup rohani, mulai dari hal yang paling kecil yaitu belajar
melayani sehingga Tuhan akan pakai kita di dalam jaman ini dan yang akan
datang. Amin.
Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar