- Ringkasan Khotbah : 25 Oktober 1998
- KESATUAN DI DALAM KRISTUS
- Nats : Efesus 2: 11-22
- Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Pada minggu ini kita akan membicarakan masalah kesatuan dalam
tubuh Kristus. Dr. Martyn Lloyd Jones mengatakan bahwa Efesus 2:11 merupakan
pembahasan krusial yang sangat bermasalah dan rumit sekali berkaitan dengan
hambatan menjadi seorang Kristen yang sejati. Kesulitan di dalam ayat ini
berkenaan dengan bagaimana seseorang tahu bahwa dia adalah orang Kristen sejati.
Orang Kristen sejati tidak hanya dilihat dari kehadiran dia di gereja, melakukan
aktivitas-aktivitas pelayanan di gereja atau karena dia seorang hamba Tuhan
full time. Orang Kristen sejati adalah orang yang sudah dikeluarkan dari
kematian dan ditebus oleh darah Kristus. Bukan itu saja, dia juga sudah
diberikan satu visi untuk mengerti panggilan Tuhan di dalam hidupnya. Jadi orang
Kristen sejati adalah orang yang aktif karena dia tahu itu panggilan Tuhan dan
tahu apa yang dia kerjakan dihadapan Tuhan. Orang Kristen sejati bukan hanya di
dalam gereja tetapi di luar gerejapun dia sadar bahwa dia adalah umat tebusan
Allah yang harus menjadi saksi Kristus. Kita diselamatkan untuk menjalankan
pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Dia mau kita hidup
di dalamnya. Ini adalah kesulitan pertama yang sudah diselesaikan oleh Paulus
dalam Ef 2:1-10.
Kesulitan kedua adalah kesulitan bagaimana kita menyelesaikan
problema-problema setelah pertobatan. Alkitab mengajarkan setelah kita bertobat
tidak berarti pikiran kita sudah beres, sudah sempurna. Banyak orang sudah lahir
baru, sudah bertobat, sudah melayani Tuhan namun pola berpikirnya masih belum
beres. Kesulitan kedua ini dapat kita lihat dalam Ef 2:11-22.
Jemaat Efesus adalah jemaat di daerah Asia Kecil dimana kota
Efesus adalah kota sentral dari Asia Kecil yang menjadi daerah perdagangan dan
penduduknya mayoritas orang Yunani. Kota Efesus juga adalah pusat penyembahan
Dewi Artemis dan pusat daripada kebudayaan Yunani kuno pada saat itu.
Orang-orang Yunani, ketika mereka bertobat menjadi Kristen tetap menjadi orang
non Yahudi. Ini menjadi kesulitan besar karena disatu pihak kekristenan dimulai
dari orang Yahudi, dipihak lain orang non Yahudi kemudian bertobat menjadi
Kristen. Kondisi ini tidak mudah diselesaikan, ketika orang non Yahudi bertobat
dia mengalami kesulitan ketika ingin bersama-sama melayani dengan orang Yahudi
dan hal ini disebabkan karena orang Yahudi dalam pola pikirnya masih sektarian.
(bnd Ef 2:11). Mereka adalah orang yang begitu mementingkan diri dan kelompoknya
sendiri dan juga begitu ketat menjaga silsilahnya supaya tidak tercemar
sedikitpun. Akibatnya orang Yahudi seringkali meremehkan orang non Yahudi dan
ini juga yang menjadikan orang non Yahudi ketika bertobat menjadi orang Kristen
sulit bergaul dengan orang Yahudi. Orang Yahudi merasa diri mereka hebat karena
mereka adalah orang-orang bersunat sedangkan orang non Yahudi tidak bersunat.
Ini menjadi hambatan yang besar untuk mereka bisa bersatu.
Di tengah-tengah situasi seperti ini Paulus mengajarkan konsep
kesatuan yang penting di dalam anak-anak Tuhan. Melayani membutuhkan persatuan
tetapi konsep kesatuan itu harus tepat. Jika kesatuan ini salah digarap akan
menjadi bumerang bagi unsur kesatuan itu sendiri. Jika demikian kita harus
menyelidiki kesatuan yang benar. Namun sebelum kita membahas kesatuan yang
benar, maka berikut ini kita akan melihat beberapa konsep persatuan yang salah
menurut Alkitab. Pertama, Kesatuan fenomenal. Di dalam Ef 2:11
menekankan kesatuan lahiriah melalui sunat. Dalam arti kalau sama-sama sudah di
sunat berarti satu. Ini persatuan yang bohong yang tidak asasi dan hanya
kesatuan lahiriah. Di luar kelihatannya baik padahal di dalamnya kropos dan
penuh dengan segala macam kepentingan masing-masing. Kelihatannya ada dampaknya
namun, dampaknya seringkali lebih berbahaya daripada apa yang baik yang kita
pikirkan. Kesatuan tidak boleh ditegakkan di atas satu bentuk fenomenal.
Kedua, Kesatuan Egosentrik. Orang Yahudi selalu
menganggap kalau dia adalah orang yang berhak mempunyai Tuhan dan Tuhan menjadi
kepentingan bagi dirinya sendiri. Konsep ini begitu menguasai orang Yahudi
dengan sifat egois. Di dalam kesatuan kita seringkali juga bersatu karena urusan
egois dan banyak kesatuan dibentuk karena ada kepentingan masing-masing yang mau
diselesaikan. Banyak orang mengadakan join di dalam bisnis sampai suatu saat dia
ditipu lalu marah-marah tetapi bukan karena orang itu Kristen melainkan karena
uangnya dimakan oleh orang tersebut. Di dalam kalangan Kristen sendiri ini yang
menjadi kesulitan untuk bersatu, karena cara berpikirnya masih duniawi dan
egosentrik. Suatu saat pasti akan terjadi konflik kepentingan. Itu sebabnya
hati-hati jika kita ingin bersatu karena jika ini didasarkan pada kepentingan
diri sendiri, siap-siap tunggu bom waktu tersebut meledak.
Ketiga, Kesatuan Mistikal. Di dalam pembahasan
terdahulu kita melihat orang Yahudi memberikan andil besar dalam memberikan
contoh teladan tentang kesatuan yang palsu. Berikut ini kita masuk satu langkah
lebih jauh lagi yaitu bentuk kesatuan yang disebut kesatuan yang bersifat mistis
dan hal itu sering dikatakan oleh orang new age. Mereka selalu tidak
ingin melihat perbedaan. Jadi kesatuan mistikal yaitu satu kesatuan yang
bersifat mistis yang menganggap bahwa semua perbedaan itu sebetulnya tidak ada,
yang ada adalah kesatuan universal dan pandangan ini disebarkan oleh orang
Pantheisme. Orang Yahudi tidak memiliki konsep seperti ini tetapi Alkitab dengan
cermat mengantisipasi bahaya dari kesatuan yang ketiga ini yaitu bentuk kesatuan
mistis.
Jika demikian kekristenan harus membicarakan persatuan seperti
apa? Pertama, Kesatuan di dalam Kristus. Beberapa bulan
yang lalu kita sudah membahas Ef 1:10 dan telah membicarakan tentang ‘HEAD UP
TO CHRIST.’ Disini Kristus sebagai Kepala dimana kita semua mengarah kepada
Kristus. Inilah kesatuan essensial yang ditetapkan oleh Tuhan. Ef 1:10
mengatakan, "Sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di
dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun
yang di bumi." Ini yang menjadikan kita mengarahkan diri (head up)
kepada Kristus sebagai Kepala, menjadikan Dia kepala dari segala sesuatu dan
kita semua memandang kesana. Jadi yang mempersatukan kita adalah jika setiap
anggota mengarahkan pikiran kepada Kristus dan hanya menjalankan apa yang
Kristus perintahkan untuk kita lakukan. Ini kunci kita akan bersatu. Tanpa
memperdulikan disebelah mana, anggota gereja mana, baju kita, kulit kita mungkin
berbeda namun karena kita memandang kepada Kristus akan menimbulkan kesamaan
gerak. Dalam kasus seperti ini saya tidak mengatakan tidak ada perbedaan
pendapat. Perbedaan pasti ada karena jika tidak ada itu berarti mistical
union. Namun di dalam perbedaan ini kita memiliki kesatuan yang indah.
Kesatuan asasi terjadi waktu yang jauh dan yang dekat sama-sama mengarahkan diri
kepada Kristus sebagai Kepala (ay 13).
Kedua, kesatuan yang sejati merupakan Kesatuan
Spiritual. Kesatuan spiritual tidak sama dengan kesatuan mistikal.
Kesatuan spiritual adalah kesatuan secara rohani terdiri dari orang-orang yang
sudah ditebus oleh Tuhan secara global. Ide ini sudah dipaparkan sejak Kejadian
3 sampai Tuhan Yesus datang. Waktu Tuhan Yesus mengatakan inilah konsep Kerajaan
Sorga yang bukan kerajaan duniawi. Namun manusia sulit menerima konsep ini
termasuk orang Kristen. Konsep Kerajaan Sorga ini merupakan konsep rohani. Tuhan
Yesus mengatakan, "Bertobatlah kamu karena Kerajaan Allah sudah dekat."
Lalu dalam perjalanan Yesus berkata, ‘Kerajaan Allah itu sudah dan sedang
berjalan di tengah-tengah kamu." Wilayah Kerajaan Sorga meliputi seluruh
dunia. Setiap orang percaya adalah umat dari Kerajaan Allah. Jadi Kerajaan Sorga
adalah kerajaan spiritual yang sudah dimulai sejak Yesus datang dan terus
dikerjakan sampai Tuhan Yesus datang kembali. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri
tidak mengerti konsep ini dan mereka berpikir mengenai Kerajaan Allah dalam
pengertian jasmani. Jika kita membaca Ef 2:12, "Pada waktu itu kamu tanpa
Kristus tidak termasuk kewargaan Israel." Lalu di dalam ayat 19
dikatakan, "Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang melainkan kawan
sewarga." Istilah sewarga disitu sebetulnya warga negara. Kita meskipun
berbeda-beda, sewarga di dalam Kristus yaitu warga negara surga. Jadi kesatuan
kita tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Orang Efesus tidak bisa mengerti
konsep ini.
Ketiga, Kesatuan Organisme. Ef 4:16,
"Daripadanyalah seluruh tubuh rapih tersusun diikat menjadi satu oleh
pelayanan semua bagian sesuai dengan kadar pelayanan tiap anggota. Menerima
pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam bagian sesuai dengan kadar pelayanan
tiap anggota. Menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam
kasih." Kesatuan disini digambarkan seperti tubuh manusia dan ini yang
disebut organisme. Kesatuan organisme bukan organisasi. Karena tubuh menjadi
satu kesatuan dan di dalamnya ada network yang hidup di dalamnya.
Kesatuan sejati bukan hanya semua anggota tubuh lengkap melainkan kesatuan
sejati dimana terjadinya relasi secara hidup. Ini berbeda dengan kesatuan
organisasi. Dalam kesatuan organisasi tidak ada relasi secara kehidupan satu
sama lain namun dalam kesatuan organisme kalau satu kena maka seluruh bagian
harus merasakan. Jika kita mengerti konsep ini baru tahu bagaimana kita menjadi
orang Kristen bisa berpadu seluruhnya. Inilah kesatuan yang Alkitab tuntut. Ini
tidak bisa dikerjakan hanya oleh satu orang melainkan oleh seluruhnya. Jika ini
terjadi, manfaat apa yang Tuhan berikan? Alkitab mengatakan yang jauh
menjadi dekat. Ini satu kunci yang indah. Itu adalah kesatuan yang membentuk
ikatan kedekatan yang menjadikan kita betul-betul menikmati keindahan efektif.
Di samping itu Alkitab berulang kali mengatakan damai sejahtera. Kehidupan
yang penuh damai sejahtera itu akan menjadi bagian kita kalau persatuan yang
sejati itu terjadi. Anak-anak Tuhan akan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
Saya sedih jika kita harus menggunakan pikiran dan tenaga yang besar hanya untuk
ribut di dalam yang akhirnya seluruh kekuatan kita untuk melayani keluar jadi
lumpuh. Saya rindu kalau kita bersama-sama mempunyai kekuatan melayani keluar
sehingga tidak banyak tenaga yang kita habiskan di dalam untuk hal yang sia-sia
dan akhirnya banyak pekerjaan Tuhan yang bisa kita kerjakan. Saya merindukan hal
ini digarap baik-baik serta setiap kita dapat ambil bagian dalam menggarap
persatuan kita. Amin!
Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar