- Ringkasan Khotbah : 03 Oktober 1999
- Pembaharuan Roh & Pikiran
- Nats : Efesus 4:20-24 (23)
- Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Saudara, kalau kita terus mengingat dalam konteks
ayat 20-24 dari Efesus 4, disini akan nampak bagaimana Tuhan sedang menuntut
melalui rasul Paulus, perubahan dari manusia lama menuju manusia baru.
Kekristenan adalah pergeseran dari seseorang yang hidup dibawah belenggu manusia
lama menuju kepada kemerdekaan yang dibentuk di dalam format manusia baru dan
dicipta menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Tetapi antara kondisi manusia lama menuju manusia baru dibutuhkan proses
pembaharuan yang terus-menerus. Dan dalam proses itu, kita justru akan mengalami
satu kondisi konfliks yang oleh Augustinus disebut sebagai The 3th
State (kondisi ketiga) dalam proses kehidupan kita sebagai anak
Tuhan.
Ketika kita membaca ayat 23, bahasa dari LAI
memisahkan kata Roh dan pikiran yang dilihat sebagai dua aspek berbeda dimana
keduanya perlu diperbaharui yaitu rohani (spiritualitas kita) dan pikiran kita.
Roh yang dulunya mati, terbelenggu dosa dan tidak dapat bersekutu dengan Allah
yang adalah Roh, kini dimerdekakan. Sehingga ketika kita berdoa dan memuji
Tuhan, maka pujian terhadap Allah tersebut keluar dari roh yang sungguh-sungguh
sudah diperbaharui menuju Roh yang sejati, yaitu Allah. Ini yang dikatakan oleh
Tuhan Yesus ketika Ia bertemu dengan perempuan Samaria dalam Yoh 4:21-23. Ketika
saudara datang dalam ibadah gereja, apa yang menjadi dorongan saudara untuk
beribadah? Apakah saudara beribadah karena itu merupakan peraturan gereja atau
karena merasa ada yang kurang jika hari minggu tidak datang ke gereja? Kalau
alasan kita seperti itu, apakah itu yang dinamakan ibadah? Ibadah sejati adalah
ketika roh kita diperbaharui dan mendorong kita untuk bertemu dengan Roh yang
sesungguhnya dalam satu ibadah bersama.
Ketika kita mengkaitkan hal ini, kita melihat
bagaimana Roh Tuhan memperbaharui roh dan pikiran kita. Bukan karena
ritual-ritual kristen yang menjadikan kita sebagai orang Kristen lalu kita mulai
menformat diri kita bagaimana mencocokkan diri supaya saya dapat kelihatannya
seperti orang Kristen. Itu adalah pikiran yang diformat dari luar melalui
tekanan, keinginan dan tuntutan orang lain terhadap kita. Jawaban Kekristenan
bukan demikian tetapi justru melalui pembaharuan pikiran kita dari dalam. Ketika
Tuhan memperbaharui pikiran kita dari dalam maka terjadi perombakan konsep
berpikir sehingga kita mulai menampilkan satu pikiran yang bereksistensi di
dalam kehidupan saya. Ketika kita memuji Tuhan atau bahkan ketika kita hidup
seperti apa, itu semua karena kita menginginkan hal itu terjadi dalam hidup
kita.
Persoalannya, apakah ini terjadi di dalam hidup
kita? Apa yang menjadikan engkau berbeda dari orang lain? Benarkah ketika
saudara dan saya menjadi Kristen karena kita diperbaharui roh dan pikiran kita
ataukah ketika itu saya tetap menjadi orang Kristen yang humanis materialis yang
pikiran dan rohnya tidak berubah? Mari kita mulai berubah di dalam aspek yang
paling mendasar. Reformed Theologi menekankan hal ini dengan keras dimana iman
Kristen harus mulai dari kedaulatan Allah, pemerintahan Allah atas hidup kita
dan Dialah yang mengontrol hidup saudara dan saya. Saya sedih kalau melihat
Kekristenan yang sudah lumpuh dan tidak tahu lagi mengapa ia harus hidup di
tengah jaman ini. Layakkah kita menyebut diri kita Kristen kalau demikian? Apa
yang menjadi orientasi hidup ketika kita datang di hadapan Tuhan pada setiap
pagi, awal hari kita? Saya bersyukur kalau gereja dimulai pada hari pertama
minggu. Pada awal minggu kita mulai dengan ibadah sehingga seluruh hidup kita
dipimpin dengan Firman. Pernahkah kita berdoa, di dalam berbagai cobaan, kita
boleh tetap dituntun dan diajar hidup lurus dihadapan Tuhan. Supaya sepanjang
hari kita boleh menyenangkan dan tidak mempermalukan Tuhan. Yosua diminta oleh
Tuhan berdoa seperti itu. Benarkah roh pikiran seperti ini yang mempengaruhi dan
membentuk hidup kita? Ini hanyalah salah satu contoh yang saya coba angkat,
bagaimana kita mengevaluasi hidup kita sepanjang hari.
Kalau kita perbandingkan dalam kata aslinya
(Yunani), maka kata pikiran merupakan bentuk genetif kata roh.
Sehingga jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sesungguhnya, "Supaya kamu
diperbaharui di dalam roh pikiranmu (The spirit of your mind)." Namun
dalam bahasa Inggrisnya, kata spirit diganti dengan kata attitude.
Karena kata spirit (pneuma) selain berarti roh juga semangat, jiwa yang
berkeinginan, dorongan hati atau sikap. Maka NIV menafsirkan dan menggunakan
kata itu sebagai attitude of your mind yang artinya sikap daripada
pikiranmu. Tetapi kata yang tepat digunakan adalah the spirit of your
mind. Dalam bahasa Inggrisnya lebih ditekankan bahwa itu merupakan satu
dorongan roh yang membentuk pikiran kita. Pembaharuan iman kristen adalah
pembaharuan didalam roh pikiran karena itu pembentukan dari dalam keluar. Namun
yang terjadi di tengah kekristenan justru terbalik. Betapa mengerikan kalau
justru roh pikiranmu tidak mengalami pembaharuan. Pembaharuan inti iman Kristen
haruslah dimulai dari semangat pikiran kita. Menjadi Kristen, kita perlu
mempunyai semangat pikiran yang diubah oleh Tuhan sehingga seluruh dorongan
pikiran kita tidak sama dengan dorongan pikiran dunia. Dorongan pikiran inilah
yang menjadikan kunci bagaimana anda mampu memproses iman Kristen anda dengan
sungguh-sungguh, sukses sama seperti bagaimana dorongan pikiran yang mampu
membuat anda sukses dalam hal lain.
Suatu bangsa yang mentalitasnya telah dilumpuhkan
akan menjadi bangsa yang tidak dapat maju. Kalau kita ingin maju, kita perlu
mempunyai dorongan yang mulai dengan satu semangat dari roh pikiran yang sudah
dibentuk dan mempunyai mental berjuang keras untuk mencapai kesuksesan. Di
tengah dunia, rahasia ini banyak dimengerti. Orang yang hidup dalam kesulitan
dan tekanan namun mereka bangun secara mental, akan sukses tetapi mereka yang
tidak gigih mentalnya akan hancur. Mengapa kita seringkali tidak berjuang secara
maksimal? Kekristenan tidak diajar untuk memperbadingkan diri dengan orang lain.
Kalau kita diberi sejumlah talenta, mengapa kita tidak berjuang sampai mencapai
titik maksimum yang kita mampu lakukan? Itu semua membutuhkan semangat pikiran
yang membentuk dan memajukannya.
Mari kita belajar dari sejarah, ketika Kekristenan
diberi segala fasilitas maka saat itulah kekristenan menjadi lumpuh. Seperti
halnya di Eropa dan Amerika, ketika kekristenan menjadi mayoritas maka saat itu
akan hancur dan tidak mempunyai kekuatan. Tetapi seperti di negara komunis yang
ditekan dan dianiaya, Kekristenan justru semakin kuat dan keluar seperti minyak
zaitun. Itu keluar daripada satu semangat pikiran yang tidak pernah dapat
dikalahkan oleh situasi apapun. Inilah yang menjadikan kita dibentuk dan diubah!
Saya selalu berharap muncul orang-orang Kristen yang mempunyai semangat pikiran
sangat kuat. Kekristenan menuntut pembaharuan seperti itu, kekristenan tidak
dapat tunduk dan dijepit dengan tekanan luar. Kekristenan sejati dimana ada atau
tidaknya tekanan luar, itu tidak memberi pengaruh yang terlalu besar karena
semangat itu keluar dari dalam yang dicipta dan dibentuk oleh Tuhan untuk
menerobos kebenaran dan kekudusan yang sejati. Berapa banyak orang Kristen hari
ini yang mempunyai jiwa dan semangat pikiran yang menerobos seperti ini? Saya
rindu Tuhan pakai setiap kita untuk boleh berjuang dalam satu semangat pikiran
yang Tuhan bentuk berdasarkan kelahiran baru dan Tuhan perkenankan kita alami.
Kalau saudara boleh dipertobatkan dan diubah menjadi anak Tuhan, biarlah roh
pikiran saudara juga diubah, bukan memperjuangkan hal yang didunia tetapi
memperjuangkan iman Kriten dengan semangat pikiran yang seperti itu.
Yang terakhir, waktu saudara dan saya berjuang,
kita berhadapan dengan situasi paradoks yang harus digarap dengan serius
ditengah kita hidup. Ketika saya berjuang dalam manusia baru, sementara manusia
lama saya tetap berusaha menarik saya. Saya harus berubah sambil menanggalkan
manusia lama saya. Semangat ini adalah semangat yang harus membuat kita semakin
berdayaguna, berjuang keras ketika hidup di tengah dunia. Seringkali orang hidup
di dalam kondisi yang sangat linier. Dengan pemikiran yang akhirnya membuat kita
hidup dalam dualisme, seolah-olah kalau ingin menjadi orang Kristen yang baik,
kita tidak dapat menjadi pengusaha dan sebaliknya. Mengapa harus didualismekan?
Seringkali muncul tekanan yang menuntut kita secara ekstrim dari dua arah. Itu
bukan cara pikir kekristenan! Cara pikir Kekristenan merupakan cara pikir yang
paradoks dimana semangat mau sungguh-sungguh setia dan taat pada Tuhan, itu
harus mulai memproses kehidupan kita meskipun belum sempurna. Alkitab berkata,
pembaharuan spirit pikiran kita itu harus dipakai oleh Tuhan untuk kembali
terjun ditengah-tengah masyarakat. Dalam Yoh 17:15-18 Tuhan Yesus berdoa, "…,
sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah
mengutus mereka ke dalam dunia." Apa artinya kalau kita mempunyai spirit pikiran
tetapi tidak ada sesuatupun yang perlu kita perjuangkan kecuali kita kembali ke
tengah dunia, menjadi terang dan garam yang diproses waktu demi
waktu.
Seringkali banyak orang Kristen yang dituntut
berproses tetapi gagal. Terdapat dua ekstrim yang seringkali membuat orang
gagal. 1). Karena salah bersikap. Kadangkala kita kejam sekali dengan
menuntut orang lain harus sempurna dalam tempo singkat tanpa melihat proses yang
dia lalui. Padahal apabila hal itu diperlakukan sama terhadap kita, belum tentu
kita dapat melakukannya juga. 2). Banyak orang Kristen yang bertamengkan
istilah proses. Disatu pihak Tuhan memang tidak menuntut kita secara instant
tetapi dilain pihak tetap menuntut adanya proses pembaharuan yang terus-menerus
dijalankan. Spirit pikiran itu harus terus-menerus terlihat mendorong, mendobrak
dan membentuk hidup kita sehingga akhirnya hidup kita boleh diperbaharui.
Sehingga hidup kita dapat menjadi satu hidup yang indah dan penuh dinamika serta
perjuangan. Kalau kita hidup sedemikian maka kita benar-benar hidup di dalam
kekuatan yang daripada Tuhan. Mari kita berjuang, kalau itu dapat kita kerjakan
maka semakin indah dan menjadi saksi dalam dunia. Setiap proses dan pergumulan
yang kita hadapi harus dipakai sebagai batu loncatan supaya kita dapat mengerti
dan melompat lebih tinggi lagi. Dalam semuanya itu berjuang, bukan apa yang saya
mau namun bertanya proses apa yang Tuhan kehendaki kita lakukan dan berjuang
demi kemuliaan Tuhan. Mau saudara? Amin.?
Diposting Oleh : eki kawamasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar