Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (Pembaharuan Roh & Pikiran)

Ringkasan Khotbah : 03 Oktober 1999
Pembaharuan Roh & Pikiran
Nats : Efesus 4:20-24 (23)
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
Saudara, kalau kita terus mengingat dalam konteks ayat 20-24 dari Efesus 4, disini akan nampak bagaimana Tuhan sedang menuntut melalui rasul Paulus, perubahan dari manusia lama menuju manusia baru. Kekristenan adalah pergeseran dari seseorang yang hidup dibawah belenggu manusia lama menuju kepada kemerdekaan yang dibentuk di dalam format manusia baru dan dicipta menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Tetapi antara kondisi manusia lama menuju manusia baru dibutuhkan proses pembaharuan yang terus-menerus. Dan dalam proses itu, kita justru akan mengalami satu kondisi konfliks yang oleh Augustinus disebut sebagai The 3th State (kondisi ketiga) dalam proses kehidupan kita sebagai anak Tuhan.
Ketika kita membaca ayat 23, bahasa dari LAI memisahkan kata Roh dan pikiran yang dilihat sebagai dua aspek berbeda dimana keduanya perlu diperbaharui yaitu rohani (spiritualitas kita) dan pikiran kita. Roh yang dulunya mati, terbelenggu dosa dan tidak dapat bersekutu dengan Allah yang adalah Roh, kini dimerdekakan. Sehingga ketika kita berdoa dan memuji Tuhan, maka pujian terhadap Allah tersebut keluar dari roh yang sungguh-sungguh sudah diperbaharui menuju Roh yang sejati, yaitu Allah. Ini yang dikatakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia bertemu dengan perempuan Samaria dalam Yoh 4:21-23. Ketika saudara datang dalam ibadah gereja, apa yang menjadi dorongan saudara untuk beribadah? Apakah saudara beribadah karena itu merupakan peraturan gereja atau karena merasa ada yang kurang jika hari minggu tidak datang ke gereja? Kalau alasan kita seperti itu, apakah itu yang dinamakan ibadah? Ibadah sejati adalah ketika roh kita diperbaharui dan mendorong kita untuk bertemu dengan Roh yang sesungguhnya dalam satu ibadah bersama.
Ketika kita mengkaitkan hal ini, kita melihat bagaimana Roh Tuhan memperbaharui roh dan pikiran kita. Bukan karena ritual-ritual kristen yang menjadikan kita sebagai orang Kristen lalu kita mulai menformat diri kita bagaimana mencocokkan diri supaya saya dapat kelihatannya seperti orang Kristen. Itu adalah pikiran yang diformat dari luar melalui tekanan, keinginan dan tuntutan orang lain terhadap kita. Jawaban Kekristenan bukan demikian tetapi justru melalui pembaharuan pikiran kita dari dalam. Ketika Tuhan memperbaharui pikiran kita dari dalam maka terjadi perombakan konsep berpikir sehingga kita mulai menampilkan satu pikiran yang bereksistensi di dalam kehidupan saya. Ketika kita memuji Tuhan atau bahkan ketika kita hidup seperti apa, itu semua karena kita menginginkan hal itu terjadi dalam hidup kita.
Persoalannya, apakah ini terjadi di dalam hidup kita? Apa yang menjadikan engkau berbeda dari orang lain? Benarkah ketika saudara dan saya menjadi Kristen karena kita diperbaharui roh dan pikiran kita ataukah ketika itu saya tetap menjadi orang Kristen yang humanis materialis yang pikiran dan rohnya tidak berubah? Mari kita mulai berubah di dalam aspek yang paling mendasar. Reformed Theologi menekankan hal ini dengan keras dimana iman Kristen harus mulai dari kedaulatan Allah, pemerintahan Allah atas hidup kita dan Dialah yang mengontrol hidup saudara dan saya. Saya sedih kalau melihat Kekristenan yang sudah lumpuh dan tidak tahu lagi mengapa ia harus hidup di tengah jaman ini. Layakkah kita menyebut diri kita Kristen kalau demikian? Apa yang menjadi orientasi hidup ketika kita datang di hadapan Tuhan pada setiap pagi, awal hari kita? Saya bersyukur kalau gereja dimulai pada hari pertama minggu. Pada awal minggu kita mulai dengan ibadah sehingga seluruh hidup kita dipimpin dengan Firman. Pernahkah kita berdoa, di dalam berbagai cobaan, kita boleh tetap dituntun dan diajar hidup lurus dihadapan Tuhan. Supaya sepanjang hari kita boleh menyenangkan dan tidak mempermalukan Tuhan. Yosua diminta oleh Tuhan berdoa seperti itu. Benarkah roh pikiran seperti ini yang mempengaruhi dan membentuk hidup kita? Ini hanyalah salah satu contoh yang saya coba angkat, bagaimana kita mengevaluasi hidup kita sepanjang hari.
Kalau kita perbandingkan dalam kata aslinya (Yunani), maka kata pikiran merupakan bentuk genetif kata roh. Sehingga jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sesungguhnya, "Supaya kamu diperbaharui di dalam roh pikiranmu (The spirit of your mind)." Namun dalam bahasa Inggrisnya, kata spirit diganti dengan kata attitude. Karena kata spirit (pneuma) selain berarti roh juga semangat, jiwa yang berkeinginan, dorongan hati atau sikap. Maka NIV menafsirkan dan menggunakan kata itu sebagai attitude of your mind yang artinya sikap daripada pikiranmu. Tetapi kata yang tepat digunakan adalah the spirit of your mind. Dalam bahasa Inggrisnya lebih ditekankan bahwa itu merupakan satu dorongan roh yang membentuk pikiran kita. Pembaharuan iman kristen adalah pembaharuan didalam roh pikiran karena itu pembentukan dari dalam keluar. Namun yang terjadi di tengah kekristenan justru terbalik. Betapa mengerikan kalau justru roh pikiranmu tidak mengalami pembaharuan. Pembaharuan inti iman Kristen haruslah dimulai dari semangat pikiran kita. Menjadi Kristen, kita perlu mempunyai semangat pikiran yang diubah oleh Tuhan sehingga seluruh dorongan pikiran kita tidak sama dengan dorongan pikiran dunia. Dorongan pikiran inilah yang menjadikan kunci bagaimana anda mampu memproses iman Kristen anda dengan sungguh-sungguh, sukses sama seperti bagaimana dorongan pikiran yang mampu membuat anda sukses dalam hal lain.
Suatu bangsa yang mentalitasnya telah dilumpuhkan akan menjadi bangsa yang tidak dapat maju. Kalau kita ingin maju, kita perlu mempunyai dorongan yang mulai dengan satu semangat dari roh pikiran yang sudah dibentuk dan mempunyai mental berjuang keras untuk mencapai kesuksesan. Di tengah dunia, rahasia ini banyak dimengerti. Orang yang hidup dalam kesulitan dan tekanan namun mereka bangun secara mental, akan sukses tetapi mereka yang tidak gigih mentalnya akan hancur. Mengapa kita seringkali tidak berjuang secara maksimal? Kekristenan tidak diajar untuk memperbadingkan diri dengan orang lain. Kalau kita diberi sejumlah talenta, mengapa kita tidak berjuang sampai mencapai titik maksimum yang kita mampu lakukan? Itu semua membutuhkan semangat pikiran yang membentuk dan memajukannya.
Mari kita belajar dari sejarah, ketika Kekristenan diberi segala fasilitas maka saat itulah kekristenan menjadi lumpuh. Seperti halnya di Eropa dan Amerika, ketika kekristenan menjadi mayoritas maka saat itu akan hancur dan tidak mempunyai kekuatan. Tetapi seperti di negara komunis yang ditekan dan dianiaya, Kekristenan justru semakin kuat dan keluar seperti minyak zaitun. Itu keluar daripada satu semangat pikiran yang tidak pernah dapat dikalahkan oleh situasi apapun. Inilah yang menjadikan kita dibentuk dan diubah! Saya selalu berharap muncul orang-orang Kristen yang mempunyai semangat pikiran sangat kuat. Kekristenan menuntut pembaharuan seperti itu, kekristenan tidak dapat tunduk dan dijepit dengan tekanan luar. Kekristenan sejati dimana ada atau tidaknya tekanan luar, itu tidak memberi pengaruh yang terlalu besar karena semangat itu keluar dari dalam yang dicipta dan dibentuk oleh Tuhan untuk menerobos kebenaran dan kekudusan yang sejati. Berapa banyak orang Kristen hari ini yang mempunyai jiwa dan semangat pikiran yang menerobos seperti ini? Saya rindu Tuhan pakai setiap kita untuk boleh berjuang dalam satu semangat pikiran yang Tuhan bentuk berdasarkan kelahiran baru dan Tuhan perkenankan kita alami. Kalau saudara boleh dipertobatkan dan diubah menjadi anak Tuhan, biarlah roh pikiran saudara juga diubah, bukan memperjuangkan hal yang didunia tetapi memperjuangkan iman Kriten dengan semangat pikiran yang seperti itu.
Yang terakhir, waktu saudara dan saya berjuang, kita berhadapan dengan situasi paradoks yang harus digarap dengan serius ditengah kita hidup. Ketika saya berjuang dalam manusia baru, sementara manusia lama saya tetap berusaha menarik saya. Saya harus berubah sambil menanggalkan manusia lama saya. Semangat ini adalah semangat yang harus membuat kita semakin berdayaguna, berjuang keras ketika hidup di tengah dunia. Seringkali orang hidup di dalam kondisi yang sangat linier. Dengan pemikiran yang akhirnya membuat kita hidup dalam dualisme, seolah-olah kalau ingin menjadi orang Kristen yang baik, kita tidak dapat menjadi pengusaha dan sebaliknya. Mengapa harus didualismekan? Seringkali muncul tekanan yang menuntut kita secara ekstrim dari dua arah. Itu bukan cara pikir kekristenan! Cara pikir Kekristenan merupakan cara pikir yang paradoks dimana semangat mau sungguh-sungguh setia dan taat pada Tuhan, itu harus mulai memproses kehidupan kita meskipun belum sempurna. Alkitab berkata, pembaharuan spirit pikiran kita itu harus dipakai oleh Tuhan untuk kembali terjun ditengah-tengah masyarakat. Dalam Yoh 17:15-18 Tuhan Yesus berdoa, "…, sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia." Apa artinya kalau kita mempunyai spirit pikiran tetapi tidak ada sesuatupun yang perlu kita perjuangkan kecuali kita kembali ke tengah dunia, menjadi terang dan garam yang diproses waktu demi waktu.
Seringkali banyak orang Kristen yang dituntut berproses tetapi gagal. Terdapat dua ekstrim yang seringkali membuat orang gagal. 1). Karena salah bersikap. Kadangkala kita kejam sekali dengan menuntut orang lain harus sempurna dalam tempo singkat tanpa melihat proses yang dia lalui. Padahal apabila hal itu diperlakukan sama terhadap kita, belum tentu kita dapat melakukannya juga. 2). Banyak orang Kristen yang bertamengkan istilah proses. Disatu pihak Tuhan memang tidak menuntut kita secara instant tetapi dilain pihak tetap menuntut adanya proses pembaharuan yang terus-menerus dijalankan. Spirit pikiran itu harus terus-menerus terlihat mendorong, mendobrak dan membentuk hidup kita sehingga akhirnya hidup kita boleh diperbaharui. Sehingga hidup kita dapat menjadi satu hidup yang indah dan penuh dinamika serta perjuangan. Kalau kita hidup sedemikian maka kita benar-benar hidup di dalam kekuatan yang daripada Tuhan. Mari kita berjuang, kalau itu dapat kita kerjakan maka semakin indah dan menjadi saksi dalam dunia. Setiap proses dan pergumulan yang kita hadapi harus dipakai sebagai batu loncatan supaya kita dapat mengerti dan melompat lebih tinggi lagi. Dalam semuanya itu berjuang, bukan apa yang saya mau namun bertanya proses apa yang Tuhan kehendaki kita lakukan dan berjuang demi kemuliaan Tuhan. Mau saudara? Amin.?

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar