Ringkasan Khotbah : 09 Januari 2004 |
|
||
The Call of the Youth:
God in My Profession
|
|||
Nats: Dan 6: 1-5, 11
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno
|
|||
Jika kita membaca harian Jawa Pos beberapa
minggu yang lalu, terdapat berita dimana ada seorang notaris yang bernama
Ibu Yusticia telah memberikan kesaksian di pengadilan yang isinya ternyata
sangat berlawanan dengan kesaksian yang terdahulu, yaitu kebenaran. Walaupun
dia telah disumpah tetapi dia berani berkhianat terhadap kebenaran yang
sebenarnya dan memberikan sebuah kebenaran yang palsu kepada pengadilan.
Jika pada kesaksiannya yang lalu dia menyatakan bahwa sang klien hadir
dikantornya dan menanda tangani sebuah akte sehingga akte tersebut sah
secara hukum dan sesuai dengan sumpah jabatan sebagai notaris, tetapi dalam
beberapa waktu tiba-tiba dia merubah kesaksiannya dengan menyatakan bahwa
sang klien tidak hadir sehingga klien tersebut dapat mengelak dari hukuman.
Dengan pengkhianatan ini, dia sebagai seorang notaris, sebagai orang kristen,
dia telah mengakui bahwa akte yang dia buat adalah palsu! Apa yang telah dia
lakukan menjadikan public opinion begitu buruk untuk kesaksian seorang
kristen. Pembuatan akte palsu oleh seorang notaris seharusnya adalah sebuah
kejahatan kriminal yang sangat berat karena kalau tidak seorang notaris bisa
dengan bebas membuat akte palsu atas apa saja dan kepada siapa saja.
Keadilan adalah adil dan setiap pelanggaran seharusnya dihukum. Apakah
menjalankan ini adalah suatu hal yang mudah ? Kita tidak tahu apa yang telah
dia alami, apakah itu tawaran, ancaman, intimidasi, pembunuhan, tetapi jika
didalam kondisi seperti ini, maka inilah tantangan bagi setiap setiap orang
kristen. Bagaimana ditengah zaman kita bisa dipancing dengan apa saja untuk
mau menjual harga diri, profesi, harkat, kesucian, keadilan, integritas,
bahkan untuk menjual Tuhan. Setiap kita yang benar-benar menjadi orang
kristen akan selalu menghadapi tantangan zaman. Apakah kita akan
mempermainkan iman kita sendiri ? Jika hari ini kita menjadi mahasiswa,
wiraswasta, pekerja, atau apa saja, tantangan apa yang paling berat bagi
kita untuk mempertahankan iman kita ? Dan imbalan apakah yang bisa
mengakibatkan kita mau menjual Tuhan ? kalau kita gagal menjadi garam,
bukankah kita menjadi tawar dan akan dibuang ?
Kalau kita mau jujur kepada diri kita sendiri,
satu hal yang justru paling meyusahkan kita untuk menjalankan peran kita
sebagai anak Tuhan adalah diri kita sendiri. Maka didalam pergumulan seperti
ini, ada beberapa aspek yang bisa kita pelajari kenapa begitu sulit untuk
berperan sebagai anak Tuhan secara nyata.
Pertama, identitas kita sebagai anak Tuhan tidak
jelas. Siapapun akan mudah untuk mempermainkan kita jika titik pijak dimana
kita berdiripun belum jelas. Kita bingung bagaimana mengambil sikap. Maka
pertanyaan yang paling penting adalah, apakah betul saya adalah seorang anak
Tuhan ? Seberapa yakin bahwa saya benar-benar anak Tuhan ? Orang yang tidak
tahu kalau dia adalah anak Tuhan, apa bedanya dia anak Tuhan atau anak setan
? Tatanan dunia semakin lama semakin merusak diri kita. Pada saat ini begitu
banyak pelatihan-pelatihan kepemimpinan dan motivasi yang sebetulnya adalah
pengerusakan format dan pemainan kuasa setan. Setiap orang yang ikut
bukannya dibawa untuk mengerti diri kita dihadapan Tuhan tetapi malah dibawa
kedalam penipuan untuk masuk kedalam jebakan setan. Dan setelah itu akan
sangat sulit bagi kita untuk menyadarkan orang yang sudah kerasukan setan.
Dia tidak bisa mengerti sedikitpun kebenaran yang kita berikan. Maka kalau
ada orang yang sampai mengerti kebenaran, itu adalah anugerah Tuhan yang
sangat besar karena sebenarnya pada saat itu, titik pijak kitalah yang sudah
dihancurkan sehingga kita menjadi “melayang”. Dunia postmodern berusaha
menghancurkan titik pijak kita dan diambil alih oleh new age movement. Dan
yang paling bahaya, dunia membungkus semua pengerusakan ini dengan topeng
yang manis. Maka hal yang paling menentukan apakah kita akan terjebak atau
tidak hanya identitas kita.
Salah satu contoh topeng manis yang diberikan
kepada kita adalah iklan. Jika kita melihat billboard dan sejenisnya di
jalan-jalan, iklan yang kuantitasnya paling banyak adalah iklan rokok. Kita
tahu harga sebuah billboard sangat mahal, maka secara logika billboard pasti
mampu mencapai apa yang diinginkan oleh para pemasang. Perusahaan rokok yang
ingin memasang billboard haruslah menghasilkan keuntungan yang lebih besar
daripada harga billboard karena kalau keuntungan kecil, mana bisa pasang
billboard ? Dan juga, keuntungan yang bakal diraih harus meningkat tajam
dibandingkan dengan sebelum pemasangan billboard karena kalau keuntungannya
hanya meningkat sedikit, buat apa pasang billboard ? Memangnya berapa harga
billboard ? Berarti, billboard yang hanya diam dijalanan mampu mempengaruhi
orang dengan begitu dahsyat sampai orang tersebut mau membeli rokok
tersebut. Akibatnya omzet perusahaan rokok meningkat tajam hanya karena
gambar yang diam. Pertanyaannya, kenapa ada orang yang sama sekali tidak
terpengaruh walaupun bertahun-tahun setiap hari melewati billboard rokok ?
Begitu banyak jumlahnya billboard dijalanan, kenapa tidak terpengaruh ?
Semua itu terjadi karena adanya fondasi iman yang cukup kokoh sehingga
banyak godaanpun tidak dapat menggoyahkan. Apakah ada yang terpengaruh ?
pasti banyak. Walaupun di dalam setiap billboard rokok sudah tercantum
dengan sangat jelas akan peringatan bahaya merokok tetapi apakah orang-orang
meresponi peringatan tersebut ? Semua orang pasti bisa membacanya dan
mengerti peringatan tersebut, tetapi kenapa tetap ada saja yang menjadi
korban dari billboard itu ? Apa yang ditulis adalah demi kebaikan manusia
tetapi yang diterima oleh manusia ternyata malah apa yang ditulis/digambar
demi pengerusakan kesehatan. Kenapa manusia bisa menjadi begitu bodoh ?
Kenapa logika yang begitu sederhana tidak masuk di pikiran manusia ? Siapa
yang bilang rokok adalah lambang kejantanan ? Justru orang-orang betina yang
mau menggunakan rokok karena orang yang merasa jantan, dia tidak perlu
rokok. Coba tanyalah kepada para pecandu rokok, kenapa mereka merokok ?
pasti jawabannya kalau tidak merokok rasanya tidak enak, tidak bisa berpikir
dengan lancar, dan sejenisnya. Kalau orang jantan bisa melakukan segala
sesuatu dengan lancar tanpa perlu bantuan rokok. Dari contoh sederhana ini,
ternyata begitu bahayanya jika kita tidak mempunyai posisi/identitas yang
jelas karena kita pasti akan terjatuh dan pada waktu itu diberi kebenaranpun
sudah tidak bisa mengerti. Apakah para pecandu rokok tersebut mengerti
berapa juta yang yang harus dibakar untuk merusak dirinya ? Dan celakanya,
bisakah kita menyadarkan orang seperti ini ? Makanya kesadaran itu adalah
suatu anugerah.
Kedua, walaupun manusia itu sadar akan kebenaran,
dia tetap memerlukan sebuah “anchor” yang sangat kuat untuk mempertahankan
hidupnya. Pada dasarnya, manusia membutuhkan sebuah keamanan untuk dapat
hidup. Setiap manusia memerlukan sandaran karena secara alamiah manusia
sadar bahwa dirinya adalah mahkluk yang rentan. Dan parahnya, setan sangat
senang untuk memanfaatkan ketakutan manusia sehingga tidak heran acara-acara
televisi saat ini menayangkan begitu banyak acara-acara yang menakutkan
karena pada saat itulah setan sedang memaparkan kekuasan dan kekuatannya.
Jika keamanan kita terganggu oleh hal-hal semacam ini maka kita pasti
menjadi santapan bagi setan. Setan akan mencengkram habis kita dengan
ketakutan dan kekhawatiran palsu yang dibuatnya sampai kita menjadi hancur
karena apa yang seharusnya kita takuti malah kita tidak takut, sebaliknya
apa yang tidak perlu ditakutkan, kita menjadi takut. Tuhan bisa membunuh dan
menghabiskan seluruh eksistensi dan kekekalan kita, tetapi berapa banyak
orang yang takut kepada Tuhan ? Dunia selalu memberikan image bahwa Tuhan
itu baik sehingga tidak mungkin menghukum manusia. Faktanya adalah Tuhan
yang baik adalah Tuhan yang juga menyediakan neraka, artinya adalah Tuhan
bukanlah pribadi yang bisa dipermainkan seenaknya oleh manusia. Tuhan bisa
menjadi sandaran bagi setiap kita. Biarlah dunia terus membuang Tuhan,
tetapi anak-anak Tuhan harus tetapi setia bersandar kepada Tuhan.
Orang-orang yang terlepas dari Tuhan pasti mudah di manfaatkan oleh setan
karena tidak ada sandaran baginya. “Kalau tidak mau ikut, rugi !”, “kalau
tidak mau ikut, hidup susah !”, “kalau tidak mau ikut, tidak bisa lulus !”,
dll. Keamanan mereka menjadi terganggu dan akhirnya kemungkinan terbesar
mereka jadi ikut setan karena hanya setan yang memakai cara seperti ini.
Tidak ada kuasa Tuhan yang memakai cara ancaman. Jadi tidak mungkin seorang
perampok, penjambret bisa mengaku sebagai anak Tuhan karena pernyataan itu
tidak sesuai dengan hukum non kontradiksi.
Selama beberapa kali pertemuan kita akan belajar
dari seseorang, yaitu Daniel. Didalam hidupnya, Daniel mempunyai beberapa
hal yang sekaligus nyata ddalam relasinya dengan tema kita pada kali ini.
Pertama, sosok Daniel cocok dengan kita karena Daniel bukanlah seorang kakek
yang sangat tua tetapi dia mempunyai jiwa dan semangat seorang pemuda.
Kedua, Daniel juga tidak hidup didalam kondisi enak seperti zamannya Yosua.
Di kitab Daniel dijelaskan bahwa pada waktu itu Daniel berada di tempat
pembuangan sehingga dia hidup dtengah-tengah masyarakat kafir. Negeri Babel
begitu sering ganti-ganti raja dan raja-raja baru tersebut mempunyai
kepercayaan yang berbeda-beda dan itu sangat berpengaruh kepada rakyatnya.
Dari satu dewa berganti kepada dewa lain dan seterusnya terjadi berulang
kali. Kesimpulannya Daniel hidup didalam situasi yang sangat sulit dengan
kebudayaan yang sangat berlawanan dengan imannya. Tetapi pada saat itulah
dia sebagai anak Tuhan harus berperang sebagai anak Tuhan. Ketiga, Daniel
bukanlah seorang yang kelas amatir. Dia tidak tampil dengan segala
kelemahannya, kegagalannya, dosa-dosanya tetapi dia tampil dengan
kemenangannya. Melalui beberapa ayat dari kitab Daniel yang kita baca pada
hari ini, kita akan mencoba memikirkan bagaimana diri kita sebagai orang
kristen meneladani Daniel didalam bidang profesi.
Pertama, seringkali orang kristen memikirkan
kalau saya berprofesi maka profesi saya tidak ada hubungannya dengan iman
saya. Berapa banyak diantara kita yang menganggap bahwa ketika kita bekerja,
pekerjaan tersebut seharusnya merupakan bagian dari iman kita ? Kedua,
banyak orang kristen juga merasa sulit untuk menyatakan imannya dan untuk
berperan didalam dunia profesi karena dunia profesi mempunyai aturan-aturan
dan cara-cara yang berbeda dengan kekristenan. Pemikiran-pemikiran seperti
inilah yang harus kita patahkan.
Pertama, Daniel bukanlah sesaat yang lalu
menjadi pejabat tinggi negara. Daniel merintis pekerjaannya mulai dari bawah
hingga menjadi orang kedua setelah raja Darius. Dan selama perjuangannya
melangkah hingga mencapai kesuksesan, tidak ada sedikitpun kesalahan yang
dapat ditemukan oleh musuh-musuhnya. Artinya, Daniel mempunyai integritas
dan integritas itu tidak tergoyahkan oleh apapun penderitaan yang
dialaminya. Seringkali, orang zaman sekarang mudah sekali mentolerir segala
ketidak beresan dunia ini karena mereka menganggap toh semua orang juga
seperti itu, jadi beginilah saya. Tetapi perjalanan hidup Daniel membuktikan
sesuatu. “Semua orang boleh tidak beres, tetapi aku harus tetap beres !”.
inilah suatu batas kualifikasi yang sangat luar biasa. Mulai dari raja
Nebukadnezar, Belsyazar, dan Darius yang ketiganya tidak menyembah Allah
Yehovah, ternyata Daniel tetap bisa menjalankan integritasnya.
Maka, adalah suatu omong kosong kalau kita
sebagai orang kristen tetapi mengaku tidak bisa hidup beres dan
berintegritas di dunia profesi kita. Untuk hidup beres dan beritntegritas
masalahnya bukan terletak pada bisa atau tidak bisa, tetapi kepada berani
atau tidak. Siapa yang tidak bisa berbuat jujur demi diri sendiri, tetapi
beranikah kita jujur demi negara ?
Kedua, jangan berpikir kalau kita menjadi orang
kristen yang berintegritas, maka kualitas kita kalah dibandingkan orang
dunia. Ini adalah pemikiran yang sangat bodoh dan juga telah dibuktikan oleh
Daniel. Orang kristen seharusnya malah menjadi the best dari orang-orang
lain. Orang kristen seharusnya memiliki kualitas yang paling tinggi karena
kita mempunyai Tuhan, kebenaranNya, dan kebijaksanaanNya. Kita tidak usah
menjadi jenius dan cerdik dengan cara dunia karena itu adalah topeng manis
yang menutupi karakter aslinya, yaitu licik. Dunia tidak pernah tahu apa itu
kecerdikan sejati, kepandaian sejati karena dunia memang tidak mempunyai
kebenaran sejati. Itu sebabnya orang kristen seharusnya mempunyai ketajaman
pikiran yang lebih karena orang kristen belajar dari Alkitab. Kalau kita
hanya bisa mengerjakan sesuatu yang kualitasnya sama dengan yang dikerjakan
oleh dunia, patut ditertawakan. Itu bukan kualitas kita. Apakah orang-orang
Babel tidak ada yang pandai ? Ada, bahkan semua orang babel memakan makanan
yang terbaik sedangkan Daniel tidak pernah mau makanan-makanan tersebut.
Tetapi semua usaha itu tetap tidak bisa mengalahkan seorang anak Tuhan.
Apakah kita mempunyai nyali untuk membuktikan kepada orang-orang dunia
tentang apa yang bisa anak-anak Tuhan kerjakan ? Inilah iman. Iman yang
menjadi saksi. Daniel tidak saja membuktikan bahwa seorang anak Tuhan bisa
mempunyai kualiatas yang terbaik tetapi juga menunjukkannya kepada kita.
Engkau mau jadi pandai ? jadilah orang kristen dulu baru bisa pandai karena
kalau engkau masih jadi orang dunia, otakmu tidak bisa menyambung dengan
masalah kebenaran.
Lalu untuk menjaga integritas kita, apakah tidak
ada tantangan ? banyak. Tantangan yang berkali-kali menghadang Daniel adalah
tantangan yang sangat beresiko dan menakutkan. Daniel bukan saja ditantang
dengan resiko tidak bisa menjadi pejabat tinggi tetapi sampai kepada titik
kematian. Daniel harus menerima hukuman dari Raja Darius untuk masuk ke gua
singa karena berusaha menjaga integritasnya. Pada saat itu di pikiran Daniel
hanya ada 2 pilihan : setia kepada Allah Yehovah atau menyembah patung raja
Darius. Dan Daniel harus siap untuk menerima akibat dari keputusannya.
Daniel harus menerima gua singa sebagai akibat kesetiaannya kepada Tuhan.
Mungkin sampai dengan hari ini kita belum pernah ditantang sampai kepada
titik kematian tetapi ancaman yang ringan saja cukup sering menjatuhkan iman
kita. Daniel sungguh layak menjadi teladan bagi kita. Mari kita belajar
untuk siap menerima segala tantangan yang akan menjatuhkan iman kita. Apakah
Tuhan bilang kepada Daniel kalau dia nanti masuk ke gua singa, Tuhan pasti
bantu ? tidak, bahkan hingga Daniel sampai didepan pintu gua, Tuhan tetap
diam. Tuhan tidak pernah mengatakan kalau mengikuti Dia, tidak ada resiko
yang harus dibayar. Kita tahu bahwa Tuhan sanggup melakukan apa saja untuk
memelihara kita tetapi itu bukan jaminan bagi kita sehingga sama sekali
tidak ada resiko. Berjalanlah dengan iman seperti Daniel. Beranikah saudara
? Jangan sampai kita digoda atau ditakuti sedikit saja langsung jatuh. Ada
beberapa aspek yang terdapat pada Daniel yang bisa menjadi teladan bagi kita.
Pertama, belajarlah untuk memusatkan diri dan
prioritas kepada Allah. Dunia selalu mengajarkan kepada kita bahwa manusia
harus yang menjadi prioritas yang tertinggi, tetapi siapakah yang akan
memprioritaskan Tuhan ? sulit sekali. Ketika kita tengah mengalami kesulitan
atau kesusahan besar, baru ingat Tuhan. kenapa bisa begitu ? karena kita
tidak pernah berlatih untuk memusatkan prioritas kita kepada Tuhan pada
waktu aman. Kita harus sadar bahwa Tuhan adalah Tuhan. Dan kesadaran itu
seharusnya membuat kita sadar kalau Dia adalah Tuhan, otomatis kita adalah
budak. Kalau setiap kasus kecil kita tidak pernah memprioritaskan Tuhan,
jangan harap kita akan kuat menghadapi kasus besar. Lihatlah kebiasaan
Daniel, setiap hari sebanyak 3 kali dia bersekutu dengan Tuhan. dia
menyanyikan pujian bagi Dia dan melihat ke Yerusalem lewat jendela. Perlu
kita perhatikan bahwa ini bukanlah “kiblat” seperti orang islam, tetapi
yerusalem adalah pengharapannya. Dia mengerti bahwa Allah(nya) akan membawa
dia kembali ke Yerusalem karena pada waktu itu dia adalah orang buangan.
Walaupun dia adalah seorang asing di tanah Babel, tetapi dia tidak pernah
lupa identitasnya. Dan harapan itulah yang membuat iman seorang Daniel
begitu kuat walaupun di tanah Babel kedudukannya begitu tinggi dan enak.
Terbukti juga dia adalah satu-satunya orang yang namanya diganti tetapi dia
masih tetap memakai nama aslinya, “Daniel”. Setiap hari aktivitas kita
selalu memprioritaskan diri kita sendiri baik itu ujian, klien, rapat,
dll,tetapi tidak pernah memperioritaskan Tuhan. Bukti yang paling mudah
adalah lihatlah persekutuan remaja/pemuda pada minggu-minggu ujian sekolah,
pasti sepi. Mereka semua sedang sibuk ujian. Padahal apa hubungannya ujian
dengan pergi ke gereja ? Jangan pernah berpikir kalau engkau meninggalkan
Tuhan bisa jadi lebih pintar ! Ketika engkau bersama dengan Tuhan, pada
waktu itulah engkau jadi pintar. Demikian juga dengan sehari-hari kita,
bagaimana kita menunjukkan kepada orang lain bahwa Tuhan itu ada didalam
hidup kita.
Jika kita ingat kerusuhan Mei 1998,
gereja-gereja yang selalu berteriak-teriak “Tuhan memberkati !”, “kita
adalah anak kesayangan Tuhan !”, dll, langsung menghilang. Seluruh hamba
Tuhan gereja-gereja tersebut sembunyi ke hotel karena takut jadi korban.
Bahkan waktu itu Pdt. Stephen Tong juga diajak untuk pindah ke hotel karena
ada kabar kalau beliau adalah salah satu calon korban. Tetapi beliau sendiri
tidak pernah kuatir dan takut bila harus menjadi korban. “Siapa yang bisa
meniadakan saya bila Tuhan tidak berkehendak ?”, kata Pdt. Stephen Tong.
Akhirnya kebaktian tetap jalan dan jumlah jemaat yang datang juga tetap
seperti biasa. Inilah citra GRII yang terus-menerus berusaha ditegakkan.
Jangan pernah mundur hanya karena hal-hal seperti itu. Mereka yang “katanya”
beriman justru lari semua. Mereka hanya berbicara tentang iman tetapi diri
mereka sendiri tidak punyai iman. Mereka tidak pernah mengutamakan Tuhan
sehingga pada waktu kerusuhan yang dipikirkan pertama kali adalah diri
mereka sendiri. Apakah ini orang kristen ? Bisakah kita melepaskan semua
kepentingan kita ? Setelah itu lihatlah apa yang Tuhan kehendaki. Pada tahun
2004 ini kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Khususnya negara Indonesia
sangat sulit untuk diprediksi masa depannya. Lalu, apakah kita siap menerima
beban berat, goncangan besar ? Berlatihlah untuk bersandar kepada Tuhan
sebelum terlambat, sebelum menangis.
Kedua, Daniel memberikan contoh bagi kita
bagaimana integritas itu adalah hal yang terutama dalam hidup. Ketika dia memprioritaskan
Tuhan, hal itu meyebabkan dia begitu takut untuk berbuat dosa sehingga
hidupnya menjadi penuh dengan integritas. Begitu juga dengan kita. Hidup
sejati seorang kristen harus berusaha menjaga integritas diri. Semua aspek
kehidupan kita harus dijaga untuk tetap didalam kebenaran.
Ada sebuah tebakan, apa bedanya negara kaya
dengan negara miskin ? jawaban sebenarnya adalah kesuksesan suatu negara
tergantung seberapa banyak jumlah orang-orang yang mempunyai kualitas hidup
tertentu. Jadi bukan dari perbedaan ras, warna kulit, luas area, budaya,
pengetahuan, tetapi justru dari tingkat etika, integritas, perilaku.
Lihatlah negara India yang begitu besar tetapi susahnya luar biasa. Kenapa ?
karena begitu sedikit orang yang punya etika, berintegritas, dan berperilaku
baik. Walapun secara kemajuan teknologi, Indonesia kalah jauh dibanding
India, tetapi dari kejorokannya, kehidupannya yang brengsek, ternyata India
juga menang dari Indonesia. Rakyat boleh banyak, resource boleh banyak, area
juga boleh banyak, tetapi tingkah lakunya amburadul. Negara India tercatat
sebagai negara yang tertinggi untuk kasus penjualan anak untuk prostitusi,
sangat miskin, kaum wanitanya paling bejat, dll. Prinsip-prinsip dasar
kekristenan telah menjaga setiap manusia dan negara-negara sehingga menjagi
manusia dan negara yang baik. Contoh negara yang paling dipromosikan adalah
negara Swiss. Tidak memiliki resource yang banyak, bahkan sama sekali tidak
memiliki tanaman cokelat, tetapi cokelat yang paling enak dan yang paling
baik diseluruh dunia adalah hasil dari perusahaan di Swiss. Jam tangan yang
terbaikpun adalah buatan Swiss. Kenapa ? karena tingkah lakunya dan sikap
hidupnya begitu baik. Poin-poin inilah yang juga menjadi pusat dari teologi
reformed. Johannes Calvin terus-menerus setiap hari mengkhotbahkan Alkitab
secara eksposisi dari kitab Kejadian sampai Wahyu.
Ketiga, Daniel juga berani untuk maju
memposisikan dirinya didalam dunia profesi. Jangan pernah merasa minder
dimanapun kita berada. Berjuanglah selalu untuk mendapat yang terbaik yang
bisa kita capai. Bila perlu kerja lebih serius, pakai waktu lebih banyak.
Kalau kita jadi orang kristen itu bukan berarti kita bisa jadi pintar secara
instan, tetapi perlu perjuangan, belajar, Tuhan akan beserta dengan kita.
Musa tidak akan pernah bisa membelah laut kolsom kalau dia tidak pernah
melangkahkan kakinya pertama kalinya. Musa begitu bingung dengan pasukan
Firaun ditambah lagi sekarang Tuhan suruh Musa jalan di air. Apa perintah
Tuhan tidak keliru ? suruh jalan di air ? Pada waktu Musa melangkahkan
kakinya, air langsung membuka. Demikian juga dengan kita. Mana bisa kita
menjadi suskses hanya dengan berteriak-teriak kepada Tuhan ? Jalanlah baru
engkau akan sukses ! Belajar dulu baru bisa pintar ! jangan mulutnya saja
yang teriak-teriak. Berjalanlah dan belajarlah dengan bersandar kepada Tuhan,
mintalah pimpinan Tuhan. Orang kristen tidak pernah diajari untuk jadi licik
seperti ular dan bodoh seperti merpati. Pandai itu bukan licik dan tulus itu
bukan bodoh. Jadi orang kristen bukan berarti jadi orang bodoh sehingga
gampang dipermainkan oleh orang lain. Justru Tuhan memberikan kepada kita
hikmat dan kekuatan bagaimana caranya mengalahkan dunia ini.
Keempat, Daniel mempunyai iman yang menang.
Jangan pernah membiarkan iman kita ditundukkan oleh siapapun juga, apalagi
dipermainkan. Kalau perlu matipun juga boleh untuk membela iman. Iman Daniel
adalah contoh dari iman yang tidak bisa dikalahkan. Daniel percaya bahwa
dengan kasus tertentu, pada kondisi tertentu, Tuhan pasti akan menolong
dirinya dengan cara yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Itu
bukanlah wilayah manusia tetapi kedaulatan Tuhan. Satu hal yang penting,
kalau kita bisa mempertahankan iman kita hingga selesai, kita bisa
mempertanggung jawabkan iman kita dihadapan Tuhan. Dan prinsip yang paling
penting, Tuhan tidak akan mungkin membiarkan namaNya dipermalukan. Kalau
kita benar-benar memperjuangkan integritas iman kita dengan motivasi yang
murni, Tuhan pasti memiliki cara untuk menolong kita. Ingat ! cara Tuhan,
bukan cara kita.
Inilah orang yang patut kita hargai. Daniel
adalah orang yang pantas untuk dihargai. Hargailah orang-orang yang memang
patut untuk dihargai. Orang hina hanya bisa menghargai orang lain yang sama
hinanya. Orang hina tidak bisa menghargai kemuliaan. Jangan rela “menjilat
pantat” orang hanya karena sedikit uang, nilai, jabatan, dll karena pada
waktu itu kita sedang menghina diri kita sendiri dan juga membiarkan orang
lain menghina kita. Jangan menghormati orang karena dia kaya, punya kuasa,
dll tetapi hormatilah orang karena dia hidup berintegritas, ada pertobatan
yang sungguh-sungguh, mencintai Tuhan. Orang seperti ini pasti hidupnya suci,
etikanya tinggi, dan selalu mengutamakan Tuhan. Kalau orang tidak seperti
itu, sungguh hina sekali dirinya bahkan mungkin lebih hina dari seekor
anjing. Semua orang yang tidak hina pasti akan menghina orang seperti itu.
Siapa itu raja Darius ? Siapa dia sehingga manusia lain harus menyembah dia
? Siapa yang berani dan pantas menyamakan dirinya dengan Tuhan ? Apa Tuhan
tidak bisa menghajar orang itu ? Jangan sampai menunggu Tuhan yang membuat
kita menjadi hina. Jagalah dan perjuangkan imanmu sama seperti Daniel.
Mungkin tempat kerjanya, panggilan kerjanya, cara bekerjanya antara kita
dengan Daniel berbeda, tetapi prinsip-prinsip Daniel seharusnya juga bisa
menjadi prinsip-prisip kita. amin.
Diposting Oleh : eki kawamasi
|
Jumat, 15 Juni 2012
Ringkasan Khotbah (God in My Profession)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar