Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (God in My Profession)

Ringkasan Khotbah : 09 Januari 2004
The Call of the Youth: God in My Profession
Nats: Dan 6: 1-5, 11
Pengkhotbah : Pdt. Sutjipto Subeno
Jika kita membaca harian Jawa Pos beberapa minggu yang lalu, terdapat berita dimana ada seorang notaris yang bernama Ibu Yusticia telah memberikan kesaksian di pengadilan yang isinya ternyata sangat berlawanan dengan kesaksian yang terdahulu, yaitu kebenaran. Walaupun dia telah disumpah tetapi dia berani berkhianat terhadap kebenaran yang sebenarnya dan memberikan sebuah kebenaran yang palsu kepada pengadilan. Jika pada kesaksiannya yang lalu dia menyatakan bahwa sang klien hadir dikantornya dan menanda tangani sebuah akte sehingga akte tersebut sah secara hukum dan sesuai dengan sumpah jabatan sebagai notaris, tetapi dalam beberapa waktu tiba-tiba dia merubah kesaksiannya dengan menyatakan bahwa sang klien tidak hadir sehingga klien tersebut dapat mengelak dari hukuman. Dengan pengkhianatan ini, dia sebagai seorang notaris, sebagai orang kristen, dia telah mengakui bahwa akte yang dia buat adalah palsu! Apa yang telah dia lakukan menjadikan public opinion begitu buruk untuk kesaksian seorang kristen. Pembuatan akte palsu oleh seorang notaris seharusnya adalah sebuah kejahatan kriminal yang sangat berat karena kalau tidak seorang notaris bisa dengan bebas membuat akte palsu atas apa saja dan kepada siapa saja. Keadilan adalah adil dan setiap pelanggaran seharusnya dihukum. Apakah menjalankan ini adalah suatu hal yang mudah ? Kita tidak tahu apa yang telah dia alami, apakah itu tawaran, ancaman, intimidasi, pembunuhan, tetapi jika didalam kondisi seperti ini, maka inilah tantangan bagi setiap setiap orang kristen. Bagaimana ditengah zaman kita bisa dipancing dengan apa saja untuk mau menjual harga diri, profesi, harkat, kesucian, keadilan, integritas, bahkan untuk menjual Tuhan. Setiap kita yang benar-benar menjadi orang kristen akan selalu menghadapi tantangan zaman. Apakah kita akan mempermainkan iman kita sendiri ? Jika hari ini kita menjadi mahasiswa, wiraswasta, pekerja, atau apa saja, tantangan apa yang paling berat bagi kita untuk mempertahankan iman kita ? Dan imbalan apakah yang bisa mengakibatkan kita mau menjual Tuhan ? kalau kita gagal menjadi garam, bukankah kita menjadi tawar dan akan dibuang ?
Kalau kita mau jujur kepada diri kita sendiri, satu hal yang justru paling meyusahkan kita untuk menjalankan peran kita sebagai anak Tuhan adalah diri kita sendiri. Maka didalam pergumulan seperti ini, ada beberapa aspek yang bisa kita pelajari kenapa begitu sulit untuk berperan sebagai anak Tuhan secara nyata.
Pertama, identitas kita sebagai anak Tuhan tidak jelas. Siapapun akan mudah untuk mempermainkan kita jika titik pijak dimana kita berdiripun belum jelas. Kita bingung bagaimana mengambil sikap. Maka pertanyaan yang paling penting adalah, apakah betul saya adalah seorang anak Tuhan ? Seberapa yakin bahwa saya benar-benar anak Tuhan ? Orang yang tidak tahu kalau dia adalah anak Tuhan, apa bedanya dia anak Tuhan atau anak setan ? Tatanan dunia semakin lama semakin merusak diri kita. Pada saat ini begitu banyak pelatihan-pelatihan kepemimpinan dan motivasi yang sebetulnya adalah pengerusakan format dan pemainan kuasa setan. Setiap orang yang ikut bukannya dibawa untuk mengerti diri kita dihadapan Tuhan tetapi malah dibawa kedalam penipuan untuk masuk kedalam jebakan setan. Dan setelah itu akan sangat sulit bagi kita untuk menyadarkan orang yang sudah kerasukan setan. Dia tidak bisa mengerti sedikitpun kebenaran yang kita berikan. Maka kalau ada orang yang sampai mengerti kebenaran, itu adalah anugerah Tuhan yang sangat besar karena sebenarnya pada saat itu, titik pijak kitalah yang sudah dihancurkan sehingga kita menjadi “melayang”. Dunia postmodern berusaha menghancurkan titik pijak kita dan diambil alih oleh new age movement. Dan yang paling bahaya, dunia membungkus semua pengerusakan ini dengan topeng yang manis. Maka hal yang paling menentukan apakah kita akan terjebak atau tidak hanya identitas kita.
Salah satu contoh topeng manis yang diberikan kepada kita adalah iklan. Jika kita melihat billboard dan sejenisnya di jalan-jalan, iklan yang kuantitasnya paling banyak adalah iklan rokok. Kita tahu harga sebuah billboard sangat mahal, maka secara logika billboard pasti mampu mencapai apa yang diinginkan oleh para pemasang. Perusahaan rokok yang ingin memasang billboard haruslah menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada harga billboard karena kalau keuntungan kecil, mana bisa pasang billboard ? Dan juga, keuntungan yang bakal diraih harus meningkat tajam dibandingkan dengan sebelum pemasangan billboard karena kalau keuntungannya hanya meningkat sedikit, buat apa pasang billboard ? Memangnya berapa harga billboard ? Berarti, billboard yang hanya diam dijalanan mampu mempengaruhi orang dengan begitu dahsyat sampai orang tersebut mau membeli rokok tersebut. Akibatnya omzet perusahaan rokok meningkat tajam hanya karena gambar yang diam. Pertanyaannya, kenapa ada orang yang sama sekali tidak terpengaruh walaupun bertahun-tahun setiap hari melewati billboard rokok ? Begitu banyak jumlahnya billboard dijalanan, kenapa tidak terpengaruh ? Semua itu terjadi karena adanya fondasi iman yang cukup kokoh sehingga banyak godaanpun tidak dapat menggoyahkan. Apakah ada yang terpengaruh ? pasti banyak. Walaupun di dalam setiap billboard rokok sudah tercantum dengan sangat jelas akan peringatan bahaya merokok tetapi apakah orang-orang meresponi peringatan tersebut ? Semua orang pasti bisa membacanya dan mengerti peringatan tersebut,  tetapi kenapa tetap ada saja yang menjadi korban dari billboard itu ?  Apa yang ditulis adalah demi kebaikan manusia tetapi yang diterima oleh manusia ternyata malah apa yang ditulis/digambar demi pengerusakan kesehatan. Kenapa manusia bisa menjadi begitu bodoh ? Kenapa logika yang begitu sederhana tidak masuk di pikiran manusia ? Siapa yang bilang rokok adalah lambang kejantanan ? Justru orang-orang betina yang mau menggunakan rokok karena orang yang merasa jantan, dia tidak perlu rokok. Coba tanyalah kepada para pecandu rokok, kenapa mereka merokok ? pasti jawabannya kalau tidak merokok rasanya tidak enak, tidak bisa berpikir dengan lancar, dan sejenisnya. Kalau orang jantan bisa melakukan segala sesuatu dengan lancar tanpa perlu bantuan rokok. Dari contoh sederhana ini, ternyata begitu bahayanya jika kita tidak mempunyai posisi/identitas yang jelas karena kita pasti akan terjatuh dan pada waktu itu diberi kebenaranpun sudah tidak bisa mengerti. Apakah para pecandu rokok tersebut mengerti berapa juta yang yang harus dibakar untuk merusak dirinya ? Dan celakanya, bisakah kita menyadarkan orang seperti ini ? Makanya kesadaran itu adalah suatu anugerah.
Kedua, walaupun manusia itu sadar akan kebenaran, dia tetap memerlukan sebuah “anchor” yang sangat kuat untuk mempertahankan hidupnya. Pada dasarnya, manusia membutuhkan sebuah keamanan untuk dapat hidup. Setiap manusia memerlukan sandaran karena secara alamiah manusia sadar bahwa dirinya adalah mahkluk yang rentan. Dan parahnya, setan sangat senang untuk memanfaatkan ketakutan manusia sehingga tidak heran acara-acara televisi saat ini menayangkan begitu banyak acara-acara yang menakutkan karena pada saat itulah setan sedang memaparkan kekuasan dan kekuatannya. Jika keamanan kita terganggu oleh hal-hal semacam ini maka kita pasti menjadi santapan bagi setan. Setan akan mencengkram habis kita dengan ketakutan dan kekhawatiran palsu yang dibuatnya sampai kita menjadi hancur karena apa yang seharusnya kita takuti malah kita tidak takut, sebaliknya apa yang tidak perlu ditakutkan, kita menjadi takut. Tuhan bisa membunuh dan menghabiskan seluruh eksistensi dan kekekalan kita, tetapi berapa banyak orang yang takut kepada Tuhan ? Dunia selalu memberikan image bahwa Tuhan itu baik sehingga tidak mungkin menghukum manusia. Faktanya adalah Tuhan yang baik adalah Tuhan yang juga menyediakan neraka, artinya adalah Tuhan bukanlah pribadi yang bisa dipermainkan seenaknya oleh manusia. Tuhan bisa menjadi sandaran bagi setiap kita. Biarlah dunia terus membuang Tuhan, tetapi anak-anak Tuhan harus tetapi setia bersandar kepada Tuhan. Orang-orang yang terlepas dari Tuhan pasti mudah di manfaatkan oleh setan karena tidak ada sandaran baginya. “Kalau tidak mau ikut, rugi !”, “kalau tidak mau ikut, hidup susah !”, “kalau tidak mau ikut, tidak bisa lulus !”, dll. Keamanan mereka menjadi terganggu dan akhirnya kemungkinan terbesar mereka jadi ikut setan karena hanya setan yang memakai cara seperti ini. Tidak ada kuasa Tuhan yang memakai cara ancaman. Jadi tidak mungkin seorang perampok, penjambret bisa mengaku sebagai anak Tuhan karena pernyataan itu tidak sesuai dengan hukum non kontradiksi.
Selama beberapa kali pertemuan kita akan belajar dari seseorang, yaitu Daniel. Didalam hidupnya, Daniel mempunyai beberapa hal yang sekaligus nyata ddalam relasinya dengan tema kita pada kali ini. Pertama, sosok Daniel cocok dengan kita karena Daniel bukanlah seorang kakek yang sangat tua tetapi dia mempunyai jiwa dan semangat seorang pemuda. Kedua, Daniel juga tidak hidup didalam kondisi enak seperti zamannya Yosua. Di kitab Daniel dijelaskan bahwa pada waktu itu Daniel berada di tempat pembuangan sehingga dia hidup dtengah-tengah masyarakat kafir. Negeri Babel begitu sering ganti-ganti raja dan raja-raja baru tersebut mempunyai kepercayaan yang berbeda-beda dan itu sangat berpengaruh kepada rakyatnya. Dari satu dewa berganti kepada dewa lain dan seterusnya terjadi berulang kali. Kesimpulannya Daniel hidup didalam situasi yang sangat sulit dengan kebudayaan yang sangat berlawanan dengan imannya. Tetapi pada saat itulah dia sebagai anak Tuhan harus berperang sebagai anak Tuhan. Ketiga, Daniel bukanlah seorang yang kelas amatir. Dia tidak tampil dengan segala kelemahannya, kegagalannya, dosa-dosanya tetapi dia tampil dengan kemenangannya. Melalui beberapa ayat dari kitab Daniel yang kita baca pada hari ini, kita akan mencoba memikirkan bagaimana diri kita sebagai orang kristen meneladani Daniel didalam bidang profesi.
Pertama, seringkali orang kristen memikirkan kalau saya berprofesi maka profesi saya tidak ada hubungannya dengan iman saya. Berapa banyak diantara kita yang menganggap bahwa ketika kita bekerja, pekerjaan tersebut seharusnya merupakan bagian dari iman kita ? Kedua, banyak orang kristen juga merasa sulit untuk menyatakan imannya dan untuk berperan didalam dunia profesi karena dunia profesi mempunyai aturan-aturan dan cara-cara yang berbeda dengan kekristenan. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang harus kita patahkan.
Pertama, Daniel bukanlah sesaat yang lalu menjadi pejabat tinggi negara. Daniel merintis pekerjaannya mulai dari bawah hingga menjadi orang kedua setelah raja Darius. Dan selama perjuangannya melangkah hingga mencapai kesuksesan, tidak ada sedikitpun kesalahan yang dapat ditemukan oleh musuh-musuhnya. Artinya, Daniel mempunyai integritas dan integritas itu tidak tergoyahkan oleh apapun penderitaan yang dialaminya. Seringkali, orang zaman sekarang mudah sekali mentolerir segala ketidak beresan dunia ini karena mereka menganggap toh semua orang juga seperti itu, jadi beginilah saya. Tetapi perjalanan hidup Daniel membuktikan sesuatu. “Semua orang boleh tidak beres, tetapi aku harus tetap beres !”. inilah suatu batas kualifikasi yang sangat luar biasa. Mulai dari raja Nebukadnezar, Belsyazar, dan Darius yang ketiganya tidak menyembah Allah Yehovah, ternyata Daniel tetap bisa menjalankan integritasnya.
Maka, adalah suatu omong kosong kalau kita sebagai orang kristen tetapi mengaku tidak bisa hidup beres dan berintegritas di dunia profesi kita. Untuk hidup beres dan beritntegritas masalahnya bukan terletak pada bisa atau tidak bisa, tetapi kepada berani atau tidak. Siapa yang tidak bisa berbuat jujur demi diri sendiri, tetapi beranikah kita jujur demi negara ?
Kedua, jangan berpikir kalau kita menjadi orang kristen yang berintegritas, maka kualitas kita kalah dibandingkan orang dunia. Ini adalah pemikiran yang sangat bodoh dan juga telah dibuktikan oleh Daniel. Orang kristen seharusnya malah menjadi the best dari orang-orang lain. Orang kristen seharusnya memiliki kualitas yang paling tinggi karena kita mempunyai Tuhan, kebenaranNya, dan kebijaksanaanNya. Kita tidak usah menjadi jenius dan cerdik dengan cara dunia karena itu adalah topeng manis yang menutupi karakter aslinya, yaitu licik. Dunia tidak pernah tahu apa itu kecerdikan sejati, kepandaian sejati karena dunia memang tidak mempunyai kebenaran sejati. Itu sebabnya orang kristen seharusnya mempunyai ketajaman pikiran yang lebih karena orang kristen belajar dari Alkitab. Kalau kita hanya bisa mengerjakan sesuatu yang kualitasnya sama dengan yang dikerjakan oleh dunia, patut ditertawakan. Itu bukan kualitas kita. Apakah orang-orang Babel tidak ada yang pandai ? Ada, bahkan semua orang babel memakan makanan yang terbaik sedangkan Daniel tidak pernah mau makanan-makanan tersebut. Tetapi semua usaha itu tetap tidak bisa mengalahkan seorang anak Tuhan. Apakah kita mempunyai nyali untuk membuktikan kepada orang-orang dunia tentang apa yang bisa anak-anak Tuhan kerjakan ? Inilah iman. Iman yang menjadi saksi. Daniel tidak saja membuktikan bahwa seorang anak Tuhan bisa mempunyai kualiatas yang terbaik tetapi juga menunjukkannya kepada kita. Engkau mau jadi pandai ? jadilah orang kristen dulu baru bisa pandai karena kalau engkau masih jadi orang dunia, otakmu tidak bisa menyambung dengan masalah kebenaran.
Lalu untuk menjaga integritas kita, apakah tidak ada tantangan ? banyak. Tantangan yang berkali-kali menghadang Daniel adalah tantangan yang sangat beresiko dan menakutkan. Daniel bukan saja ditantang dengan resiko tidak bisa menjadi pejabat tinggi tetapi sampai kepada titik kematian. Daniel harus menerima hukuman dari Raja Darius untuk masuk ke gua singa karena berusaha menjaga integritasnya. Pada saat itu di pikiran Daniel hanya ada 2 pilihan : setia kepada Allah Yehovah atau menyembah patung raja Darius. Dan Daniel harus siap untuk menerima akibat dari keputusannya. Daniel harus menerima gua singa sebagai akibat kesetiaannya kepada Tuhan. Mungkin sampai dengan hari ini kita belum pernah ditantang sampai kepada titik kematian tetapi ancaman yang ringan saja cukup sering menjatuhkan iman kita. Daniel sungguh layak menjadi teladan bagi kita. Mari kita belajar untuk siap menerima segala tantangan yang akan menjatuhkan iman kita. Apakah Tuhan bilang kepada Daniel kalau dia nanti masuk ke gua singa, Tuhan pasti bantu ? tidak, bahkan hingga Daniel sampai didepan pintu gua, Tuhan tetap diam. Tuhan tidak pernah mengatakan kalau mengikuti Dia, tidak ada resiko yang harus dibayar. Kita tahu bahwa Tuhan sanggup melakukan apa saja untuk memelihara kita tetapi itu bukan jaminan bagi kita sehingga sama sekali tidak ada resiko. Berjalanlah dengan iman seperti Daniel. Beranikah saudara ? Jangan sampai kita digoda atau ditakuti sedikit saja langsung jatuh. Ada beberapa aspek yang terdapat pada Daniel yang bisa menjadi teladan bagi kita.
Pertama, belajarlah untuk memusatkan diri dan prioritas kepada Allah. Dunia selalu mengajarkan kepada kita bahwa manusia harus yang menjadi prioritas yang tertinggi, tetapi siapakah yang akan memprioritaskan Tuhan ? sulit sekali. Ketika kita tengah mengalami kesulitan atau kesusahan besar, baru ingat Tuhan. kenapa bisa begitu ? karena kita tidak pernah berlatih untuk memusatkan prioritas kita kepada Tuhan pada waktu aman. Kita harus sadar bahwa Tuhan adalah Tuhan. Dan kesadaran itu seharusnya membuat kita sadar kalau Dia adalah Tuhan, otomatis kita adalah budak. Kalau setiap kasus kecil kita tidak pernah memprioritaskan Tuhan, jangan harap kita akan kuat menghadapi kasus besar. Lihatlah kebiasaan Daniel, setiap hari sebanyak 3 kali dia bersekutu dengan Tuhan. dia menyanyikan pujian bagi Dia dan melihat ke Yerusalem lewat jendela. Perlu kita perhatikan bahwa ini bukanlah “kiblat” seperti orang islam, tetapi yerusalem adalah pengharapannya. Dia mengerti bahwa Allah(nya) akan membawa dia kembali ke Yerusalem karena pada waktu itu dia adalah orang buangan. Walaupun dia adalah seorang asing di tanah Babel, tetapi dia tidak pernah lupa identitasnya. Dan harapan itulah yang membuat iman seorang Daniel begitu kuat walaupun di tanah Babel kedudukannya begitu tinggi dan enak. Terbukti juga dia adalah satu-satunya orang yang namanya diganti tetapi dia masih tetap memakai nama aslinya, “Daniel”. Setiap hari aktivitas kita selalu memprioritaskan diri kita sendiri baik itu ujian, klien, rapat, dll,tetapi tidak pernah memperioritaskan Tuhan. Bukti yang paling mudah adalah lihatlah persekutuan remaja/pemuda pada minggu-minggu ujian sekolah, pasti sepi. Mereka semua sedang sibuk ujian. Padahal apa hubungannya ujian dengan pergi ke gereja ? Jangan pernah berpikir kalau engkau meninggalkan Tuhan bisa jadi lebih pintar ! Ketika engkau bersama dengan Tuhan, pada waktu itulah engkau jadi pintar. Demikian juga dengan sehari-hari kita, bagaimana kita menunjukkan kepada orang lain bahwa Tuhan itu ada didalam hidup kita.
Jika kita ingat kerusuhan Mei 1998, gereja-gereja yang selalu berteriak-teriak “Tuhan memberkati !”, “kita adalah anak kesayangan Tuhan !”, dll, langsung menghilang. Seluruh hamba Tuhan gereja-gereja tersebut sembunyi ke hotel karena takut jadi korban. Bahkan waktu itu Pdt. Stephen Tong juga diajak untuk pindah ke hotel karena ada kabar kalau beliau adalah salah satu calon korban. Tetapi beliau sendiri tidak pernah kuatir dan takut bila harus menjadi korban. “Siapa yang bisa meniadakan saya bila Tuhan tidak berkehendak ?”, kata Pdt. Stephen Tong. Akhirnya kebaktian tetap jalan dan jumlah jemaat yang datang juga tetap seperti biasa. Inilah citra GRII yang terus-menerus berusaha ditegakkan. Jangan pernah mundur hanya karena hal-hal seperti itu. Mereka yang “katanya” beriman justru lari semua. Mereka hanya berbicara tentang iman tetapi diri mereka sendiri tidak punyai iman. Mereka tidak pernah mengutamakan Tuhan sehingga pada waktu kerusuhan yang dipikirkan pertama kali adalah diri mereka sendiri. Apakah ini orang kristen ? Bisakah kita melepaskan semua kepentingan kita ? Setelah itu lihatlah apa yang Tuhan kehendaki. Pada tahun 2004 ini kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Khususnya negara Indonesia sangat sulit untuk diprediksi masa depannya. Lalu, apakah kita siap menerima beban berat, goncangan besar ? Berlatihlah untuk bersandar kepada Tuhan sebelum terlambat, sebelum menangis.
Kedua, Daniel memberikan contoh bagi kita bagaimana integritas itu adalah hal yang terutama dalam hidup. Ketika dia  memprioritaskan Tuhan, hal itu meyebabkan dia begitu takut untuk berbuat dosa sehingga hidupnya menjadi penuh dengan integritas. Begitu juga dengan kita. Hidup sejati seorang kristen harus berusaha menjaga integritas diri. Semua aspek kehidupan kita harus dijaga untuk tetap didalam kebenaran.
Ada sebuah tebakan, apa bedanya negara kaya dengan negara miskin ? jawaban sebenarnya adalah kesuksesan suatu negara tergantung seberapa banyak jumlah orang-orang yang mempunyai kualitas hidup tertentu. Jadi bukan dari perbedaan ras, warna kulit, luas area, budaya, pengetahuan, tetapi justru dari tingkat etika, integritas, perilaku. Lihatlah negara India yang begitu besar tetapi susahnya luar biasa. Kenapa ? karena begitu sedikit orang yang punya etika, berintegritas, dan berperilaku baik. Walapun secara kemajuan teknologi, Indonesia kalah jauh dibanding India, tetapi dari kejorokannya, kehidupannya yang brengsek, ternyata India juga menang dari Indonesia. Rakyat boleh banyak, resource boleh banyak, area juga boleh banyak, tetapi tingkah lakunya amburadul. Negara India tercatat sebagai negara yang tertinggi untuk kasus penjualan anak untuk prostitusi, sangat miskin, kaum wanitanya paling bejat, dll. Prinsip-prinsip dasar kekristenan telah menjaga setiap manusia dan negara-negara sehingga menjagi manusia dan negara yang baik. Contoh negara yang paling dipromosikan adalah negara Swiss. Tidak memiliki resource yang banyak, bahkan sama sekali tidak memiliki tanaman cokelat, tetapi cokelat yang paling enak dan yang paling baik diseluruh dunia adalah hasil dari perusahaan di Swiss. Jam tangan yang terbaikpun adalah buatan Swiss. Kenapa ? karena tingkah lakunya dan sikap hidupnya begitu baik. Poin-poin inilah yang juga menjadi pusat dari teologi reformed. Johannes Calvin terus-menerus setiap hari mengkhotbahkan Alkitab secara eksposisi dari kitab Kejadian sampai Wahyu.
Ketiga, Daniel juga berani untuk maju memposisikan dirinya didalam dunia profesi. Jangan pernah merasa minder dimanapun kita berada. Berjuanglah selalu untuk mendapat yang terbaik yang bisa kita capai. Bila perlu kerja lebih serius, pakai waktu lebih banyak. Kalau kita jadi orang kristen itu bukan berarti kita bisa jadi pintar secara instan, tetapi perlu perjuangan, belajar, Tuhan akan beserta dengan kita. Musa tidak akan pernah bisa membelah laut kolsom kalau dia tidak pernah melangkahkan kakinya pertama kalinya. Musa begitu bingung dengan pasukan Firaun ditambah lagi sekarang Tuhan suruh Musa jalan di air. Apa perintah Tuhan tidak keliru ? suruh jalan di air ? Pada waktu Musa melangkahkan kakinya, air langsung membuka. Demikian juga dengan kita. Mana bisa kita menjadi suskses hanya dengan berteriak-teriak kepada Tuhan ? Jalanlah baru engkau akan sukses ! Belajar dulu baru bisa pintar ! jangan mulutnya saja yang teriak-teriak. Berjalanlah dan belajarlah dengan bersandar kepada Tuhan, mintalah pimpinan Tuhan. Orang kristen tidak pernah diajari untuk jadi licik seperti ular dan bodoh seperti merpati. Pandai itu bukan licik dan tulus itu bukan bodoh. Jadi orang kristen bukan berarti jadi orang bodoh sehingga gampang dipermainkan oleh orang lain. Justru Tuhan memberikan kepada kita hikmat dan kekuatan bagaimana caranya mengalahkan dunia ini.
Keempat, Daniel mempunyai iman yang menang. Jangan pernah membiarkan iman kita ditundukkan oleh siapapun juga, apalagi dipermainkan. Kalau perlu matipun juga boleh untuk membela iman. Iman Daniel adalah contoh dari iman yang tidak bisa dikalahkan. Daniel percaya bahwa dengan kasus tertentu, pada kondisi tertentu, Tuhan pasti akan menolong dirinya dengan cara yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Itu bukanlah wilayah manusia tetapi kedaulatan Tuhan. Satu hal yang penting, kalau kita bisa mempertahankan iman kita hingga selesai, kita bisa mempertanggung jawabkan iman kita dihadapan Tuhan. Dan prinsip yang paling penting, Tuhan tidak akan mungkin membiarkan namaNya dipermalukan. Kalau kita benar-benar memperjuangkan integritas iman kita dengan motivasi yang murni, Tuhan pasti memiliki cara untuk menolong kita. Ingat ! cara Tuhan, bukan cara kita.
Inilah orang yang patut kita hargai. Daniel adalah orang yang pantas untuk dihargai. Hargailah orang-orang yang memang patut untuk dihargai. Orang hina hanya bisa menghargai orang lain yang sama hinanya. Orang hina tidak bisa menghargai kemuliaan. Jangan rela “menjilat pantat” orang hanya karena sedikit uang, nilai, jabatan, dll karena pada waktu itu kita sedang menghina diri kita sendiri dan juga membiarkan orang lain menghina kita. Jangan menghormati orang karena dia kaya, punya kuasa, dll tetapi hormatilah orang karena dia hidup berintegritas, ada pertobatan yang sungguh-sungguh, mencintai Tuhan. Orang seperti ini pasti hidupnya suci, etikanya tinggi, dan selalu mengutamakan Tuhan. Kalau orang tidak seperti itu, sungguh hina sekali dirinya bahkan mungkin lebih hina dari seekor anjing. Semua orang yang tidak hina pasti akan menghina orang seperti itu. Siapa itu raja Darius ? Siapa dia sehingga manusia lain harus menyembah dia ? Siapa yang berani dan pantas menyamakan dirinya dengan Tuhan ? Apa Tuhan tidak bisa menghajar orang itu ? Jangan sampai menunggu Tuhan yang membuat kita menjadi hina. Jagalah dan perjuangkan imanmu sama seperti Daniel. Mungkin tempat kerjanya, panggilan kerjanya, cara bekerjanya antara kita dengan Daniel berbeda, tetapi prinsip-prinsip Daniel seharusnya juga bisa menjadi prinsip-prisip kita. amin.

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar