DI UTUS UNTUK MENGERJAKAN PEKERJAAN TUHAN
MATERI KHOTBAH IBADAH SEKTOR 15 Sept 2010
HAKIM-HAKIM 6:11-15
Penjelasan:
Silakan baca mulai 6:1-10 untuk memahami konteks dan latar belakang yang ada dalam perikop 6:11-15 bacaan kita.
1. Seorang Hakim adalah pemimpin dari satu-dua suku pada masa perang melawan bangsa-bangsa musuh orang-orang Israel. Kewibawaannya tergantung kepada kharisma-nya, jadi tidak dihubungkan dengan suatu dinasti. Dalam fasal 6-8 kita dapati cerita mengenai Gideon, yang mengalahkan orang Midian. Sesudah peristiwa ini orang Israel mau memilih Gideon sebagai raja, tetapi Gideon menolak hal ini atas dasar fakta bahwa “Yahweh adalah Raja Israel”.
2. Penduduk
asli mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi. Suku-suku Israel sering
diperbudak dan ditindas. Tidak mengherankan bahwa orang-orang Israel
tertarik oleh agama penduduk asli. Sebab agama mereka sendiri, agama
nenek moyang dan Musa, sederhana sekali dan cocok dengan keadaan
suku-suku di gurun. Akibatnya ialah: suku-suku Israel mudah saja
mencampurkan agama nenek-moyangnya dengan agama penduduk negeri
Palestina yang memuja dewa-dewi
3. Pada
zaman yang dikisahkan dalam Kitab Hakim-Hakim, keadaan orang Israel
kacau-balau. Suku-suku dan kelompok-kelompok Israel baru saja memasuki
tanah pertanian dan mulai menetap, kerap di samping penduduk asli. Tidak
ada pemimpin atau pemerintah pusat. Masing-masing suku dan kelompok
mencari jalannya dan berjuang sendiri. Suku-suku sederhana itu kerap
tidak dapat mempertahankan diri terhadap penduduk asli atau suku-suku
badui yang menyerbu. Dalam
kisah pada bacaan kita, orang Midian merupakan kelompok penindas dan
perampok yang keji. Banyak orang Israel yang menjadi terlunta-lunta
karena perampasan tersebut. Mereka hidup penuh dengan penderitaan dan
kemelaratan, justru di tanah mereka sendiri.
4. Itulah
sebabnya pada ayat.7 umat Israel berseru kepada Raja mereka, yakni
TUHAN (Yahwe) Allah Israel karena kekejaman orang-orang Midian itu.
Jawaban TUHAN, dinyatakan melalui kehadiran malaikat TUHAN di rumah
Gideon. Waktu itu Gideon sedang menggirik gandum di tempat pemerasan
anggur (ay.11). Ini tempat yang tidak lazim. Mengapa? Biasanya
pengirikan gandum di lakukan di tempat yang ketinggian dan terbuka, di
mana angin bertiup. Dengan itu sekam gandum dengan mudah terpisah dari
biji gandumnya.
Tetapi kalau ini yang dilakukan Gideon, maka ia akan mudah kelihatan
oleh para perampas/perampok “sembako”. Karena itu, Gideon mengirik
gandum di tempat pemerasan anggur, yang memang berada di tempat tertutup.
5. Inti
percakapan TUHAN melalui malaikatNya dengan Gideon adalah mengutus
Gideon untuk menghalau musuh-musuh Israel (ay. 14-15). Namun sebelumnya
terjadi dialog yang menarik antara TUHAN dengan Gideon di awal
pengutusan tersebut. Mari kita lihat isi dialog yang demikian hidup itu:
TUHAN : (berbicara pada Gideon) “TUHAN menyertai engkau, yah pahlawan yang gagah berani”
GIDEON : (Gideon menjawab) “Ah,
tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami?
Di manakah segala perbuatan-perbuatan-yang ajaib yang diceritakan oleh
nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN
telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang
kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.”
Sekarang
menjadi jelas… suara Gideon mewakili suara umat Israel kebanyakan waktu
itu, yakni mereka berdiri DI ATAS KEBENARAN SENDIRI dan menjadi Hakim
bagi TUHAN. Mereka menggugat janji TUHAN yang tidak ditepati; mereka
mempertanyakan KUASA TUHAN yang tidak menjangkau mereka; dan lebih parah
lagi mereka mempertanyakan KESETIAAN TUHAN atas umatNya.
Sayang
sekali, baik Gideon maupun umat TUHAN tidak mengoresi diri mereka.
Semua yang terjadi dan ditimpakan kepada mereka justru karena
kedurhakaan mereka kepada TUHAN Allah mereka yang telah setia dan
memelihara mereka. Ternyata lebih mudah bagi umat TUHAN menyoroti Allah
mereka dari pada diri mereka sendiri. Lebih mudah untuk mencari
kesalahan pihak lain dari pada menemukan kedurhakaan sendiri.
6. Setelah
dialog itu terjadi, maka sekarang TUHAN masuk ke tahap yang lebih
tinggi, yakni PENGUTUSAN. Gideon diutus TUHAN untuk melepaskan Israel
dari cengkraman orang Midian. Dan lagi-lagi, Gideon menjawab dengan
berbagai alasan ketidak-sediaannya untuk panggilan itu. Menurutnya ia
berasal dari suku dan kaum terkecil, dan kemudian dari segi pengalaman
dan usia iapun masih muda.
Bukankah
alasan-alasan seperti ini amat sering muncul dan dipakai dari dulu
hingga sekarang untuk menjawab panggilan TUHAN? Hal yang menjadi batu
sandungan dalam panggilan selalu dua hal di atas, yakni jati diri (latar belakang dan identitas) dan Kemampuan atau skill seseorang.
APLIKASI dan PENERAPAN
1. Dewasa
ini banyak orang percaya menempatkan TUHAN sebagai seorang “pekerja”
untuk dirinya sendiri. TUHAN hanya jadi pribadi yang “harus selalu bisa
melaksanakan mau kita” dan bukan sebaliknya, TUHAN-lah yang mengerjakan
kehendakNya dalam hidup ini.
Efeknya
dapat ditebak, bahwa ketika TUHAN “tidak melaksanakan” mau kita,
akhirnya DIA dijauhi dan kesetiaanNya dipertanyakan. Bukankah adalah
lebih baik untuk mempertanyakan diri sendiri dan mengoreksi diri kita,
bahwa amat mungkin semua hal buruk yang kita alami justru karena
kesalahan dan dosa kita. Jangan menjadi seperti Israel ataupun Gideon,
kita harus tahu dan bukan pura-pura tidak tahu kesalahan dan justru
sebaliknya balik menyalakan TUHAN.
2. Banyak
orang berpikir, bahwa hukuman tanda TUHAN tidak mengasihi lagi.
Buktinya, karena Israel berkhianat maka TUHAN menghukum. Pemahaman ini
sangatlah keliru, karena TUHAN tidak pernah menghukum umat perjanjian,
murni karena alasan membenci. Acap kali TUHAN melakukan itu karena
mengasihi umatNya agar tidak terjerumus.
Bandingkan misalnya Wahyu 3:19 “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!”
Jadi, ukuran cemeti dan nhajaran itu, ditimpakan karena justru TUHAN
mengasihi umatNya agar mereka dapat bertobat. Jadi, jika kita menghadapi
model “cemeti” seperti ini, janganlah paling utama kita justru langsung
menghakimi TUHAN, namun haruslah yang pertama kita mengoreksi diri
sendiri untuk mencari kesalahan dan kealpaan. Setelah itu, mari bertobat
untuk menemui kemuliaan TUHAN Allah yang mengasihi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar