Jumat, 15 Juni 2012

Ringkasan Khotbah (THE CHILDREN OF LIGHT)

Ringkasan Khotbah : 21 Mei 2000
THE CHILDREN OF LIGHT
Nats : Efesus 5:8-10
Pengkhotbah : Rev. Sutjipto Subeno
 
Saudara, jika kemarin kita sudah melihat bagaimana Paulus mengkritik satu-persatu as­pek dari kehidupan dunia yang dikotraskan dengan kehidupan sebagai anak Tuhan maka hari ini kita akan masuk dalam bagian dimana kita melihat bagaimana ia mengkontraskan satu status yang disebut sebagai anak-anak terang. Dalam ayat 8 dikatakan, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang didalam Tuhan.” Disini Paulus mulai masuk ke­dalam esensi hakekat yang diminta dari setiap anak Tuhan.
Di dalam retreat kemarin kita mencoba melihat bahwa seringkali kita mengaku sebagai orang Kristen tetapi pada hakekatnya tidak sadar bahwa mungkin sekali kekristenan kita masih ter­­lalu dangkal, dan bahkan mungkin banyak orang Kristen yang sebenarnya bukan Kristen. Mung­­kin ada banyak penganut filsafat materialis yang akhirnya menjadi Kristen namun mereka be­lum ten­tu secara sungguh-sungguh beriman Kristen. Sebab prinsip hidup, ketaatan, keputusan dan kese­riusan perjuangan mereka bukanlah perjuangan iman Kristen tetapi berdasarkan materi. Ji­ka kita te­­lusur lebih jauh lagi, sangat mungkin adanya banyak sisa-sisa Atheis Kristen atau Atheis Praktis yang didalam istilah Louis Berkhof dikatakan sebagai orang-orang yang secara fi­lo­so­fik mereka ti­dak atheis namun mereka benar-benar atheis murni secara praktek hidup sehari-ha­­ri. Jikalau de­mi­kian, apakah orang-orang tersebut boleh di­se­but sebagai orang Kristen? Mung­kin se­cara KTP dapat, te­tapi ti­dak se­ca­ra esensi, sebab pada ha­ke­kat­nya ia tidak menyatakan keunik­­an esensi iman Kristen yang se­sungguhnya.
Sehingga di tengah kekristenan pun, kita masih perlu melihat dimana ke­kristenan yang se­jati dan yang palsu. Bagian inilah yang ingin dijelaskan secara mendalam oleh Paulus. Ia tidak me­­­ngatakan bahwa kamu dahulu memancarkan ke­ge­lapan dan sekarang kamu memancarkan te­rang. Kegelapan tidak mungkin di­pancarkan karena merupakan suatu yang non eksisten. Sehing­ga ketika kita memancarkan kegelapan berarti ke­ge­lap­an itu hanya ekstensif saja, dan demikian ju­­­ga halnya dengan ketika kita me­man­car­kan terang berarti kita hanya menjadi penyalur terang dan bukan terang itu sendiri. Tetapi Paulus dalam ayat ini justru mengatakan bahwa dahulu kamu ada­lah ke­ge­lap­an tetapi sekarang kamu adalah terang, yang berarti ini menyangkut natur esen­si­al da­ri­pada orang ter­se­but. Ini berarti Paulus mengajak kita berpikir bukan sesuatu di ling­karan lu­ar te­tapi sesuatu yang menyang­kut natur inti kita sebagai manusia. Kalau kita adalah te­rang, ber­arti seluruh ekstensi dan esensi­ kita adalah terang. Jadi keseluruhan yang dipan­car­kannya ada­lah te­rang karena dari ha­ke­kat dalamnya sendiri adalah terang. Maka iman Kristen bukan se­ke­dar iman yang ditempelkan di luar karena mengikuti PA, Katekisasi atau kebaktian tetapi mulai da­­ri dalam diri seseorang dimana hakekat hidupnya diubah menjadi terang, inilah yang saya kata­kan sebagai per­tobatan yang sesungguhnya. Paulus menegaskan hal ini karena itulah yang men­jadi satu esen­si dasar.
Disini yang perlu kita lihat lebih jauh tentang terang adalah: 1). Sumber terang adalah Allah. Paulus me­nga­takan bahwa kita harus menjadi terang sebab kita adalah anak-anak terang (ay 8). Disini yang di­maksudkan adalah istilah anak dalam pe­nger­ti­an esensial (penurunan ke­sa­ma­an natur) dan bu­kan­nya ekstensial (perluasannya). Sehingga jika kita menjadi anak-anak te­rang yang sejati maka ki­ta harus memancarkan terang dan dalam hal ini ada satu relasi yang be­gi­tu ketat antara orang tua dengan anak, yang menyangkut sifat esensinya. Jika Bapa kita adalah Allah yang berarti te­rang maka kita sebagai anak-anakNya juga seharusnya menjadi anak-anak te­rang. Dan prinsip terang itu sudah mulai dinyatakan sejak dari Kejadian 1. Mungkin ada orang yang berpikir ketika membaca dalam Kejadian bahwa terang sudah ada dalam hari pertama na­mun matahari dicip­ta­kan pada hari yang keempat. Itu karena mereka beranggapan bahwa sum­ber terang adalah ma­ta­­hari dan hal tersebut dikarenakan kita terbatas oleh suatu penampakan di­wi­layah lu­ar saja. Ke­ti­ka Kristus berinkarnasi, ia kembali mempertegas pernyataannya bah­wa Ia adalah te­rang. “Ba­rang­­siapa datang kepadaKu, ia mendapatkan terang hidup.” Ini merupakan sa­tu pe­­mi­kir­an yang be­­gitu tegas dinyatakan bahwa ketika kita ingin mengerti esensi te­rang maka ki­ta ha­­rus kembali kepada sumber terang yang sesungguhnya yaitu Tuhan sendiri. Sehingga jika ki­ta adalah anak-anak terang maka seharusnya kita memancarkan terang yang bersumber kem­bali pa­da Allah. Inilah dasar mengapa Tuhan menuntut saudara dan saya untuk menjadi terang.
2). Menjadi garam dan terang. Mat 5:13 mengatakan: “Kamu adalah garam dunia (ay. 13). Kamu adalah terang dunia (ay. 14). Dua hal inilah yang men­ja­di ca­­­­ra kekristenan mem­pe­nga­ruhi dunia kita. Cara kerja kedua hal ini berbeda dan kita seringkali le­bih suka memilih yang le­­­­bih mudah kita lakukan. Rasa garam itu begitu unik dan tidak dapat di­tiadakan oleh apapun dan ia bekerja secara permeate, meresap masuk ke dalam suatu tempat. Se­per­ti ketika kita mema­suk­kan garam dalam sebuah ma­sakan, maka kita akan dapat me­ra­sa­kan ku­­­rang lebihnya rasa ga­ram tersebut walaupun mungkin kita menggunakan berbagai macam bum­bu untuk memasak. Ga­ram ke­tika dimasukkan, ia harus hilang atau melebur baru kemudian ra­­­sa asinnya dapat dira­sa­kan. Dengan demikian jika kita menjadi garam maka seharusnya kita ju­ga akan memberikan war­na secara permeate bagi orang yang berada disekeliling kita, yang akan menyebabkan orang enggan untuk berbuat dosa. Jikalau tidak, berarti kita telah gagal men­­jadi ga­ram dunia dan me­­­resapkan iman kekristenan kita. Dengan hi­dup jujur, penuh cin­ta ka­sih, de­ngan penuh ke­adil­an dan kebenaran maka sekeliling sau­dara akan merasakan ada sa­­tu in­te­gri­tas yang di­sa­lur­kan (diresapkan) dari hidup saudara ke se­ke­liling saudara sehingga me­­reka akan da­pat merasa­kan kebe­ra­da­an sau­dara dan ikut menda­pat­kan perubahan dari ke­be­ra­daan ter­sebut.
Ke­tika kita menyalakan alat penerang maka alat itu pasti akan kita letakkan di tem­pat yang tinggi su­paya sinarnya dapat menyinari semua tempat (Mat 5). Alkitab tidak hanya berhenti di­­da­lam aspek men­jadi ga­ram dunia tetapi kita juga harus men­jadi terang, dan inilah yang di­te­kan­kan da­lam ayat ini, bah­wa hendaklah kita menyatakan te­rang karena kita adalah terang di­da­lam Tuhan. Disatu pihak kita berpermiasi (meresap didalam) ba­gi orang lain dan di­lain pihak kita ber­­­adiasi (memancar keluar). Menjadi terang adalah jauh lebih susah dan serius karena apabila si­­nar itu mulai me­man­car, itu akan menimbulkan kesilauan dan kege­lapan tidak mampu bertahan la­gi. Ini yang ke­mu­di­­an didalam Ef 7 dikatakan: “Sebab itu janganlah kamu berkawan de­ngan me­re­ka.” Is­­ti­lah ‘ber­­kawan’ disini menggambarkan satu kerjasama dengan orang-orang yang di­da­lam ke­ge­lapan. Disini bu­­kan berarti kita tidak boleh bergaul atau ber­te­man de­ngan orang yang bu­­kan Kristen atau yang da­lam ke­ge­lap­an, tetapi lebih menekankan bahwa kita ti­dak mung­kin da­pat be­kerja­sa­ma secara intents dengan orang yang ti­dak di­dalam te­rang. Demikian juga halnya de­ngan per­ni­kahan, didalam firman Tuhan jelas dkatakan bahwa ti­dak mungkin se­­orang yang di­da­lam terang me­­nikah de­ngan orang yang tidak didalam terang ka­re­na itu me­ru­pa­­kan dua prinsip yang ber­be­da to­tal dan ti­dak mungkin dipertemukan. Pada saat te­rang itu men­­jadi terang yang se­­­­­­sung­guh­nya ma­ka itu akan menyilaukan dan kegelapan tidak akan mampu bertahan di­da­lam te­rang karena ia akan disingkirkan oleh terang. Ma­ka te­rang se­­la­lu menimbulkan satu tun­tut­an per­­ten­tang­an yang begitu besar ka­rena ke­­ti­ka masuk ia tidak dapat mengkompromikan apa­pun.
3). Kriteria terang. Dalam ay. 9 dikatakan, “Karena terang hanya berbuahkan ke­baikan dan keadilan dan kebenaran.” Disini ada satu kata yang sebenarnya sangat penting te­tapi dalam ter­jemahan Indonesia dihilangkan: “keseluruhan” atau “keutuhan”. Dalam Yunaninya jelas di­kata­kan, menggunakan kata sandang “Pasa” yang artinya “semua keutuhan” ke­ba­ik­an, kebenaran a­sa­si dan keadilan. Terang dunia oleh Martin Llord Jones dimisalkan sbb: ji­kalau “terang Allah” di­pan­carkan ke prisma maka akan terpe­cah menjadi tiga: 1). Goodness (kebaikan/agatos), 2). Righte­ousness (kebenaran keadilan/ di­kaio­sune) dan 3). Truth (kebenaran asasi/ alitheia). Tiga as­pek ini men­jadi kriteria yang harus di­pan­carkan oleh orang Kristen. Disini tuntutan menjadi te­rang du­nia men­jadi begitu nyata di te­ngah dunia. Dan disini kita melihat bagaimana Tuhan me­nun­­tut anak-anak Tuhan bukan sekedar se­cara pasif (meskipun cukup aktif) yaitu kita menjadi ga­ram te­ta­pi Tuhan masih me­nun­tut hal yang kedua, yaitu secara aktif menjadi sinar yang ber­sinar un­tuk me­­nyatakan ke­be­nar­an keadilan Tuhan. Di tengah dunia, bagaimana kita harus me­ne­lan­jangi se­mua ke­na­jis­an dunia dan menyatakan kebajikan, kebenaran keadilan dan ke­be­nar­an asa­si Allah. Di te­ngah dunia ini kita seringkali melihat bagaimana ke­baik­an su­dah di­dis­torsi pe­nger­tian­­nya. Pe­ngertian atau istilah-istilah yang begitu agung seperti cinta kasih, kebaikan oleh du­nia ber­dosa di­­rusak. Anak Tuhan di­pang­gil bu­kan se­ke­dar menjadi garam te­tapi juga men­­­jadi terang. Tuhan Yesus dengan keras membuka hal seperti ini, Ia tidak main-main un­tuk me­nyatakan ke­be­nar­­an­, ke­bajikan dan keadilanNya yang sejati. Dunia perlu tahu bahwa ia se­dang di­per­main­kan oleh per­ma­inan yang mengerikan sekali. Dunia ter­la­lu berdosa untuk berbuat ke­­bajikan yang se­sung­guh­nya. Me­ru­­pakan tugas saudara dan saya untuk menyatakan kebenaran yang sejati.
Satu tuntutan terang bukan hanya menyatakan kebajikan tetapi juga keadilan ke­be­nar­an. Dalam firman Tuhan kita melihat kebenaran ada 2 yaitu righteousness dan truth. Dikaiosune (di­ka­iosune: kebenaran karena keadilan, yang artinya setelah ditimbang dan di­­­buktikan akhirnya ter­bukti benar); (truth: kebenaran esensial yang harus diberitakan ke tengah du­­­nia). Dunia kita me­rupakan dunia yang mengerikan, yang dipermainkan dengan luar biasa terutama di era Post-modern dimana benar dapat menjadi salah dan sebaliknya, diputarbalikkan se­hing­­ga orang tidak ta­hu lagi disebelah mana ukuran yang tepat. Semua itu karena kita su­­dah terbiasa ber­main-main de­ngan nilai dan keadilan. Dan akhirnya itu mendarah daging atau men­ja­di natur daripada ke­ti­dak­adilan atau ketidakjujuran yang akhirnya menimbulkan ketidakberesan dalam pemikiran dan tin­­­dakannya. Sehingga kita tidak akan melihat keadilan ditegakkan di tengah dunia ini. Se­benar­nya sikap yang tertib, jujur dan berintegritas tinggi masih mungkin kita jumpai di negara Jerman dan jiwa seperti inilah yang sa­ya ha­­rapkan dapat muncul didalam diri kita. Ini adalah satu sisa-si­sa re­run­tuh­an bu­da­ya Kristen yang masih tersisa disana. Ka­lau kita me­nga­ku menjadi anak te­rang, bisakah kita memancarkan te­­rang, kebenaran keadilan se­perti ini di te­ngah dunia?
Yang terakhir, bukan hanya keadilan yang harus ditegakkan tetapi semua kebenaran se­jati ha­­rus diberitakan, dipancarkan dan dinyatakan. Kebenaran tersebut harus merupakan ke­be­naran unik yang men­­jadi kebenaran diatas semua kebenaran. Kebenaran bahwa manusia itu ada­lah manusia yang akan dihukum karena dosanya dan murka Allah sudah turun atas manusia ber­dosa, kecuali mereka ber­to­bat, kembali menerima penebusan Kristus yang mati dan bangkit. Ini kebenaran yang harus dinyatakan. Kebenaran Allah, kebenaran didalam Kristus ha­rus di­be­ri­ta­kan karena berita inilah yang perlu didengarkan, dipancarkan ke se­lu­ruh dunia dan ke setiap orang. Siapakah kita? Jikalau kita adalah anak terang maka seharusnyalah kita menyatakan te­rang, kebenaran yang terang dan didalam hal ini tidak ada wak­tu untuk berkompromi lagi. Tuhan me­manggil kita untuk menyatakan kebenaran Allah yang sejati (essential truth) yang harus di­nya­ta­kan ke tengah dunia, berkenaan dengan realita dunia yang se­sungguhnya. Itulah panggilan kita dan untuk itulah Tuhan memanggil kita menjadi terang! Maukah kita, bukan sekedar menjadi ga­ram dunia tetapi juga menjadi terang dunia, karena kita adalah anak-anak terang. Amin.?

Diposting Oleh : eki kawamasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar